Semua Bab KAU MENDUA AKU PUN SAMA : Bab 11 - Bab 20

34 Bab

Bab 11

“Naira? Kamu Naira kan?“Aku mengerutkan dahi seketika. Dengan mata menyipit, kutatap lekat pemuda berkulit putih terawat itu.“Benarkan, kamu Naira Khairana?“ tanyanya memastikan dengan senyuman lebar. Mau tak mau aku mengangguk, walau bingung juga karna memang tak mengenalnya.“Kamu lupa sama aku?“ tanyanya sambil terkekeh ringan. Seolah kami pernah ....Lelaki itu mengikis jarak di antara kami. Masih dengan senyuman manisnya, dia mengulurkan tangannya. Kini giliranku yang memindai penampilannya. Mengingat-ingat, barangkali dia saudara atau kerabat Mas Hangga, meski rasanya tidak mungkin. Namun hingga beberapa menit berlalu, aku tak berhasil mengenalinya.“Jadi, kamu nggak beneran nggak ingat sama aku?“ Dia kembali melempar tanya. Lalu mendesah, saat aku menganggukkan kepala.“Aku Aric,“ lanjutnya. Aku masih diam, mengingat nama Aric yang pernah hadir di hidupku. Hingga akhirnya terbelalak saat sebuah bayangan melintas di kepala.“Aric? Alaric Daniyal Mahaprana?“ tanyaku memastikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 12

“Darimana saja kamu?““Mas?“ Aku menatapnya bingung sambil masuk melewati tubuhnya.“Darimana saja kamu?“ tanyanya lagi. Aku buru-buru menaruh belanjaan di atas meja makan. Lalu menatap wajahnya yang masih memerah, dan tiba-tiba saja teringat Aric. Apa mungkin Mas Hangga melihatku turun dari mobil Aric?“Aku kan sudah bilang, mau cari rumah sewaan,“ jawabku setenang mungkin.“Oh ya?“ Suaranya terdengar meremehkan. Membuatku dilanda keraguan.“Mas nggak percaya?“ tanyaku sambil menyentuh dagunya, tapi dia langsung menepisnya. Lalu mengembuskan napas kasar.“Tadi ada yang bilang, kamu turun dari mobil mewah,“ katanya dengan tangan mengepal. Aku tersenyum sinis. Apa mungkin dia cemburu?“Itu grabcar, Mas. Orang kaya gabut, nge-grab pake mobil mewah,“ sahutku sekenanya.“Kamu nggak bohong kan?“ tanyanya dengan mata memicing. Aku terkekeh sinis.“Kenapa bertanya seperti itu, sementara kamulah yang banyak berbohong padaku?“ balasku santai. Tubuhnya tampak menegang dan tangannya pun mengepal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 13

“Dodol!“ Aku mengumpat kesal dan langsung membeku saat pintu kamar tiba-tiba terbuka.“Kamu lagi apa?“ Mas Hangga merangsek masuk dengan mata tertuju pada tangan ini. Buru-buru kusembunyi ponsel di bawah karpet dan tersenyum paksa.“Kamu nggak macam-macam kan?“Aku langsung mengernyit mendengar pertanyaannya. Macam-macam apa maksudnya? Aku hendak berdiri, tapi Mas Hangga langsung menahan pundakku. Lalu dengan cepat berjalan ke sofa. Membuka bed sofa dengan tergesa.“Apa itu, Mas?“ tanyaku pura-pura tak tahu saat tangannya menggenggam sebuah map berwarna hitam.“Sertifikat toserba di Jalan Maleber,“ jawabnya disertai senyuman menyeringai. Membuat wajahku memanas.“Kamu tidak sedang mencari ini kan?“ tanyanya. Aku menggeleng ragu.“Benarkah?“ Dia tersenyum menyeringai. Aku mengembuskan napas kesal.“Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Apa kamu takut aku mencuri aset-asetmu?“ tanyaku kesal. Dia langsung terdiam.“Kalau benar begitu, kamu keterlaluan, Mas. Selama ini aku tak pernah m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 14

Saat sibuk membuka lemari rusak berisi perabotan bekas, tanpa sengaja mataku menangkap sebuah koper kecil berwarna hitam. Dengan ragu, aku membuka koper yang ternyata tak dikunci dan tersenyum lebar saat melihat isi di dalamnya. Sesuatu yang dicari ada di sana. Bahkan ada juga perhiasan yang sepertinya milik Ibu.[Aku nemu ini.] Aku segera mengarahkan ponsel pada tumpukan map dengan nama-nama berbeda.[Kereeen. Ambil semua, Nai.] balas Cantika.[Jangan!] balas Adila.[Kenapa?] balas Meera. Aku sendiri tak sempat membalas karena Adila langsung memanggil. Panggilan konferensi, dimana Meera dan Cantika sudah terhubung.“Coba pastikan satu persatu, Nai. Milik siapa saja sertifikat itu,“ katanya.“Kenapa harus dipastikan, Dil? Mending ambil saja langsung.“ Cantika menimpali.“Enggak, Can ... kita nggak boleh gegabah. Nanti bukannya untung, Naira malah buntung,“ sahut Adila.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 15

Kuembuskan napas kasar. Lalu iseng membuka akun facebook di laptop. Berharap bisa menemukan hiburan di sana. Tapi lagi-lagi, hati yang sudah patah, dihancurkan tanpa ampun saat melihat foto yang diunggah Mas Hangga.Menikah lagi dengan restu dari istri pertama.Alhamdulillah, berkah.#poligamisyari#satuistribelumcukup#poligamiberkah#poligamijalansurga.Begitulah caption yang diberikannya pada sebuah fotonya yang tengah memeluk Mbak Medina. Melihat itu air mata lagi-lagi luruh dan aku kembali tergugu saat menulusuri isi akunnya. Begitu banyak hal yang tak kuketahui. Di akun facebooknya, Mas Hangga mengekspresikan perasaannya yang jelas bukan untukku melainkan untuk Mbak Medina. Begitu banyak foto kebersamaannya dengan maduku itu yang diunggah dari beberapa bulan lalu. Salahsatunya saat lamaran. Aku memejamkan mata, mengingat hal-hal yang terjadi di beberapa bulan ke belakang. Hingga satu hal langsung membayang di ingatan. Waktu dimana Mbak Medina mengunggah cincin emas putih di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 16

“Naira! Naira!“Aku mengernyit mendengar lengkingan Mas Hangga yang semakin terdengarnya. Tak mengindahkannya, aku masih berkutat membenarkan letak hijab. Hari ini ada janji interview dengan pemilik toko tekstil—temannya Adila. Jadi, aku tidak boleh telat.“Naira!“Kali ini lengkingan itu disertai suara pintu terbuka. Lalu disusul Mas Hangga yang masuk dengan langkah tergesa dan mata memerah.“Kamu apakan Ibuku, Naira?“ teriaknya. Aku yang tak menduga hal itu, masih diam dan berusaha tenang.“Naira!“ Mas Hasan menarik lenganku, kasar. Hingga tubuhku terhuyung padanya.“Ada apa sih, Mas?“ tanyaku datar. Bola matanya tampak membulat sempurna, seakan ingin meloncat dari kelopaknya.“Ada apa kamu bilang?“ Dia tertawa menyeringai.“Kamu apakan Ibuku?“ tanyanya lagi sambil mencengkram lenganku kuat-kuat. Aku mengangkat wajah, menahan sakit yang menjalar di sekitar lengan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 17

“Siapa yang melakukannya, Khai?““Me-lakukan apa?“ tanyaku gugup. Aric tersenyum miring.“Siapa yang melukaimu?“Aku tertegun mendengar pertanyaannya. Setelah menelan saliva kasar, aku menggeleng dan menutup sudut bibir dengan telapak tangan.“Tadi aku jatuh di kamar dan bibirku kepentok sudut meja rias,“ jawabku tanpa menatapnya.“Oh ya?“ Dia mendekatkan wajahnya membuatku sontak memundurkan kepala.“Bukan bekas tamparan kan, Khai?“ tanyanya, terdengar curiga. Aku menggeleng cepat. Tak berani menceritakan perlakuan kasar Mas Hangga, kecuali pada Meera, Adila dan Cantika.“Kalau dilihat lebih dekat, pipimu juga agak merah, Khai. Mirip bekas ... tamparan,“ lanjutnya. Tubuhku langsung menegang, tapi dengan cepat kualihkan pembicaraannya.“Aku ada janji interview, Ric.“ Aku beranjak berdiri tapi Aric langsung menahan tanganku.“Kita sarapan dulu, ya?“Aku menggigit bibir. Sebenarnya memang terlalu pagi untuk temu janji interview. Tapi berdua dengannya, hanya membuat perasaan tak karuan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 18

“Kita mau kemana? Aku harus masuk lagi,“ ujarku berteriak.“Masuknya kan nanti jam satu lebih, Khai. Ini baru jam dua belas lewat lima belas menit,“ jawabnya.“Ta-pi—““Aku nggak terima penolakan, Khairana!“ serunya sambil menambah kecepatan, membuatku reflek memeluk pinggangnya dan menempelkan pipi pada punggung kokohnya.“Sampai.“ Dia berujar saat mobil berhenti tepat di depan rumah makan padang. “Ayo!“ katanya saat aku belum turun, masih menatap bangunan besar di hadapanku. Melihat bangunan yang berlapiskan cat kuning itu, membuatku teringat pada Mas Hangga. Dulu, di awal pernikahan, dia sering mengajakku ke tempat ini. Hampir tiap minggu, dia membawaku keluar hanya untuk makan siang atau makan malam. Tapi di tahun kedua pernikahan, semua itu tak lagi dilakukannya. Karena Ibu memprotes, katanya makan di luar hanya menghamburkan uang saja.“Hei, kok malah melamun sih? Ayo masuk.“ Ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 19

Aku berjalan dengan pelan menuju kamar, tapi kemudian tubuh membeku saat kurasakan sebuah tangan melingkar di pinggang ini.“Maafkan aku, Ra ...“Buru-buru kulepas tangannya, tapi Mas Hangga tak menyerah dan kembali memeluk dengan erat. Lalu menjatuhkan tubuh ini di ranjang.“Lepaskan aku!“ seruku dengan suara tertahan. Dia menggeleng dan kepalanya malah merangsek ke dalam hijabku. Mengecup leher ini, membuat tangisku kembali pecah. Terlalu banyak luka yang dia torehkan, membuatku enggan dicumbunya.“Kenapa? Kenapa kamu menangis?“ tanyanya sambil beranjak dari tubuhku.“Kamu masih tanya aku kenapa, setelah apa yang tadi pagi kamu lakukan padaku?“ tanyaku miris. “Lihat ini, Mas. Gara-gara ulahmu ini, aku harus merasakan perih tiap membuka dan menggerakan bibir,“ lanjutku sambil memegang sudut bibir dengan jemari. Dia langsung menangkap tanganku, matanya menyorot sudut bibir yang kini sudah kering. Tapi masih menyisakan sedikit perih.“Maaf, Ra. Tadi aku kelepasan,“ ucapnya.“Andai saj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 20

Aku tersenyum sinis. Merebut kembali ponselku yang kini tengah dipandanginya.“Di matamu, aku ini memang tak pernah ada benarnya kan? Aku selalu salah dan mereka selalu benar,“ ujarku dengan suara bergetar.“Bu-kan begitu, Ra. Aku hanya ...“ sahutnya rancu.“Sudahlah, Mas. Aku ngantuk, besok aku kerja,“ ucapku sambil menutupi badan dengan selimut. Tapi Mas Hangga kembali menahan pergerakanku. Dalam satu sentakan, dia menarik selimut itu dan melemparnya sembarang.“Aku kangen kamu, Ra. Kangen Nairaku yang dulu, yang lembut, penurut,“ ucapnya sambil menyentuh pipiku.“Kemana perginya Nairaku? Kenapa kamu berubah?“ tanyanya. Aku memalingkan wajah, menahan kelopak mata yang tiba-tiba memanas. Apa dia sedang mengingau? Seharusnya aku yang bertanya demikian. Kemana perginya Mas Hanggaku yang dulu? Mas Hangga yang tak romantis tapi tak ringan tangan. Mas Hangga yang selalu menenangkanku dengan ucapan bijaknya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status