All Chapters of Pesona Istri Muda Ayahku: Chapter 51 - Chapter 60

65 Chapters

Ke Bali

Hari ini adalah perjalanan mereka ke Bali, Maurin yang tahu Arka akan menjemput ke rumahnya untuk menuju ke bandara, kini mempercepat mengoleskan lipstick di bibirnya.Di depan cermin, Maurin tersenyum senang, ia merasa penampilannya sudah sempurna.“Kita lihat, apakah Arka akan berkedip saat menatapku?” gumamnya membanggakan diri.Ia meraih parfum andalannya dan menyemprotkannya ke baju bagian atas, memastikan aroma parfum mahal itu sudah cukup untuk membuat tubuhnya menguar wangi.Suara deru mobil sudah terdengar dari luar gerbang rumahnya yang cukup sederhana.  Maurin menjerit dalam hati sambil melebarkan mata. “Itu Arka! Dia sudah datang,” serunya lalu menyambar tas dan koper yang sudah menunggunya, kemudian menggeretnya untuk keluar menghampiri mobil Arka. Arka tak memasukkan mobilnya ke dalam gerbang rumah Maurin, karena ia tak memiliki waktu lama, mereka harus segera ke bandara untuk mengejar jam terbang.
Read more

Tidak Seperti Ibu dan Anak

Sampai di Bali, Arka langsung memesan tiga kamar hotel. Mereka naik ke lantai tiga, dimana kamar hotel mereka berada.Di dalam lift, diam-diam Maurin mengerucutkan bibirnya dan menggerutu dalam hati.“Kenapa kamar Naina harus bersebelahan dengan kamar Arka? Sedangkan kamarku cukup jauh. Ini menyebalkan!” batin Maurin.Dengan memegang key card di tangan, mereka bertiga pun memasuki kamar masing-masing.Naina mendorong pintu, lalu menatap takjub pada kamar hotel yang ditempatinya. Senyum manis pun mengembang di bibir, kala matanya berpendar dan menatap sekeliling.“Kamarnya sangat bagus,” pujinya sambil bergumam.Petugas hotel yang membawa kopernya pun meminta izin untuk menaruh kopernya di dekat lemari.Naina mengangguk mempersilakan, lantas ia memberikan sedikit tip kepada petugas hotel itu.“Terima kasih banyak, Nona.”“Terima kasih kembali.” Setelahnya, petugas hotel itu pun per
Read more

Jadi Ayah Tirimu

Besoknya, Arka harus pergi bersama Maurin untuk bertemu dengan kliennya yang bernama Maxime Caldwell.Maxime adalah klien penting Arka, Maurin tahu itu. Maurin sangat memanfaatkan keadaan untuk membuat Arka terkesan.Mereka mengadakan pertemuan di sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari pinggir pantai. Hingga membuat mereka bisa merasakan sejuknya angin pantai itu.“Wow, Maurin. Berapa tahun kau bekerja sebagai sekretarisnya Arka?” tanya Maxime pada Maurin. Semburat merah langsung terlihat di pipi Maurin ketika menyadari lelaki yang seusia Arka itu menatapnya dengan sorot kagum.“Belum ada satu bulan,” jawab Maurin.“Really?” Maxime terkejut, menoleh pada Arka seolah mencari kepastian.Dan Arka mengangguk sebagai jawaban. “Ya, dia baru menjadi sekretaris pribadiku.”“Aku kagum, Maurin sangat cerdas dan elegan. Kurasa, dia adalah sosok sekretaris yang ideal untuk seorang boss yang
Read more

Jangan Tebar Pesona

Naina benar-benar dibuat bingung, mengapa Arka marah padanya.Seperti sekarang, setelah Maxime pergi, Arka menarik tangan Naina begitu saja meninggalkan Maurin di pinggir pantai.Tak peduli dengan kernyitan alis Maurin, Arka tetap menarik tangan Naina untuk mengikuti langkahnya yang lebar.“Arka, lepaskan tanganku! Apa kau tidak sadar kalau orang-orang sejak tadi memperhatikan kita?”Naina sedikit terseok mengekori langkah Arka sambil berusaha melepaskan tangannya dari cekalan lelaki itu.Arka tak mendengar, juga tak peduli dengan perkataan Naina.Tiba di depan lift, Arka menekan tombol, lantas pintu lift itu terbuka.“Masuk!” Naina mendesah lega setelah Arka melepaskan cekalan tangannya.Naina menurut, memasuki lift itu dan berdiri menunggu Arka.Arka berdiri di samping Naina, tangan panjangnya memencet tombol dan lift pun bergerak naik.Saat itulah, Arka menarik lengan Naina hingga dada mereka saling bertabr
Read more

Alasan yang Janggal!

Naina bingung bagaimana menjawab pertanyaan Maurin. Apalagi mata Maurin saat ini menyipit menatapnya, seperti sedang menyelidik.“Enghh … itu, chargerku rusak, tadinya aku mau meminjam charger punya Arka. Tapi ternyata sedang dipakai, nanti akan kubeli yang baru saja,” jawab Naina yang akhirnya mendapat sebuah alasan untuk membohongi Maurin.Naina tersenyum meringis, berharap Maurin akan percaya pada kata-katanya.  Tapi Naina tidak tahu kalau Maurin bukanlah wanita bodoh. Ia melihat raut wajah Naina yang tampak tak meyakinkan.Bahkan dari alasan yang Naina katakan, Maurin merasa ada yang ganjil.“Kalau soal charger, kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Bentuk charger kita sama dan kebetulan aku pun membawa dua. Kau bisa meminjam punyaku kalau mau,” ucap Maurin.Sekarang Naina tersenyum tapi sambil menggigit pelan bibir bawahnya. Maurin mendekat, menyentuh lengan Naina. “Kau selal
Read more

Berebut Ponsel

“Ya, Paman. Besok aku sudah kembali ke Jakarta,” kata Arka yang sedang berbicara dengan Rustam melalui sambungan telpon.“Sudah dulu, Paman. Nanti akan kuhubungi lagi,” lanjut Arka, ia segera mematikan panggilannya dan memasukkan ponsel ke dalam saku celana.Menghembuskan napas pelan, Arka merasa penat hari ini. Lgkahnya membawanya menuju tepi pantai. Akan tetapi, belum juga Arka tiba di sana, ia melihat Naina berdiri di kejauhan. Mata Arka menyipit. “Apa yang sedang Naina lakukan di sana? Dia seperti sedang menelpon seseorang,” gumam Arka bertanya-tanya.Karena dilanda penasaran, Arka pun melanjutkan langkahnya untuk mendekati Naina. Saat jarak Arka cukup dekat di belakang tubuh Naina, percakapan Naina dengan orang di seberang telpon itu mulai terdengar jelas di telinga.“Haha … kau ini bisa saja, Ammar,” kekeh Naina sambil geleng-geleng kepala mendengar kelakar Ammar.
Read more

Apa Kau Pernah Melayani Ammar?

Selama perjalanan menuju ke kantor, Naina merasa resah dalam hatinya. Bertanya-tanya tentang apa yang akan Arka lakukan kali ini? Naina melamun sembari membuang pandangan ke kaca mobil, menatap pada pohon-pohon tinggi yang berjejer dan menjulang di pinggir jalan.Tanpa sadar, mobil pun berhenti di depan loby perusahaan Arka. “Maaf, Nyonya. Kita sudah sampai,” ucap sopir membuyarkan Naina dari lamunannya.Mengerjap pelan, Naina kemudian menatap pada Pak Sardi lantas menganggukan kepala.“Iya, Pak. Terima kasih.” Naina pun turun saat Pak Sardi membukakan pintu untuknya.Kini tungkai yang jenjang dan mulus itu menginjak teras depan kantor Arka yang terlihat megah. Naina sempat memberikan senyum kecil pada kedua security yang berdiri di depan dan menyapanya dengan ramah. Sebelum kemudian Naina mengayun langkah memasuki perusahaan itu.Naina menaiki lift untuk sampai di lantai atas, tempat di mana ruang ker
Read more

Perkembangan Kondisi Raffan

Maurin akan mengantarkan laporan ke ruang kerja Arka. Ia pun mengetuk pintu sebanyak tiga kali, setelahnya terdengar sahutan dari dalam.Maurin mendorong daun pintu dan melangkah masuk. Akan tetapi, gerakan kakinya terhenti sejenak saat melihat pemandangan di depannya.Maurin meneguk ludahnya susah payah. Naina dan Arka sedang duduk di sofa panjang yang ada di pojok ruangan, tapi dengan keadaan kemeja Arka yang sedikit kusut, juga rambut Naina yang tampak tak serapi sebelumnya.Bahkan sekilas Maurin melihat lipstick Naina yang agak berantakan, sebelum Naina cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.“Kenapa, Maurin?”  pertanyaan Arka membuyarkan lamunan Maurin.Maurin menahan kesal di dalam hati, semua yang terlihat saat ini cukup menguatkan kecurigaannya. Seketika cemburu makin menguasai dirinya.Meski begitu, Maurin tetap menampilkan wajah biasa saja, seakan tak mengerti apa-apa.“Maaf, Pak Presdir. Aku ingin mengan
Read more

Dipergoki Rustam

Sepulang dari rumah sakit, Ammar memutuskan untuk mengajak Naina makan siang di sebuah restoran yang jaraknya tak jauh dari rumah sakit.“Restorannya bagus,” komentar Naina sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling, saat mereka jalan bersisian mencari meja yang kosong dan nyaman.“Kau belum pernah ke sini?” tanya Ammar, membuat Naina menoleh dan menggeleng sebagai jawaban.“Belum.”“Kebetulan sekali. Berarti sangat tepat aku mengajakmu kemari. Karena menu di restoran ini rasanya sangat enak.” Ammar menyunggingkan senyum lebar.Sebenarnya Naina merasa tidak enak hati dengan Pak Sardi karena ia pergi diam-diam bersama Ammar untuk makan siang. Tadinya Naina mau menolak ajakan Ammar, tapi Ammar membujuknya dan menatapnya dengan sorot memohon.Naina akhirnya setuju juga. Selain karena letak restorannya juga tak jauh dari rumah sakit dan Ammar berjanji akan mengantarnya kembali ke rumah sakit karena Pak Sar
Read more

Bukan Sekedar Ibu dan Anak

Arka baru saja selesai meeting. Ia melangkah keluar dari ruang meeting, dan berjalan menuju lift untuk naik ke ruang kerja CEO.Akan tetapi, Rustam yang juga ikut meeting, segera mempercepat langkah dan menyusul Arka dari belakang.Sampai kemudian ia bisa menyentuh pundak kanan Arka dan membuat Arka menghentikan langkah sejenak lalu menatapnya dengan kening yang berkerut.“Paman?”  “Arka, kita ke ruang kerjamu sekarang. Ada sesuatu yang ingin Paman beritahukan padamu.” Rustam berkata, wajahnya terlihat begitu serius.Hingga menubuhkan kernyitan di kening Arka. Benak Arka menebak-nebak tentang apa yang ingin dikatakan oleh pamannya itu.“Sepenting apa?” Arka cukup sibuk hari ini, tentu jika apa yang hendak dikatakan Rustam  tidaklah penting, lebih baik Arka mengerjakan pekerjaannya.“Ini sangat penting. Kau harus mengertahuinya.” namun wajah Rustam masih terlihat serius, membuat Arka mengang
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status