“Sudah rapi?” tanya Davin pada Angel sambil mematut diri di depan cermin.Angel menolehkan kepala dan membantu membetulkan kerah kemeja Davin yang agak miring. Sesuai permintaan Adizty tadi siang, malam itu mereka akan datang ke sana memenuhi undangan makan malam sang mertua.“Tumben-tumbenan ya mami papi ngajak kita makan di sana padahal nggak ada acara apa-apa,” heran Davin. Bahkan dia tidak menyadari kalau hari ini adalah hari pertambahan usianya. Angel juga sejak tadi tidak mengatakan apa-apa. Tidak ada ucapan selamat atau apa pun yang memberi clue pada Davin bahwa ini adalah hari bahagianya. Semua berlangsung biasa-biasa saja. Wajar dan menurut semestinya. Tidak ada yang aneh atau pun janggal.“Mungkin mami baru habis eksperimen makanya kita dijadikan kelinci percobaan,” ujar Angel mengutip kata-kata yang pernah diucapkan Davin.Davin tertawa. Dia memang pernah mengatakan hal itu sebelumnya. Tapi apapun eksperimen Adizty sebelumnya tidak pern
“Dave, Ngel, kalian nginap di sini aja ya malam ini,” kata Adizty setelah mereka selesai makan.Angel melirik Davin meminta pendapat. Yang dilirik memberi kode dengan mata dan menyerahkan keputusan pada istrinya.“Tapi aku nggak bawa baju, Mi.” Angel beralasan. Malam ini dia ingin pulang ke rumah dan merayakan hari istimewa Davin hanya berdua dengan caranya sendiri.“Pake baju Gendiz aja dulu, Ngel, banyak kok di lemari.”“Sekali-kali tidur di sini apa salahnya? Lagian nanti kalian kan cuma berdua di kamar. Papi mami nggak ikut tidur bareng kalian kok.” Kiano ikut bicara yang membuat Angel dan Davin tidak bisa menolak lagi.“Ya udah, Pi, malam ini kita nginap di sini,” putus Davin.Keduanya lalu naik ke lantai tiga, di mana kamar Davin dan Gendiz berada.Davin membuka gagang pintu kamar Gendiz pelan-pelan untuk mengambil baju yang akan dipakai Angel. Saat itu juga aroma lemon nan segar yang berasal dari pewangi ruangan langsung m
Hari ini adalah hari yang menegangkan bagi Angel, Davin, Bian serta Tatiana. Sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati sebelumnya, hari ini Angel akan menjalani tindakan laparosokopi atau bedah minimal invasif sebagai bentuk penanganan pada endometriosis yang dideritanya,“Kalo bisa izinkan saya menemui anak saya sekali lagi, Dok,” pinta Bian sesaat sebelum Angel akan mulai operasi.Dokter tersenyum menanggapi Bian. “Maaf ya, Pak, tidak bisa, operasi akan segera dimulai.”“Pi, percaya sama aku kalo semua akan baik-baik saja,” kata Davin mencoba meyakinkan mertuanya untuk tetap tenang dan tidak panik.Bian menyugesti dirinya sendiri kalau semua pasti akan berjalan dengan baik dan lancar. Tapi ternyata semua tidak semudah yang dibayangkan. Dia tetap saja dihantui ketakutan.“Bi, percayakan semua pada mereka. Dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk Angel. Sebaiknya kita tunggu saja dan berdoa agar semua berjalan dengan lancar,” ucap
Lima bulan kemudian.Angel keluar dari ruang dokter dengan perasaan tidak menentu. Senang, sedih, terharu, bahagia, semua membaur menjadi satu. Ikhtiarnya dan Davin beberapa bulan ini pada akhirnya membuahkan hasil.“My, dokter nggak salah kan, My?” Rasanya Angel masih belum percaya kalau pada akhirnya dia dinyatakan positif hamil.Sudah satu bulan ini tamu bulanan yang biasa mengunjunginya tidak datang. Namun Angel tidak mau koar-koar dulu. Angel khawatir kalau jadwalnya saja yang mundur. Namun ternyata setelah ditunggu-tunggu menstruasinya tidak kunjung hadir. Akhir-akhir ini Angel juga sering merasa pusing serta mual-mual, terutama di pagi hari.Angel semakin curiga karena apa yang dialaminya terus berlangsng secara continue. Hingga akhirnya Angel pun berpikir kalau gejala tersebut bukan sekadar masuk angin biasa, tapi mengarah pada hal yang telah lama dinantikannya.Meski awalnya merasa ragu, pada akhirnya Angel memutuskan untuk menceritakannya pada Tatiana. “My, udah satu bulan
Malam itu, Angel, Davin, Kiano, Adizty, serta Bian dan Tatiana berkumpul bersama. Mereka merayakan kehamilan Angel dengan dinner bareng di sebuah resto. Ekspresi keempatnya berbeda-beda saat mengetahui berita bahagia itu. Sudah bisa ditebak, Bian dan Kiano adalah yang paling antusias dan ekspresif di antara mereka semua. Berbagai celetukan-celetukan lucu mengalir dari mulut keduanya.“Pokoknya nanti aku mau cucu laki-laki. Aku udah lelah jadi yang paling ganteng sendiri,” kata Bian sebelum makan malam dimulai.“Kalo aku maunya cewek. Jadi nanti rumahku dipenuhi sama cewek-cewek cantik. Ya istriku, anakku, menantuku, cucuku, besanku juga. Eh, besan nggak ding.” Kiano meralat ucapannya saat Bian melotot padanya. Sementara Tatiana hanya mengulum senyum.“Boleh-boleh aja kalo mau cucu perempuan, tapi nanti kalo Angel hamil lagi. Pokoknya cucu pertama harus laki-laki.”“Wah, nggak bisa gitu dong. Angel juga pasti mau punya anak perempuan, iya kan, Ngel?”“Kalo aku terserah aja, Pi, mau l
Time flies.Tanpa terasa bulan ini sudah bulan keenam kehamilan Angel. Dari segi kesehatan semua berlangsung baik-baik saja. Tidak ada masalah selain mood Angel yang masih belum stabil dan terus berubah-ubah. Tapi Davin yang teramat sabar sangat pandai menghadapinya.Tidak seperti wanita hamil lainnya, pada bulan keenam perut Angel sudah membesar bagaikan sedang hamil delapan bulan. Angel juga kesulitan untuk bergerak karena badannya yang semakin berat. Semua membuatnya kesulitan untuk beraktivitas.Sore ini pasangan muda itu mengunjungi dokter kandungan untuk memeriksa kehamilan Angel. Hampir setiap bulan mereka mengunjungi dokter kandungan. Namun keduanya meminta pada dokter untuk tidak memberitahukan jenis kelamin sang buah hati.Sore ini Angel dan Davin mengunjungi dokter kandungan yang berbeda karena dokter langganan mereka kebetulan sedang berhalangan.Seperti biasa, setelah dokter menanyakan kondisi dan keluhan yang Angel rasakan, dokter menyuruhnya berbaring di ranjang periksa
Saat ketiganya tengah lahap makan bersama, Bian muncul di tengah-tengah mereka. Tatiana menarik kursi agar suaminya bisa duduk.“Sudah lama kalian datang?” Bian menatap Angel dan Davin bergantian.“Lumayan, Pi.” Angel menggeser wadah berisi nasi ke arah Bian.Tatiana dengan sigap membantu menyendokkan nasi ke piring suaminya itu.“Eh, tapi tumben kalian ke sini?”“Tadi aku sama Davin pulang dari dokter, Pi, terus sekalian mampir di sini.”“Dokter kandungan?”“Iya, Pi.”“Terus gimana hasilnya?” kejar Bian cepat. “Papi nggak setuju cara kalian. Surprise sih surprise, tapi masa iya kalian nggak mau tahu jenis kelamin anak sendiri.”Entah mengapa saat itu Angel dan Davin begitu keras bertahan untuk tidak ingin tahu jenis kelamin anak mereka. Tapi semua keinginan itu goyah setelah mereka berpikir hal itu sangat penting untuk mereka ketahui.“Kenapa pada diam? Gimana hasilnya?” tegur Bian pada Angel dan Davin yang sama-sama menyimpan suara.Menyadari situasi pelik ituTatiana lekas menengahi
“Saya mau masuk juga, apa boleh, Dok?” “Maaf, Pak, yang boleh menemani pasien hanya suaminya,” jawab dokter sambil tersenyum saat Bian menyampaikan keinginannya untuk mendampingi Angel di dalam ruang operasi. Hari ini Angel akan menjalani operasi caesar seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. “Dave, kamu temani Angel di sana baik-baik ya, jangan bikin Angel tambah khawatir,” pesan Bian sesaat sebelum operasi akan dilaksanakan.“Iya, Pi. Papi tenang aja. Nggak usah khawatir, Pi, semua pasti akan berjalan dengan lancar. Percayakan semua pada tenaga medis dan jangan lupa berdoa pada Tuhan,” ujar Davin tanpa bermaksud menggurui.“Davin benar, Bi, sebaiknya kita tunggu saja dengan tenang, nggak usah panik.” Tatiana menyentuh lengan Bian.“Aku takut kalo terjadi apa-apa sama Angel.”“Ssstt…, jangan mikir yang aneh-aneh, kamu nggak lupa kan kalo kata-kata bisa mensugesti diri? Udah yuk, kita tunggu di sana.” Tatiana menggandeng tangan Bian menjauh dari ruang operasi.Dua orang perawat