Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Jerat Dendam CEO Kejam: Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

Bab 71: Di Titik Nol

Noah berjalan di lorong rumah sakit dengan langkah lebar-lebar. Beberapa kali ia tak sengaja menabrak orang karena terlalu tergopoh-gopoh.“Jalan pakai mata!” maki salah seorang lelaki berkaos merah yang sedang menuntun anaknya sakit.“Maaf… maaf….” Noah terus mengulang kata maaf sambil berlarian ke lorong.Semua ini karena pesan dari Ivy yang membuatnya terkejut. Clara siuman. Itu adalah kabar baik. Ivy pasti bahagia, tetapi ada satu hal yang membuat perasaannya tak enak.Clara mencarinya? Untuk apa?Saat Noah sampai di depan ruang rawat Clara, ia membuka pintu sembari mengambil napas dalam-dalam.“Ivy?”Ivy yang sedang duduk di sebelah ranjang Clara langsung menoleh. Ia memberikan senyuman lebar, tetapi Noah merasa ada yang aneh dengan senyumannya.“Kenapa Ivy terlihat sedih?” pikirnya.Noah berjalan mendekat. Ia ingin memeluk Ivy, tetapi Ivy berjalan mundur hingga membuat Noah mengerutkan dahinya dengan bingung.“Kerjaannya sudah selesai?” tanya Ivy, mengalihkan pembicaraan.“Belum
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 72. Hasil Perbuatan

Ada yang berbeda dengan Ivy. Noah yakin sekali. Sejak Clara siuman, Ivy terasa lebih menjaga jarak darinya.“Aku mau beli minum dulu.”Seperti ini contohnya. Tiba-tiba saja Ivy berpamitan untuk pergi ke kantin ketika ia baru sampai di ruang rawat Clara.Sudah tak terhitung berapa kali Ivy melakukannya. Ivy seperti sengaja membiarkannya berdua saja bersama Clara.“Mau kemana?” Clara bertanya sewaktu aku beranjak dari tempat duduk.“Menyusul Ivy sebentar,” balasku.“Jangan pergi. Kepalaku pusing,” ucap Clara sambil memegang kepalanya yang masih diperban.Namun, lagi-lagi Clara tak bisa membuatku bergerak lebih jauh. Pada akhirnya, aku kembali duduk dengan perasaan gusar.Ada yang salah di isni. Noah yakin itu. Dan keyakinannya makin membulat saat Clara tiba-tiba meraih tangannya.“Kenapa?” tanya Noah, keheranan.Noah berusaha menepis genggaman Clara, tetapi Clara memegangnya cukup kuat. Bagi Noah, tenaganya sudah termasuk besar untuk orang yang sedang sakit.“Aku hanya ingin menggenggam
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 73. Adu Keras Kepala

Ivy membawa Noah pintu yang mengarah ke tangga darurat. Tempat dimana ia biasa meluapkan tangisannya tanpa seorang pun yang tahu. Karena hanya tempat ini yang sepi dan kemungkinan bertemu orang lain sangat kecil.“Sekarang jelaskan padaku,” pinta Ivy dengan melepas tautannya dari Noah.Noah tak langsung menjawab. Bahkan, ia memang tak berniat menjawab. Ia tak mau kebodohannya di masa lalu kembali membuat hubungan mereka menjadi renggang.“Tak ada apa-apa, Sayang. Ayo kembali.”Noah menarik lengan Ivy untuk mengajaknya keluar dari ruangan itu, tapi Ivy menepisnya.“Tak ada apa-apa? Kau tak lihat bagaimana kondisi Clara tadi? Bukannya kau bilang sendiri pada Dokter kalau sebelumnya kalian berdebat sampai membuatnya seperti itu? Memangnya apa sih yang kau ucapkan pada Clara?”Ivy tak bisa menahan dirinya untuk memborbardir Noah dengan rentetan pertanyaan. Ketakutannya akan kehilangan Clara membuatnya lemas dan panik.“Aku bisa menyelesaikannya dengan Clara. Aku tak bisa menjelaskannya pa
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 74. Kekuatan Melepaskan

“Maaf, Noah.”Untuk kesekian kalinya, Ivy hanya bisa mengucap maaf. Sedangkan Noah masih menatapnya dengan keheranan.“Kau bertanya kan, apa yang kukatakan sebelumnya pada Clara? Aku hanya mengatakan kalau aku sudah menikah denganmu sehingga tak ada celah untuknya yang ingin mengambilku. Apa ucapanku salah?” desak Noah.Ivy menggigit bibir bawahnya. Ia tak mampu untuk menjawab setelah melakukan kesalahan fatal dengan menampar Noah karena tak bisa menahan emosi.“Katakan, apa aku salah, Ivy?” ulang Noah.Namun, Ivy memilih untuk memalingkan wajahnya. Ia tak mamu menatap Noah yang matanya sudah dipenuhi dengan amarah dan kerlingan air mata.“Aku melakukan ini untuk kebaikanmu, Ivy. Tapi kenapa kau masih membela Clara? Apa kau juga akan tetap membelanya walau dia sudah menyakitiku seperti apa yang dilakukan ayahmu padaku?” Noah terus menyerang dengan tanya.Ivy akhirnya kembali menatap Noah, lalu menggeleng. “Clara tak akan seperti itu…,” lirihnya.“Bagaimana kalau iya? Dia bahkan tak se
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 75. Rumah Tempat Pulang

Setelah perawatan intensif selama tiga minggu dan terapi yang dilakukan, akhhirnya Clara diizinkan pulang. Tentunya Ivy membawa Clara kembali ke rumah Noah karena tak mungkin kembali ke rumah sendiri yang justru menjadi penjara bagi mereka.“Aku tak mau di kamar tamu,” celetuk Clara.“Kau mau tidur dimana?” tanya Ivy.“Di kamar utama,” balasnya.Noah yang sedang meminum sebotol air dingin dari kulkas langsung tersedak mendengarnya. Ia terbatuk-batuk dan Ivy menepuk-nepuk punggungnya dengan cekatan.“Hati-hati,” peringat Ivy.Noah hanya mengangguk kecil. “Hm.”Hubungan mereka selama tiga minggu ini terasa aneh. Sejak pertengkaran hebat itu, mereka memang tak banyak berbicara satu sama lain. Namun, semua perhatian selalu tertuju.“Clara ingin tidur di kamar utama. Bagaimana?” tanya Ivy kemudian.Noah melirik Clara yang duduk dengan sombongnya di ruang makan, lalu menatap Ivy dengan helaan napas panjang.“Ya sudah,” balas Noah.“Tak apa?” Ivy kembali meyakinkan.“Ya. Nanti kita gunakan k
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 76. Senjata Makan Tuan

Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan Ivy. Saat tubuh Ivy goyah, rasanya ia ingin berlari dan menggendongnya seperti biasanya.“Kalau saja aku tak mencintai Ivy, aku pasti sudah mengamuk dengan keinginannya yang gila ini,” batin Noah.Noah terus mendumel dalam hati. Ia sungguh tak bisa harus berjauhan dengan Ivy, tapi ia tak mau juga membuatnya marah. Keberadaan Clara memang sangat menganggunya, apalagi saat ia juga ikut pulang ke rumah.“Padahal aku tuan rumah di sini, tapi bisa-bisanya dia yang mengatur-ngatur bahkan melarangku tidur dengan istriku sendiri.”Noah memperhatikan punggung Clara dengan kesal, kemudian menatap Ivy dengan penuh kekhawatiran. Ia sudah sampai di lantai dua, tapi Ivy bahkan belum sampai setengah tangga.“Ayo. Kau bilang mau merapikan barang-barangmu di kamar?” tanya Clara, membuat Noah tak bisa lagi memperhatikan Ivy.Noah berjalan mendekat dengan malas, lalu melewati Clara yang berdiri di depan pintu dan masuk ke dalam kamar.Hal pertama
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 77. Di Balik Senyuman

“Sudah kukatakan padamu berulang kali kalau kau harus menjaga ucapanmu di depan Clara! Lihatlah apa yang terjadi karena perbuatanmu!”Ivy menatap Noah dengan penuh kekecewaan, sedangkan Noah hanya berdiri di depannya dengan berkali-kali menghela napas panjang.“Dan sudah kukatakan juga kalau Clara yang memulai duluan,” balas Noah.Mereka sudah berdebat alot sejak Clara jatuh pingsan. Namun, perdebatan itu sama seperti yang sudah-sudah. Mereka hanya terus meluapkan emosi tanpa hasil yang berarti."Walau Clara memancingmu, harusnya kau bisa menahan diri. Clara baru sembuh, Noah...," ucap Ivy dengan memelas.Noah tahu kalau Ivy sudah putus asa, tapi ia pun juga merasakan hal yang sama."Dia nanti akan semakin kurang ajar kalau dibiarkan saja. Dia bahkan sudah semena-mena di rumah ini dengan merampas kamar kita!" ucap Noah."Setidaknya beri Clara waktu untuk beradaptasi. Dia mungkin suntuk karena menghabiskan banyak waktu di rumah sakit,” pinta Ivy dengan suara yang lebih rendah.Noah mer
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 78. Pura-pura

Kyla baru saja turun dari mobilnya saat mendapatkan telepon dari Noah. Yang mana hal itu membuatnya terkejut karena Noah tak pernah menghubunginya semenjak mereka lulus.Mereka hanya bertemu sesekali di reuni, itu pun tak pernah lebi dari lima kali sejak kelulusan mereka bertahun-tahun yang lalu. Selama ini, ia hanya mengetahui kabar Noah melalui media massa. Termasuk kabar jatuhnya perusahaannya di tangan ayah mertuanya.“Kenapa ini?” gumamnya sambil menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan nama Noah besar-besar.Kyla berdehem keras sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu. Bohong jika ia merasa biasa dan tenang saat mendengar suara Noah, orang yang dulu ia sukai.“Halo? Ada apa, Noah?” tanyanya.“Kyla, apa kau masih di rumah sakit?” Noah balik menjawab dengan pertanyaan..Kyla mengerutkan dahinya. Ia tak mengira kalau Noah akan menanyakan keberadaannya. Sebenarnya apa yang dia inginkan?“Aku baru pulang. Kenapa?”“Oh, syukurlah. Apa kau bisa ke rumah? Adik iparku jatuh pingsa
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 79. Jebakan Licik

“Aku sedih sekali melihat Noah yang menurut saja pada Ivy. Dia selalu dimanipulasi olehnya, jadi aku ingin membebaskan Noah.”Clara berusaha memancing emosional Kyla agar berada di pihaknya, tetapi menghadapi Kyla sepertinya hal yang cukup sulit saat melihat tatapan oenuh selidiknya.“Dan apa hubungannya membebaskan Noah dengan alasanmu pura-pura pingsan?” tanya Kyla dengan mata menyipit.Clara gelagapan, tetapi ia segera memutar otaknya untuk terus berbohong.“Ivy tak berani menyakitiku kalau aku masih terlihat lemah dan Noah pun jadi iba padaku, jadi saat aku masih terlihat sakit Noah bisa lebih peduli padaku. Di saat itu aku akan membuatnya sadar secara perlahan dan menjauhkannya dari kakakku.”Kyla tetap diam. Ia tak menunjukkan reaksi apapun setelah mendengar semua penjelasan Clara. “Tolong aku. Katakan saja pada mereka kalau aku harus diperlakukan hati-hati. Itu saja,” pinta Clara dengan menangkupkan kedua tangannya, memohon dengan raut memelas.Kyla menghela napas panjang. Sem
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 80. Sebuah Rencana

Ivy berdiri diam di depan pintu kamar tamu yang akan ditempati Noah dengan cukup lama. Tangannya ragu saat ingin memutar knop pintu. Namun, ia harus memastikan kebenaran ucapan Clara.“Ivy?”Ivy tersentak saat pintu itu terbuka dari dalam. Noah berdiri di depannya dengan bingung.“Kenapa hanya berdiri di sini? Tak masuk?” tanyanya.“Ini mau masuk,” balas Ivy.Noah memundurkan langkahnya agar Ivy bisa berjalan maju dan masuk ke kamar tamu. Ia membiarkan Ivy memandang kamar yang masih berantakan itu dengan keheranan.“Pasti ada yang ingin kau bicarakan padaku, kan?” tebak Noah.Ivy yang sedang memperhatikan koper Noah hanya berdehem. Ia berjalan mendekati koper itu dan merapikan sisa pakaian yang belum diletakkan di lemari.“Mau bicara apa?” Noah kembali bertanya dengan berjalan mendekati Ivy.Noah lupa dengan niatnya untuk keluar kamar mencari minuman. Baginya, Ivy memang bagai magnet yang selalu menariknya.“Ada sesuatu….”Ivy menundukkan kepalanya. Ia tak berani memandang mata Noah k
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status