Semua Bab Wanita Yang Menginginkan Suamiku: Bab 311 - Bab 320

363 Bab

Gantian

Keduanya sama-sama terbangun saat Tatiana mengetuk pintu kamar dan mengatakan kalau hari sudah malam. Saking lelahnya Angel dan Davin tidak sadar waktu hingga ketiduran sampai malam.“Masih tidur? Capek banget ya? Amy kira kamu sakit karena nggak keluar kamar dari tadi,” ujar Tatiana saat Angel membuka pintu dan menunjukkan muka bantalnya.Angel menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang kaku. “Iya, My, capek banget.”“Papi udah pulang, temui dulu gih! Dia nanyain kamu terus dari tadi.”Menutup pintu kamar yang tadi memberi celah, Angel keluar menuju kamar Bian. Di belakangnya Tatiana berjalan mengiringi. Angel tidak menemukan Bian di kamar. Ditolehkannya kepala ke belakang dan bertanya. “My, Papi mana?”“Tadi sih ada di sini, atau mungkin di ruang kerjanya.”Kedua perempuan itu lantas berjalan ke ruangan di samping kamar Bian dan Tatiana. Ternyata benar, ada Bian di sana. Lelaki itu tampak serius di depan laptop.“Papi!” Mendengar suara putri yang dirindukannya, Bian menoleh lalu me
Baca selengkapnya

Cemburu Ala Dave

“Dave, nanti pas istirahat kita makan bareng ya?” Itu kalimat pertama yang didengar Davin dari mulut Angel saat menerima telepon darinya.Davin melirik arloji. Masih ada satu jam lagi menjelang istirahat. Masalahnya saat ini ada begitu banyak yang harus diselesaikannya dan harus tuntas hari ini juga.“Dek, kalo aku nggak bisa gimana? Kamu sendiri dulu nggak apa-apa kan?”“Masa sebentar aja nggak bisa sih, Dave?” sahut Angel kecewa.“Soalnya aku lagi sibuk banget, Sayang… nanti habis ini aku juga ada meeting di luar, terus mau ketemu suplier material juga,” jawab Davin beralasan sembari menyebutkan satu demi satu jadwal yang terekam di benaknya.“Ya… sayang banget,” sesal Angel kecewa. “Kalo gitu mendingan aku makan sama Eriq aja deh.”“Eriq? Eriq siapa?” kejar Davin cepat. Dia baru sekali ini mendengar Angel menyebut nama dimaksud.“Anak baru, Dave, dia yang gantiin Dylan.”“Lho, gimana bisa?”“Gimana bisa apanya?” Dari balik gawai Angel tersenyum saat melihat sosok yang mereka bicara
Baca selengkapnya

Ciuman Di Lift

“Sebelumnya sudah lama kenal sama Angel?” tanya Eriq setelah melepaskan mata dari istri Davin.“Nggak juga.”“Berarti kamu cuma modal nekat doang kawin sama Angel?”“Maksudnya nikah?” balas Davin meluruskan.“Itu sama saja kan?” ujar Eriq tidak mau dikoreksi.“Mungkin konteksnya memang terlihat sama, tapi pada dasarnya berbeda.”Eriq tersenyum miring. “Ya sudah terserah kamu saja. Tapi menurutku tujuan pernikahan bukanlah sekadar memenuhi kebutuhan biologis.”“Apa aku bilang begitu?” Davin agak tersinggung karena Eriq seperti menganggapnya menikahi Angel hanya untuk menyalurkan hasrat semata.“Nggak sih, tapi akan lebih baik jika sebelum memutuskan untuk menikah kita mengenal dulu pasangan kita baik-baik.”“Jadi menurutmu aku nggak mengenal Angel dengan baik, begitu?”“Dan sebaliknya, dari cerita kalian, sepertinya Angel juga hanya mengenal kamu sepintas lalu. Biasanya dari hubungan singkat yang akan terlihat pastinya hanya sisi positif dari seseorang.”“Maksudnya apa ya?” Davin mulai
Baca selengkapnya

Memulai Kehidupan Pernikahan Yang Sesungguhnya

Angel dan Davin tiba di rumah keluarga Mahendra dua puluh menit kemudian. Saat mereka sampai di sana, Kiano ternyata juga sudah berada di rumah.“Gimana, Dave, lancar?” Kiano membuka obrolan.“Lancar, Pi, so far so good, nggak ada masalah,” jawab Davin memberikan gambaran singkat hasil tinjauannya kemarin.“Nggak terlalu baik juga sih, Pi,” sela Angel menyangkal.“Kenapa, Ngel? Ada masalah?” Kiano beralih memandang menantunya.“Ada pengacau kecil, Pi.”“Pengacau?” ulang Kiano. Matanya berlarian menatap Angel dan Davin bergantian dengan tatapan minta penjelasan.Angel melirik Davin sekilas seolah ingin meminta izin bahwa dia boleh menceritakannya. Melihat Davin yang diam, Angel yakin bahwa sang suami memberinya izin untuk mengatakannya.“Pengacau gimana maksudnya, Ngel?” Adizty yang juga berada di tengah-tengah mereka sudah tidak sabar ingin tahu cerita lengkapnya.“Itu lho, Mi, Pi, anaknya Pak Ganda suka menggoda Davin. Dia nggak menghargai aku sebagai istri Davin, Mi, Pi,” kata Angel
Baca selengkapnya

Romansa Kamar Mandi

“Cinta tidak hanya berasal dari mata, tapi kadang datang dari perut.”Angel mengingat baik-baik pesan Tatiana saat mereka berpelukan. Setelah itu Tatiana dan yang lainnya pulang. Hal itulah salah satu alasan Angel berada di dapur pagi ini. Hanya menggoreng frozen food, namun ternyata tidak semudah yang dibayangkannya. Berkali-kali Angel meniup tangannya yang kena cipratan minyak panas dari penggorengan. Berulang-ulang pula embusan napas panjang lolos keluar dari mulutnya.Angel terkesiap ketika tubuhnya dipeluk dari belakang. Dia hampir saja berteriak kalau tidak ingat di rumah ini hanya ada mereka berdua. Jadi pasti yang memeluknya adalah Davin.“Lagi masak apa, Sayang?” Belum sempat Angel berkata, Davin sudah bertanya.“Lagi goreng ayam, tapi kayaknya aku nggak bisa deh,” keluh Angel sambil terus meniup-niup jemarinya.Davin memutar badan Angel menghadap padanya. Diraihnya telunjuk Angel yang kena cipratan minyak panas dan mendekatkan ke mulut lantas menghisapnya.“Kalo kayak gini,
Baca selengkapnya

Deg-Degan

Angel sedang memerhatikan kalender. Matanya menelusuri dengan teliti angka demi angka yang tertera di sana. Perempuan itu hampir saja bersorak saat mengetahui tanggal menstruasinya sudah lewat namun tamu bulanannya tak kunjung datang.Ya Tuhan, apa itu artinya? Angel memegang perutnya dan mengusap perlahan. Harapannya begitu besar untuk memiliki seorang anak, tapi Angel takut berangan-angan terlalu berlebihan, jatuhnya pasti kecewa kalau tidak sesuai ekspektasi. Matanya kemudian tertuju pada tanggal dua hari dari hari ini. Tanggal 19 atau lusa adalah hari ulang tahun Davin. menyadari hal itu, sebuah ide cemerlang melintas di benak Angel. Andai saja dia beneran hamil maka hal itu pasti akan menjadi kado yang sangat istimewa bagi Davin. Sayangnya di bulan ketiga mereka menikah belum ada tanda-tanda kalau dirinya akan berbadan dua. Malahan bulan lalu masa period-nya terasa lebih lama dan berat. Angel sangat tersiksa oleh sakit pada perut, pinggang serta panggulnya. “Ngeliatin apa, De
Baca selengkapnya

Tidak Ingin Kamu Kecewa

Angel terjaga dari tidur saat merasa lilitan dari dalam perutnya. Bukan hanya itu, bagian bawah tubuhnya juga terasa basah. Diedarkannya mata ke seisi kamar. Gelap di sekeliling. Satu-satunya penerangan adalah cahaya dari lampu tidur. Di sebelahnya, Davin masih terlelap. Melihat tidurnya yang pulas, Angel tidak tega untuk membangunkannya. Apalagi seharian ini Davin sepertinya terlalu lelah.Dengan hati-hati, Angel turun dari tempat tidur lalu berjalan tertatih ke kamar mandi. Mukanya meringis menahan sakit. Dia hampir saja tergelincir karena gagal menjaga keseimbangan badan. Beruntung, tangannya masih berpegangan ke dinding sehingga tidak jadi jatuh. Menekan saklar, Angel masuk ke kamar mandi yang seketika terang benderang. Angel terkesiap saat membuka celananya yang sejak tadi terasa basah. Rasa kecewa seketika melingkupinya saat melihat cairan merah kecoklatan yang menodai celananya.“Gagal lagi,” desisnya kecewa. Padahal dia sudah berencana akan mengunjungi dokter sore nanti. “
Baca selengkapnya

Sesuatu Yang Terjadi Pada Angel

“Aaa…” Bibir mungil itu mengerang pelan. Terdengar kesakitan atau seperti menahan sesuatu. “Ngel, kamu sudah sadar?” Suara itu merasuki gendang telinga Angel. Jelas dan dekat.Digerakkannya kepala pelan-pelan mencari sumber suara. Dan sosok yang ada di sebelahnya membuat Angel kecewa. Kenapa harus dia?“Aku lagi di mana?” Suara Angel yang diucapkan dengan penuh usaha terdengar lirih dan lemah.“Kamu di rumah sakit sekarang, Ngel.”Angel terdiam, seolah sedang berpikir apa yang sudah menimpanya. Belum sampai pikirannya ke sana, lelaki yang mendampinginya segera memberitahu.“Ngel, tadi kamu pingsan di kantor. Aku nggak tahu berapa lama kamu pingsan, tadi pas aku masuk ke ruangan kamu, tahu-tahu kamu udah di lantai.”Angel memperhatikan muka Eriq yang sedang menceritakan kronologi kejadian itu padanya. Dia baru ingat sekarang. Ya, tadi saat akan men-charge ponsel, selain sakit di perut, tiba-tiba saja kepalanya pusing, tubuhnya lalu kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh tak sadark
Baca selengkapnya

Jangan Panik Dulu

Tatiana masih mendekap Angel dan menghiburnya. Sedangkan Bian berdiri dengan masygul. Berdiri tidak jauh darinya Eriq ikut kebingungan. “Ini suaminya ke mana sih?” Bian mulai sadar setelah menetralisir perasaannya. Lelaki itu mengeluarkan handphone dan mencari nama menantunya di daftar kontak.Bian mulai tidak sabar ketika Davin tak kunjung menjawab telepon darinya. “Suami kayak apa sih dia, istri sakit masih aja ngurusin kerjaan,” omelnya dari balik gawai.“Sabar, Bi, mungkin dia sedang ada di jalan.” Satu-satunya yang tidak panik dan bisa berpikir jernih di sana adalah Tatiana. “Alasan klasik!” sergah Bian tidak peduli. Dengan kasar disimpannya kembali handphone ke dalam saku celana.“Pak Bian, tadi saya juga sudah telepon Davin, tapi kata operator nomornya nggak aktif. Davin nggak bisa dihubungi, Pak,” sela Eriq melaporkan apa yang tadi dialaminya.“Apa maksudnya coba pake matiin handphone segala?” Bian memandangi Tatiana.“Kita akan tahu jawabannya nanti, Bi, kalo Davin sudah pu
Baca selengkapnya

Saling Mengisi

“Kita cari second opinion aja, Dek,” kata Davin setelah mereka keluar dari ruangan dokter. Tadi mereka kembali menemui dokter agar Davin mendengar langsung penjelasan dari pakarnya.“Cari second opinion di mana lagi, Dave?” tanya Bian kurang setuju. Menurutnya semakin cepat Angel dioperasi maka akan semakin bagus karena semua penyakitnya pasti akan tuntas.“Pi, kita coba di Sintesa dulu ya? Dulu ada teman mami kena endometriosis juga, tapi nggak dioperasi, Pi, cuma menjalani terapi pengobatan tapi bisa sembuh.”“Yakin kamu, Dave? Jangan-jangan sifatnya cuma sementara, ntar kambuh lagi.” Bian masih kurang percaya.“Yakin, Pi, makanya kita coba dulu ya…”“Iya, Pi, aku takut dioperasi, kalo ada jalan selain operasi, mendingan itu aja. Aku mau deh minum obat sekarung dari pada harus operasi.” Angel mengeluarkan isi hatinya.“Iya, Bi, menurutku juga gitu. Kalo ada cara lain kenapa harus operasi?” Tatiana menimpali.“Ya udah.” Bian pun menyetujui karena tidak ada yang mendukung pendapatnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3031323334
...
37
DMCA.com Protection Status