All Chapters of Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata .... : Chapter 41 - Chapter 50

79 Chapters

BAB 41 Dinner

"Kamu lihat muka adikmu tadi?"Bram masuk ke kamar, ia meletakkan ponsel di atas nakas lalu menjatuhkan diri di kasur. Sementara Andina yang tengah duduk di meja rias hanya tersenyum sembari mengoleskan krim ke wajahnya dengan perlahan. "Tahu, sempet ngomong juga sama dia tadi." Jelas Andina tanpa menoleh. "Kebakaran dia, makanya langsung merah semua itu muka." Ucap Bram yang sontak membuat Andina terkekeh. "Segitunya kamu perhatiin dia, Mas?" Pancing Andina yang sebenarnya sependapat dengan sang suami. "Nggak udan diperhatiin bener-bener aja udah kelihatan di mata, Sayang. Dah ah, aku mau mandi dulu!"Bram bangkit, ia melangkah menuju kamar mandi. Sebelum masuk, ia berhenti sejenak di dekat meja rias Andina, menatap wajah itu dengan saksama lalu mendekatkan wajah seraya berbisik lirih. "Dandan yang cantik, oke?"***"Dari mana?" Tanya Tamara dengan nada ketus. Mendengar pertanyaan yang sepaket dengan nada tak ramah, seketika mata Ken membelalak, ia melangkah, mendekati Tamara y
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

BAB 42 Siap-siap

"Kenapa sih, Tam?"Ken tidak mengerti, kenapa sepulang dari Jogja, istrinya ini jadi uring-uringan begini. Mereka sudah selesai makan malam, dan sekarang waktunya tidur. "Kenapa? Kamu masih tanya aku kenapa?" Salak Tamara dengan sorot mata tajam. "Lah iya aku tanya kamu kenapa lah, aku ngapain sampai kamu uring-uringan begini, Tam?" Ken frustasi, dia salah apa lagi? "Seneng kan kamu dia sekarang jadi cantik? Iya?"Mendengar itu Ken mendesah panjang, ia menjambak sendiri rambutnya dengan gusar lalu menatap istrinya lekat-lekat. Kenapa jadi dia yang salah begini? Apa yang Ken lakukan sampai dia harus menanggung amarah macam ini? "Dia yang ganti penampilan, kenapa aku yang kena sih?" Protes Ken tak terima. "Ayolah, jangan kayak anak kecil begini!"Mendengar itu, sorot mata Tamara makin tajam. Ia menatap Ken yang masih berusaha membela diri. Perubahan Andina benar-benar membuatnya gusar. Ketakutan demi ketakutan itu menghantui Tamara setiap detik. "Ya aku nggak suka! Aku nggak suka d
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

BAB 43 Mulai Terbuka

"Nanti malam oma kalian mau ke sini loh. Makan malam di rumah semua, ya."Kunyahan Andina terhenti, ia segera mengangkat wajah dan menatap Mar yang sudah duduk di kursi kebesarannya. Wajah terkejut itu dengan segera berubah cerah dan ceria. Ia tersenyum lebar, melupakan sejenak semangkuk oatmeal yang ia pilih sebagai menu sarapan pagi ini. "Serius, Ma? Oma mau ke sini? Nginep?" Cecar Andina tak sabar. "Kalau nginep atau tidaknya, Mama nggak tahu, An. Yang jelas nanti kita akan makan malam sama-sama." Andina mengangguk. Ia kembali melanjutkan sarapannya setelah mendapatkan jawaban. Jika Andina begitu gembira dan penuh antusias dengan rencana kedatangan neneknya, maka berbanding terbalik dengan Tamara. Gadis itu nampak cuek dan tidak peduli. Ia hanya terkejut sesaat, lalu kembali lanjut makan tanpa banyak bicara. "Kalau mau biar nginep di sini saja, Ma. Biar nanti disiapkan kamar." Usul Bram yang segera diikuti anggukan Andina. Mar tersenyum, ia mengunyah isi mulutnya dengan sediki
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

BAB 44 Masih Misteri

"An, kamu ngapain?"Andina melirik, Clara yang baru saja datang nampak berdiri dengan mata menyipit di samping meja kerjanya. Andina meletakkan pensil, ia mengangkat wajah dan menoleh ke arah Clara. Melihat sorot mata Andina yang nampak kebingungan, Clara menarik kursi dan duduk di sebelah Andina. Nampak selembar kertas penuh dengan coretan angka ada tepat di depan Andina. "Eh apa ini? Mau ujian matematika lagi kamu?" Clara menarik kertas itu dari depan Andina, memperhatikan sekilas deretan angka itu dengan saksama. "Bantuin ngitung dong, pusing nih!" Desis Andina dengan sorot mata penat. "Baru aja dateng, udah kamu ajak ngitung? Ini ngitung apa sih, An? Simulasi cicilan rumah? Atau gimana?" Clara tak mengerti, ia sama sekali tidak bisa memahami coretan tangan Andina. "Niatnya tanya berapa deposito suami, eh malah suruh ngitung sendiri. Gimana nggak pusing?" Jawab Andina dengan wajah masam. Mendengar itu sontak Clara terbahak-bahak. Ia meletakkan kertas itu ke meja dan tertawa
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

BAB 45 Lagi

"Pantes deh, An, suami kamu pilih kuping budek dikatain nganggur ini-itu. Lah dia nggak kerja aja sebulan dapet tiga puluh sembilan juta! Belum sepuluh milyarnya!" Cerocos Clara sembari mengunyah kentang goreng. "Kalo aku jadi dia, ya aku bakalan lakuin apa yang dia lakuin sekarang lah. Ngapain sih susah-susah kerja? Rebahan di rumah dua puluh empat jam pun sebulan dapet duit puluhan juta."Andina memanyunkan bibir, samar-samar dia teringat kalimat Bram ketika Andina meragukan SUV milik Bram terbeli dengan uang Bram sendiri. 'Aku cuma pengangguran, An. Bukan berarti aku nggak ada uang.'Ya! Andina masih ingat betul kalimat itu. Jadi ini yang Bram maksud tidak berarti tak punya uang? Andina tersenyum, ia merasa begitu bodoh sudah mencurigai suaminya sendiri seperti itu. Bram anak konglomerat turun-temurun, pasti dia punya aset, entah apapun itu bentuknya tak peduli dia hanya lontang-lantung di rumah. "Sekarang udah tahu berapa duit suami kamu di bank. Eh itu baru deposito, An. Kamu n
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

BAB 46 Hadiah Kecil

"Andina sama Bram belum pulang?"Mendengar itu Tamara sontak mencebik. Meskipun Mur juga sayang padanya, tapi Tamara menyadari bahwa kadar sayang neneknya itu lebih berat ke Andina daripada dia. Tamara menghela napas panjang, dengan sangat terpaksa, ia menanggapi obrolan yang sangat tidak dia sukai itu. "Bentar lagi paling balik, Oma. Mumpung masih pada belum balik, aku izin ke kamar dulu buat mandi. Jadi kalau semua sudah kumpul, kita tinggal makan." Gumamnya beralibi. Mursiati menganggukkan kepala sembari tersenyum, pandangannya lantas beralih pada kolam renang milik keluarga Narendra yang ada di halaman belakang. Baru beberapa saat ia menikmati pemandangan itu, sebuah panggilan dengan suara yang sangat familiar tertangkap telinganya. Mursiati menoleh, terkejut setengah mati melihat gadis dengan kacamata itu berdiri di belakang Mursiati dengan Bram tepat di sebelahnya.Masih dengan keterkejutan, Mursiati bangkit tanpa melepaskan pandangan. Ia menatap gadis itu dari ujung kaki sam
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

BAB 47 Bad Mood

"Ini kemana sih?"Tamara seketika gusar. Sudah mendekati jam makan malam namun Ken belum ada tanda-tanda akan pulang. Bahkan nomor Ken mendadak jadi tidak aktif. Dia tidak mungkin melewatkan makan malam spesial hari ini, kan?Setelah beberapa kali tidak tersambung, Tamara akhirnya menyerah. Ia membanting ponsel ke atas kasur dan ikut menjatuhkan diri di tepi ranjang. Wajah yang sudah dia rias, ia tutupi dengan kedua tangan. Ingin rasanya Tamara menangis, tapi ia sungkan. Oma pasti akan menyadari mata sembabnya dan Tamara tidak ingin terlihat payah atau menyedihkan di depan Andina! Tidak akan. Sementara Tamara sedang berusaha menahan tangis, di apartment satu kamar itu Ken tengah mengarungi riak gelombang penuh nikmat bersama Hani. Tubuh mereka bertaut, bersimbah peluh dengan desahan yang bersahut-sahutan menggema di ruangan. Ken mendominasi permainan, sejak tadi ia yang memegang kendali. Segala macam rasa kesal yang mendera sontak sirna setelah mendapatkan pelampiasan yang begitu n
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

BAB 48 Tagihan

"Kalung kamu bagus banget, An."Mendengar pujian dari neneknya, Andina tersenyum. Reflek jemarinya mengelus bandul kalung yang melingkar di leher. Hatinya masih begitu gembira mendapatkan hadiah spesial yang tanpa dia duga-duga dari Bram. "Mas Bram yang beliin, Oma." Jawab Andina jujur. "Oh ya? Cantik dan cocok sekali sama kamu, An!" Wajah Mursiati nampak begitu gembira, senyumnya mereka dengan sorot mata bahagia. Andina kehabisan kata-kata. Entah mengapa malam ini rasa bahagianya bertumpuk-tumpuk. Terlebih ekspresi dan nada suara adiknya tadi ... Kenapa Andina baru sadar jika rasanya menang itu semenyenangkan ini? Selama ini dia yang selalu jadi pecundang, dan malam ini ... Andina bertekad bahwa dia tidak ingin menjadi dirinya yang dulu. "Jadi gimana, An? Oma yang menang, kan?"Mendengar itu kontan Andina terkejut, ia mengangkat wajah dan menatap Mursiati yang menatapnya dengan kedua alis dinaikkan. Sedetik kemudian Andina terkekeh. Ia teringat taruhan mereka kala itu, sebuah kom
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

BAB 49 Rayu

"Darimana?"Ken sama sekali tidak terkejut mendengar pertanyaan dengan nada ketus itu. Ia dengan santai masuk ke dalam kamarnya, mengabaikan tetapan tajam menyelidik yang Tamara layangkan kepadanya. "Lembur, kerjaan numpuk. Mama sama papa lusa balik Indo. Suruh beresin semua." Ucap Ken yang tidak seratus persen berbohong. Memang papa mamanya akan pulang ke Indonesia dua hari lagi, tapi untuk lembur menyelesaikan pekerjaan, pekerjaan macam apa yang Ken maksud? Menguras spermanya dengan Hani yang dia jadikan alat? "Kenapa kamu nggak ngabarin dulu? Ke aku? Eyang? Kenapa ponselmu nggak bisa dihubungi? Ke--.""Ponsel aku mati, Tam! Kau lihat itu charger jejeran ada di sana sama punyamu?" Potong Ken yang entah mengapa sama sekali tidak takut. "Di kantor kamu nggak ada charger lain? Powerbank? Kantor nggak ada telepon yang bisa kamu gunakan buat kabarin aku?" Tamara tak gentar, sorot mata itu sama tajamnya dengan sorot mata Ken. "Ah sudahlah. Aku capek banget hari ini. Kalo kamu masih m
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

BAB 50 Trah Narendra

"Semalam kamu kemana?" Tanya Mar ketika pagi ini dia melihat Ken duduk di kursi.Ken tersenyum masam ia buru-buru menelan nasi di mulut sebelum menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya. "Mendadak harus beresin kerjaan di kantor, Eyang. Mama-papa lusa katanya pulang. Jadi harus diberesin semua." Jawab Ken sama dengan jawabannya semalam, saat Tamara menginterogasinya. "Oh ya? Papa kamu mau pulang?" Wajah Mar berseri-seri, ia membatalkan niatnya menyuapkan nasi ke dalam mulut. "Iya. Emang Eyang nggak dikasih tau sama papa? Ini dia masih di Singapore dulu, Yang." Jelas Ken yang kali ini tak berbohong. "Nggak. Sama sekali tidak. Kalau pakdhe kamu malah bilang ke eyang."Mata Ken membulat, bersamaan dengan Bram yang nampak terkejut dengan apa yang baru dia dengar. Sesaat Bram menatap Ken yang ternyata juga tengah menatapnya. Mereka saling pandang beberapa menit hingga kemudian suara Mursiati memecah keheningan. "Wah, ngumpul semua dong anakmu, Jeng. Rame bakalan." Gumamnya di sela-
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status