“Siapa yang melakukannya, Khai?““Me-lakukan apa?“ tanyaku gugup. Aric tersenyum miring.“Siapa yang melukaimu?“Aku tertegun mendengar pertanyaannya. Setelah menelan saliva kasar, aku menggeleng dan menutup sudut bibir dengan telapak tangan.“Tadi aku jatuh di kamar dan bibirku kepentok sudut meja rias,“ jawabku tanpa menatapnya.“Oh ya?“ Dia mendekatkan wajahnya membuatku sontak memundurkan kepala.“Bukan bekas tamparan kan, Khai?“ tanyanya, terdengar curiga. Aku menggeleng cepat. Tak berani menceritakan perlakuan kasar Mas Hangga, kecuali pada Meera, Adila dan Cantika.“Kalau dilihat lebih dekat, pipimu juga agak merah, Khai. Mirip bekas ... tamparan,“ lanjutnya. Tubuhku langsung menegang, tapi dengan cepat kualihkan pembicaraannya.“Aku ada janji interview, Ric.“ Aku beranjak berdiri tapi Aric langsung menahan tanganku.“Kita sarapan dulu, ya?“Aku menggigit bibir. Sebenarnya memang terlalu pagi untuk temu janji interview. Tapi berdua dengannya, hanya membuat perasaan tak karuan.
Terakhir Diperbarui : 2024-12-24 Baca selengkapnya