Semua Bab Jerat Dendam CEO Kejam: Bab 141 - Bab 150

153 Bab

Bab 141. Pergerakan Cepat

Ezra dan Bibi Puja sama-sama terkejut saat mendengar kabar dari Noah. Mereka segera ke rumah sakit setelah mendapat telepon Noah dan hanya bisa terkejut saat Ivy sama sekali tak merespon.Ivy hanya diam dan pandangannya kosong, sesekali matanya mengeluarkan air mata dan Noah akan sigap menghapusnya. Noah juga memeluknya erat-erat untuk memberi ketenangan. Untungnya, Ivy tak pernah menolak keberadaan Noah dan tetap tenang di pelukannya. “Bagaimana kata Dokter Serlyn?” tanya Ezra setelah Ivy menjalani perawatan intensif di spesialis kejiwaan.“Dokter Serlyn mengatakan kalau jiwa Ivy masih berguncang karena keguguran. Ia juga masih sulit menerima kalau kakinya sudah lumpuh total. Perlu waktu untuk Ivy menyembuhkan luka batinnya,” ucap Noah.“Tapi dia terlihat baik-baik saja beberapa hari yang lalu,” sahut Ezra.“Aku tahu! Aku pun terkejut saat melihatnya!” balas Noah dengan frustrasi.“Apa jangan-jangan Ivy sebenarnya menyimpan trauma besar saat kita menyebut-nyebut nama Evan di depanny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 142. Cerita Dari Hati Ke Hati

Ivy menyadari kalau ada yang salah dengan dirinya. Terkadang, ia sangat tak memiliki tenaga untuk berbicara dan hanya ingin sendiri. Energinya seolah tersedot habis meski ia tak melakukan apapun. Tatapannya pun hanya tertuju kepada satu titik, tetapi kepalanya sudah berlalang buana ke tempat lain. Bahkan memori pertemuannya dengan sang anak terasa seperti halusinasi. Kadang-kadang, ia juga melihat ibunya yang datang dan tersenyum kepadanya. “Bagaimana perasaan Anda?”Perempuan berkacamata di depannya bernama Dokter Serlyn. Sudah beberapa minggu ini ia melakukan perawatan intensif dengannya. Dokter Serlyn adalah dokter tersabar dan terbaik yang pernah ia temui.“Ivy? Apa Anda merasa lebih baik?” Dokter Serlyn bertanya lagi. Ivy mengangguk, lalu menggeleng. Kemudian, ia menghela napas panjang dan sangat lelah. Matanya jadi berat.“Saya sangat lelah. Dan di sini… rasanya masih berat,” ucap Ivy sambil menepuk-nepuk kembali dadanya. “Apa yang Anda rasakan? Sesak?” tanya Dokter Serlyn.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 143. Pengorbanan Cinta

Noah terkesiap saat merasakan tepukan lembut di lengannya. Ketika ia membuka mata, ia melihat Ivy sudah berada di depannya dengan menyuguhkan senyuman manis. “Ivy! Maaf, aku ketiduran,” ucap Noah dengan tak enak hati. Ia segera berdiri, lalu mengangguk kepada Dokter Serlyn yang berada di belakang Ivy. “Maaf, Dokter,” ucapnya lagi sembari mengambil alih kursi roda Ivy sehingga kini ia berdiri di belakang Ivy. Dokter Serlyn tertawa. Ia menyuguhkan senyuman ramahnya sambil menggeleng kecil. “Tidak masalah. Kau pasti lelah. Sudah, cepatlah pulang. Kalian bisa istirahat bersama. Ivy juga pasti lelah setelah melewati sesi yang panjang,” ujar Dokter Serlyn. “Baik, Dok,” balas Noah dengan mengangguk mengerti. “Kami permisi dulu,” lanjutnya kemudian. “Ya. Sampai jumpa lagi, Ivy,” ucap Dokter Serlyn sembari melambaikan tangannya. Ivy ikut membalas lambaian tangan itu dengan senyuman. “Sampai jumpa, Dok.”Noah menganggukkan kepalanya satu kali lagi ke arah Dokter Serlyn sebelum mulai men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 144. Demi Mencintai

Ivy sudah memohon kepada Noah untuk tidak merahasiakan apapun lagi kepadanya. Akan tetapi, Noah tetap tak bisa menepati janjinya.Ivy yakin seratus persen kalau Noah menyembunyikan sesuatu darinya. Setelah menerima panggilan dari Ezra sewaktu mereka kembali dari rumah sakit, wajah Noah terlihat terkejut. Namun, ia segera menyembunyikan air muka itu darinya.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Ivy bertanya-tanya sendiri.Hari sudah larut malam dan ia masih duduk di kursi rodanya di balkon. Semilir angin malam terus menyibak surai rambutnya meski ia membenarkan rambutnya beberapa kali.“Apa keberadaan Ayah sudah ditemukan?” gumamnya lagi.Ivy terus merenung sambil menatap langit yang menggelap. Di atas sana tak terdapat bulan karena tertutup awan mendung yang tebal.“Sebentar lagi pasti hujan,” celetuknya.Kardigan rajut yang menyelimuti tubuhnya, ia eratkan saat angin terasa makin menusuk tulang. Akan tetapi, Ivy tak berniat untuk masuk ke dalam kamar dan tidur. Ia sengaja duduk di balkon k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 145. Sentuhan Yang Dirindukan

Setelah Noah lebih tenang, ia melepaskan pelukan secara perlahan. Ivy mengapus air mata di wajah Noah dan memberi kecupan di setiap lekuk wajahnya. Noah pun melakukan hal yang sama.Bibir Noah terhenti cukup lama di bibir Ivy. Ia mengulum lembut bibir itu sembari menggendong tubuh Ivy dengan sigap dan membaringkannya ke tempat tidur. Ciuman itu tak terlepas sama sekali sampai Ivy menepuk-nepuk dadanya karena kehabisan napas.Mereka tak pernah melakukannya sejak Ivy siuman dari komanya. Mungkin sudah satu bulan berlalu Noah menahannya.Noah tahu ia harus memendam seluruh hasratnya karena keadaan Ivy yang masih lemah, sama seperti sekarang. Hanya saja posisi mereka yang sudah sangat dekat dan intim seperti ini membuat Noah lebih sulit menguasai diri.Ivy menyadari suasana yang jadi lebih intens di antara mereka. Kedua tangannya melingkar di leher Noah hingga membuat wajah Noah yang berada di atasnya hampir menempel di wajahnya.“Lakukan saja. Tak apa,” lirih Ivy.Noah menelan ludahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 146. Terkuaknya Hal Tersembunyi

Ivy melewati lorong rumah sakit dengan jantung yang terus berdebar kencang. Setelah mendengar apa yang Noah sembunyikan, Ivy tak bisa menahan diri untuk tetap bergelung di atas tempat tidur.“Antarkan aku ke rumah sakit sekarang juga!” seru Ivy dengan berlonjak bangun.Ivy bahkan hampir lupa dengan kecacatan kakinya hingga ia hampir terjatuh dari tepat tidur sewaktu ingin bangun. Noah sontak menahan dirinya dan membantunya bersiap-siap dengan cepat.“Kau harus tenang Ivy. Jaga napasmu,” peringat Noah untuk kesekian kalinya.Noah terus mengatakan hal yang sama sejak membantunya bersiap-siap di rumah, di perjalanan menuju rumah sakit, hingga saat ini. Jika dihitung, mungkin sudah dari seratus kali Noah mengatakannya.“Aku akan tenang seandainya kau tak menyembunyikan hal ini dariku!” seru Ivy.“Aku menyembunyikannya karena tahu kalau kau akan bereaksi seperti ini. Aku tak ingin membuatmu makin khawatir,” ucap Noah.“Siapa yang tidak khawatir kalau adikku ditemukan hampir tewas dan sekar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 147. Sudut Pandang Berbeda

Clara merasa hidupnya sudah di ambang batas. Ia sudah yakin kalau dirinya akan mati saat disiksa dengan begitu kejam oleh ayahnya karena Ivy berhasil melarikan diri. Ia disekap selama berhari-hari dan akhirnya dibawa pergi dari rumah dengan niatan ingin dibuang.Ayahnya pasti mengira ia sudah menjadi mayat karena diam saja dan terus menutup mata, padahal ia memang sengaja berpura-pura pingsan agar siksaan itu terhenti. Ia juga menahan napasnya saat ayahnya mengecek alur napas di hidungnya.Saat berada di dalam mobil, Clara mendengar desisan ayahnya yang akan melemparkan mayatnya ke dalam lautan. Maka, saat ayahnya berhenti di pemberhentian bensin, ia segera kabur.Ia terus berlari dan bersembunyi hingga akhirnya ia tak sanggup lagi. Ia jatuh pingsan di tepian jalan dekat sungai dan sudah menyerah akan kehidupan.“Sebentar lagi aku pasti mati,” pikirnya.Di detik-detik menyakitkan itu, ia mulai terbayang dengan berbagai memori. Tentang kebersaman dengan mendian ibunya yang menghangatka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 148. Bunga Liar dan Sekuntum Mawar

Clara sudah dirawat selama satu minggu lebih dan selama itu pula Ivy tak kunjung mendatanginya. Ia sempat terenyuh saat mendengar ucapan Ezra beberapa waktu yang lalu, tetapi semua itu sirna karena Ivy tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.“Ezra pasti hanya bermulut besar. Aku yakin Ivy senang melihatku tak berdaya seperti ini,” gumam Clara sambil menatap langit-langit rumah sakit. Ketika Clara hanyut dalam lamunannya, sayup-sayup ia mendengar suara Ivy. Ia melirik pintu ruang kamarnya dan yakin kalau Ivy yang baru saja berteriak di depan kamarnya. Ivy seperti sedang marah kepada Noah karena ia baru mengetahui keadaannya. Mereka terus berdebat alot sampai akhirnya masuk ke dalam ruangannya. Ia pun langsung menutup matanya dan berpura-pura tidur. Clara tak tahu kenapa ia harus berpura-pura di depan Ivy. Harusnya ia langsung berteriak marah kepadanya seperti biasa. Akan tetapi, ia lebih memilih diam dan terus berakting tak sadarkan diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 149. Langkah Besar

“Keadaanmu sudah sangat membaik. Kau minum obat secara teratur, melakukan terapi dan konsultasi rutin, juga mengerjakan semua tugas yang saya berikan.”Dokter Serlyn tersenyum manis saat mengungkap kemajuan keadaan Ivy. Akan tetapi, ia tahu kalau Ivy sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Meskipun ia melihat senyum Ivy sekarang, gurat wajahnya yang kaku tak bisa mengelabui matanya. “Jadi, apa ada yang mengganggumu lagi akhir-akhir ini?” tanyanya kemudian. Ivy mengangguk kaku, tetapi mulutnya tak kunjung bersuara hingga Dokter Serlyn mengulangi pertanyaannya.“Apa yang mengganggumu, Ivy? Kau bisa mengatakannya kepadaku,” ujarnya. Ivy memainkan jari-jemarinya ketika otaknya berusaha menyusun kalimat yang pas. Dokter Serlyn dengan sabar menanti sampai Ivy bersuara. “Dokter….” Ivy memanggil Dokter Serlyn dengan gugup.Dokter Serlyn mengangguk. “Ya?”“Menurut Dokter apa saya boleh balas dendam?” tanya Ivy dengan sangat lirih. “Kau ingin balas dendam?” tanya sang dokter, cukup terkejut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 150. Kekuatan Bersama

Ivy menunggu kedatangan Ezra dengan gugup. Meskipun Clara dan Noah terus menanyakan perihal maksudnya, ia tetap tak bisa menjawab.“Tunggu Ezra datang,” balasnya secara berulang kali ketika Clara bertanya ada apa.Ezra juga memegang peran penting dalam rencananya. Ia dan Ezra harus bekerja sama agar semuanya rencana berjalan dengan baik.Setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Ezra datang bersama Bibi Puja. Mereka berdua masuk ke ruangan Clara dengan raut panik. “Bibi Puja?” tanya Clara.Bibi Puja yang sudah panik semakin gelagapan karena melihat Clara. Ia bahkan langsung bersembunyi di belakang tubuh Ezra karena takut berhadapan dengan Clara.“Jadi kau tiba-tiba hilang ternyata ikut dengan mereka?” tanya Clara, lagi.“Ya. Bibi Puja yang membantu Noah dan Ezra,” sahut Ivy.Bibi Puja masih berdiri di belakang Ezra dengan gemetar. Ia takut Clara akan memarahinya ataupun memukulnya. Akan tetapi, Clara tak bereaksi apa-apa selain mengangguk.“Oh.”Melihat reaksi Clara y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status