Semua Bab Pesona Istri Muda Ayahku: Bab 11 - Bab 20

65 Bab

Ibuku Sayang, Jika Butuh Uang, Minta Saja Padaku!

Naina merasa lega begitu melihat Arka datang, dia bisa meminta bantuan lelaki itu untuk membuat semua orang percaya bahwa dirinya tidak bersalah.Dengan langkah tegasnya, Arka berjalan menghampiri mereka.“Presdir, Nyonya Naina telah mencuri uang dari atas mejaku. Uang itu adalah uang yang kau suruh untuk kuberikan kepada anak panti asuhan. Tapi Nyonya Naina tetap tidak mau mengaku, padahal amplop ini adalah buktinya.” Ambar menunjukkan amplop cokelat itu di depan Arka.Arka menatap amplop itu dengan wajah terkejut.Naina mengelak. Menggelengkan kepalanya cepat. “Arka. Tolong katakan pada mereka kalau aku tidak pernah mencuri uang itu. Uang itu aku dapatkan darimu. Kau yang sudah memberikannya untuk biaya pengobatan Raffan. Tolong katakan yang sebenarnya!” pinta Naina, mendekati Arka dan memohon pada lelaki itu.Naina sangat berharap besar pada pembelaan Arka. Naina tahu, hanya Arka yang bisa mengeluarkannya dari masalah ini
Baca selengkapnya

Mengapa Kau masih Mempertahankan Naina?

Karena tidak tahan, Naina mendorong dada Arka hingga mundur selangkah dan dia segera pergi dari kantor itu.Arka menatap punggung Naina yang menghilang dari pandangannya. Tadi dia melihat air mata Naina yang nyaris tumpah. Wanita itu pasti sakit hati karena dipermalukan olehnya. Dan sialnya, melihat air mata itu, ada sedikit rasa kasihan dalam hati Arka. Tapi Arka segera menepis perasaan itu dan memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya. Arka membuang napas pelan, sebelum akhirnya dia berbalik dan masuk ke dalam kantornya. Tanpa Arka tahu, Rustam tadi mengikutinya dari belakang saat dia merangkul Naina ke luar dari kantor.Rustam menatap pada kepergian Arka yang menghilang di pintu lift, kemudian dia berpikir.  “Ternyata Arka juga membenci wanita yang hanya mencari harta keluarga ini.”*** Karena jam makan siang sudah tiba, Maurin segera bangkit berdiri dari duduknya dan berjalan cepat. Langkahnya tidak men
Baca selengkapnya

Apa Naina sering Membawa Makanan untuk Ayahku?

Arka baru saja melakukan meeting dengan beberapa karyawan dan petinggi perusahaan. Meeting kali ini membahas tentang bagaimana cara mendapat target pasar yang tepat untuk produk yang akan mereka luncurkan. Dan tak disangka, semua orang yang ada di ruang meeting itu mengangguk dengan tatapan kagum ketika mendengar dan melihat cara berpikir Arka untuk memajukan perusahaan.“Meeting kita selesai. Semuanya boleh bubar dan kembali ke tempat masing-masing. Sampai bertemu di meeting selanjutnya,” ucap Arka mengedarkan pandangannya pada seluruh peserta meeting, sambil sedikit memungkukan tubuh dengan kedua telapak tangan yang bertumpu di tepi meja.“Baik, Presdir.” semuanya berdiri, satu per satu meninggalkan ruang meeting itu.  Selesai mereka pergi, barulah Arka keluar dari sana dan disusul oleh Ambar.Arka berjalan menuju ruang kerja CEO. Langkahnya begitu tegas. Orang yang tak mengenal siapa Arka, mungkin akan langsung menyimpulkan jika A
Baca selengkapnya

Menyeka Keringat

Minggu pagi ini, Naina membuatkan sarapan untuk Arka. Hanya setangkup roti panggang dengan ditambahkan selai kacang di atasnya. Lalu segelas air putih hangat. Menu sarapan yang selalu menjadi kesukaan lelaki itu.Naina menyunggingkan senyum tipis sembari menatap sarapan buatannya yang sudah ia tata sedemikian rupa.“Sudah siap. Sekarang sarapannya tinggal dihidangkan di atas meja!”  Baru saja Naina mengangkat nampannya, hendak berjalan keluar dapur saat Bik Atin tiba-tiba datang dan bertemu pandang dengannya. “Nyonya Naina. Syukurlah sarapannya sudah siap. Tuan Arka sudah menanyakan sarapannya dan dia meminta Nyonya segera mengantarnya ke ruang olahraga,”  ucap Bik Atin. Ada sedikit raut lega di wajahnya ketika melihat sebuah nampan siap di tangan Naina.“Ruang olahraga?” Naina mengerutkan kening.“Iya, Nyonya. Setiap hari minggu, biasanya Tuan Arka memang melakukan olahraga pag
Baca selengkapnya

Mengapa Kau masih Bertahan di Rumah itu?

Naina datang ke rumah sakit dengan membawa uang seratus juta yang didapatnya dari Arka. Setelah melunasi biaya pengobatan Raffan bulan ini, Naina segera beranjak menuju ruang rawat adiknya.Duduk di sampingnya dan menatapnya dengan tatapan sendu.“Apa kabar, Raffan. Hari ini kakak datang lagi dan kakak sudah melunasi biaya pengobatanmu bulan ini. Dokter di sini pasti akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhanmu,” ucap Naina, mengusap kening Raffan dan menyunggingkan senyum tipis penuh rindu ke arahnya.Senyum itu sedikit memudar ketika kejadian di kantor tadi kembali berkebatan dalam ingatannya. Naina menghela napas sejenak, melepaskan sedikit beban yang terasa menghimpit di dadanya. Hari-harinya menjadi sangat sulit semenjak Arka hadir dalam kehidupannya.Sementara di ambang pintu, Liana berdiri dengan menatap iba pada punggung Naina. Dia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh wanita itu.Menghembuskan napas pelan, Liana mencoba berdeham
Baca selengkapnya

Menumpahkan Kopi

Naina sedang duduk di atas sofa kamarnya, ketika Bik Atin datang mengetuk pintu. Naina beranjak membukanya, raut canggung dari wajah tua itu langsung memenuhi indera penglihatannya.“Ada apa, Bik?” tanya Naina, sebelah alisnya terangkat. Bik Atin menunduk, menautkan jemarinya di depan perut.“Maaf, Nyonya Naina. Tuan Arka meminta dibuatkan kopi. Tapi beliau ingin kopi itu dibuat oleh tangan Nyonya sendiri dan harus Nyonya yang mengantarkannya,” ucap Bik Atin memberitahu.Mendengar itu, Naina membuang napas. Benarkah hanya dibuatkan kopi saja? Malam ini Arka tak akan melemparkan hinaan dan semacamnya, bukan?Naina mengangguk, tersenyum dan menutup pintu. Lantas dia beranjak menuju dapur untuk membuatkan kopi pesanan Arka.*** Selayaknya pekerja keras, bahkan meski malam sudah larut pun, Arka masih saja sibuk berkutat dengan sisa pekerjaannya yang belum selesai. Karena tak sempat menyelesaikan di kantor, maka Arka mengerjakan
Baca selengkapnya

Suara Nyanyian yang Merdu

Naina berlari ke kamarnya, membawa serta perasaannya yang hancur karena ucapan Arka. Membuka pintu, Naina langsung mendudukan dirinya di sisi ranjang. Sesaat matanya berkaca-kaca, bibirnya merapat, sedikit bergetar. Setiap untaian kalimat yang terucap dari bibir lelaki itu, terasa menusuknya.Suara panggilan masuk di ponselnya, menarik mata Naina untuk menatap pada benda pipih yang tergeletak di atas nakas itu.“Hallo, Maurin!” “Hallo, Naina. Maaf menganggumu malam-malam. Aku hanya ingin menanyakan soal keadaan Raffan. Kemarin aku tak sempat mengunjunginya di rumah sakit. Tapi aku tahu kau sering ke sana. Apakah Raffan sudah mengalami kemajuan?” tanya Maurin dari seberang telpon. “Kondisi Raffan masih tetap sama. Belum ada kemajuan apapun,” desah Naina.“Naina? Apa yang terjadi, mengapa suaramu terdengar seperti habis menangis? Kau baik-baik saja, ‘kan?” Sua
Baca selengkapnya

Menghibur Klien

“Naina, segera ganti pakaianmu dengan pakaian yang rapi dan formal sekarang juga!” Arka menghampiri Naina yang sedang mencuci piring di dapur.Naina sedikit terkejut saat suara Arka terdengar di belakang punggungnya. Dia mematikan keran, lalu menoleh menatap pada lelaki itu yang saat ini sedang menatapnya dengan wajah datar.“Memangnya aku akan ke mana?” “Jangan banyak tanya, ganti saja pakaianmu! Setelah itu ikut denganku. Aku tunggu di dalam mobil.” setelah memerintah, Arka berbalik dan pergi begitu saja.Meninggalkan Naina dengan pertanyaan yang bercokol dalam benaknya. “Ke mana dia akan membawaku?” tapi melihat bagaimana tajamnya tatapan Arka, Naina tak ingin memancing kemarahan lelaki itu.Dia bergegas menyelesaikan cuci piringnya yang tinggal sedikit lagi. Lantas segera masuk kamar dan berganti pakaian sesuai perintah Arka.Naina mengenakan baju terusan berwarna peach, dengan sedikit
Baca selengkapnya

Bertemu di Makam

Tuan Gwen tak menyadari ada mata tajam yang mengintainya sebab ia terlalu fokus memusatkan perhatiannya pada Naina. Arka pun mendorong kursi ke belakang, lantas bangkit berdiri seraya membenarkan kelepak jasnya. Memancing perhatian Tuan Gwen yang kini menatapnya penuh tanya.Belum sempat Tuan Gwen bertanya akan pergi ke mana Arka, Arka lebih dulu melangkah menjauhi meja mereka, sepasang mata Tuan Gwen masih memperhatikannya. Sedikit membeliak saat ternyata Arka menaiki panggung dan berdiri di samping Naina sambil mengambil alih microfon dan  merangkul bahunya.      “Terima kasih atas tepuk tangannya! Karena lagunya sudah selesai, maka kami pamit. Sampai jumpa!” ucap Arka sambil mengedarkan pandangan pada pengunjung restoran yang tadi bertepuk tangan untuk Naina.Sementara Naina menatap Arka dengan alis yang bertaut, bingung dengan apa yang Arka lakukan.Tapi sepertinya Arka pun tak memberi Naina kesempata
Baca selengkapnya

Bertemu di Cafe Flower

Pukul empat sore, Naina pergi ke café karena ada janji bertemu dengan Maurin hari ini. Ia tak perlu meminta izin pada Arka, sebab lelaki itu sedang tak ada di rumah. Arka tak memberitahu akan ke mana dia pergi. Naina hanya berpesan pada Bik Atin untuk segera memberitahunya jika Arka sudah pulang. “Sebelum ke sini, tadi aku sempat ke rumah sakit untuk menjenguk Raffan. Dan aku melihat ada buket bunga di samping ranjangnya. Suster di sana mengatakan kalau itu darimu,” ucap Naina pada Maurin yang duduk di seberangnya.Sebuah meja menjadi pembatas di tengah-tengah mereka. Maurin tersenyum kecil, menganggukan kepala.“Ya, itu benar. Aku lah yang membawa bunga itu. Bunga mawar. Dulu saat kita masih kuliah bersama, Raffan pernah bercerita kalau mendiang ibunya adalah penyuka bunga. Terutama bunga mawar. Setiap kali dia mencium aroma bunga mawar, dia selalu teringat dengan ibunya. Aku hanya berinisiatif membawakan bunga itu dengan harapan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status