Semua Bab Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata .... : Bab 31 - Bab 40

41 Bab

BAB 31 Rencana Baru

Bram mengerjapkan mata dan sedikit terkejut ketika menyadari ada tangan yang memeluk tubuhnya erat-erat. Ia tersenyum ketika mendapati siapa pemilik tangan yang memeluk tubuhnya itu. Tubuh mereka masih polos tanpa sehelai benang pun, hanya selimut yang menyembunyikan kenyataan itu sampai atas dada. Bram menjatuhkan kecupan di puncak kepala sang istri. Entah mengapa, kini rasanya hidup Bram seperti terlahir kembali. Ada semangat yang sebelumnya padam, kini kembali menyala dan membara. Membakar tidak hanya gairah Bram yang telah lama terpendam, tetapi juga semangat hidup dan daya juangnya kembali. "Love you, An!" Bisik Bram lirih. Ya! Tidak salah lagi, Bram memang sudah jatuh hati pada istri yang dipilihkan ibunya. Gadis yang awalnya Bram tolak karena bukan hanya jarak umur mereka yang cukup jauh, tetapi juga status Andina yang merupakan mantan tunangan dari keponakannya sendiri. Terlebih malam apa yang baru saja mereka lewati bersama, makin membuat Bram terpikat oleh gadis yang dic
Baca selengkapnya

BAB 32 Rahasia Ken

"An? Kamu nggak kerja?"Andina samar-samar mendengar suara itu. Ia mengerjapkan mata, nampak cahaya matahari sudah masuk memenuhi kamar. Begitu melihat wajah itu begitu dekat, mata Andina sontak terbuka lebar. Benar saja, Bram sudah duduk di tepi ranjang, wajahnya bahkan condong menunduk dan berjarak tak jauh dari wajah Andina. "O-Om? Jam berapa?" Tanya Andina yang sedetik kemudian langsung mencari dinding di mana jam itu berada. "Astaga! Jam tujuh?"Seketika Andina bangkit, saking spontannya, puncak kepala Andina sampai bertubrukan dengan wajah Bram. Nampak mereka mengaduh bersamaan. "Maaf Om!" Desis Andina yang seketika menyentuh bagian wajah Bram yang beradu dengan kepalanya tadi."Its okay, An. Nggak apa-apa. Bangun, cepat bersiap lalu aku anter kerja." Titahnya tegas. "Oh ya, satu lagi ... Sampai kapan kamu mau terus panggil aku Om begitu?"Pertanyaan itu menyimpan nada gemas, Andina hanya nyengir lebar ditanya begitu, sementara Bram masih menatap Andina dengan saksama. Mata m
Baca selengkapnya

BAB 33 Bram Yang Misterius

"Sedetail itu dia perhatian sama kamu, An?" Clara membelalakan mata, Andina hanya melirik sekilas, kembali sibuk dengan jarum dan payet di piring. "Gila, An! Bener-bener jackpot ini mah!" Lanjut Clara yang masih nampak berapi-api. "Dia seefort itu, seperhatian itu dan kamu belum bisa terima dia di hati kamu, An?"Jemari Andina yang tadi sibuk memasang payet di gaun pesta, seketika terhenti mendengar pertanyaan yang Clara lontarkan. Andina nampak tertegun sejenak, membuat Clara sontek nyengir lebar dan menggeser duduknya sediki lebih dekat."Hayo loh ... Ngaku coba, kamu udah ada rasa, kan?" Desak Clara yang selalu bisa membaca ekspresi dan sorot mata Andina.Melihat Andina yang nampak panik ditanya begitu, tawa Clara seketika pecah. Ia tertawa sambil menarik piring berisi payet yang ada di depan Andina, merebut paksa jarum dari tangan Andina lalu menatap Andina dengan tatapan antusias. "Lingerie kemarin udah dicoba berarti? Gimana, dia bukan gay, kan?""Bukanlah!" Sahut Andina cepat
Baca selengkapnya

BAB 34 Mulai Cari Tahu

"Nunggu lama?"Andina tersenyum, ia segera memakai seat belt terlebih dahulu daripada menjawab pertanyaan yang Bram ajukan padanya."Nggak kok, lagian tadi juga belum kelar, Mas. Sekalian rampungin pasang kristal, nanggung. Emang Mas tadi dari mana?"Sebuah kesempatan kalau Andina bilang. Bukankah dia penasaran setengah mati dengan segala macam gerak-gerik suaminya ini? Jadi seperti yang Clara sarankan tadi, Andina harus banyak mengajak lelaki itu mengobrol. "Dapet undangan main golf. Kapan-kapan ikut, ya?"Speechless. Undangan main golf? Dari siapa dan sejak kapan suaminya ini suka main golf? Atau sebenarnya sudah dari dulu dan Andina baru tahu sekarang ini? "Dari siapa? Aku baru tahu kalau Mas suka main golf. Cantik-cantik pasti caddy-nya, kan?" Cecar Andina yang entah mengapa hatinya merasa tak suka jika ingat wanita-wanita cantik yang bekerja di lapangan golf itu. Diluar dugaan, Bram terbahak tepat satu detik setelah Andina mencecarnya dengan pertanyaan beruntun. Mendengar taw
Baca selengkapnya

BAB 35 Menggebu-gebu

"Mama masih betah di sana, ya?" Tanya Andina pada Bram, ini sudah hari ke delapan. "Ken katanya tadi udah nyusul. Paling telat lusa udah balik. Kenapa?" Jawab Bram tanpa mengangkat wajah dari depan layar ponsel. Melihat sang suami fokus pada ponsel dan terkesan mengabaikan, Andina seketika menjadi kesal. Ia mengerucutkan bibir, melangkah ke kemari pakaian dan mengambil sesuatu dari sana. Bram masih sibuk berkutat dengan ponselnya, Andina pun segera melangkah menuju kamar mandi, membiarkan Bram asik dengan entah apa yang ada di sana. Password ponsel Bram adalah hal yang belum Andina dapatkan saat ini. Ah ... Bukan hanya pasword, berapa nominal deposito milik suami dan apa yang dia lakukan di luar rumah pun Andina belum mendapatkan jawaban. Ia tidak mau terlalu terburu-buru, Andina tak ingin Bram punya pemikiran negatif tentang dirinya. Andina segera melucuti pakaiannya, ia sudah rapi dengan sleep dress satin sebenarnya, namun melihat Bram yang nampak asik dengan ponsel, m
Baca selengkapnya

BAB 36 Menyelinap

"Tidurlah, capek kan?" Bram mengecup puncak kepala Andina, jika beberapa saat yang lalu mereka menghabiskan waktu untuk saling berbagi kenikmatan di bawah guyuran shower, kini mereka sudah berada di atas tempat tidur mereka. "Mas mau kemana?" Tentu itu yang Andina tanyakan, Bram tidak berada di dalam selimut seperti dirinya! Padahal Andina ingin sekali memeluk Bram setelah pergumulan penuh nikmat yang mereka lalui tadi. "Mandi. Kenapa?"Andina mencebik, ia bangkit dan menarik lengan Bram agar kembali jatuh ke atas kasur. "Mandi besok aja kenapa sih, Mas? Tinggal tidur aja!" Protes Andina dengan nada tak suka. Bram tersenyum, ia mengangguk dan ikut masuk ke dalam selimut. Membawa tubuh Andina untuk kembali berbaring di atas kasur. "Udah?" Tanya Bram sambil menatap Andina dengan saksama. "Belum. Belum dipeluk!" Jawab Andina masih dengan bibir menggerucut. Mendengar itu kontan tawa Bram pecah, ia tertawa lirih lalu memeluk tubuh itu erat-erat. Dibenamkan wajah Andina di dada sambi
Baca selengkapnya

BAB 37 Rahasia Para Lelaki

"Kamu nggak gelut melulu sama om kamu itu, kan?"Ken yang tengah menyantap masakan ndeso ala mbok Jum hampir saja tersedak mendengar pertanyaan itu. Terlebih kata gelut yang keluar dari mulut sang istri. "Delapan hari ini di sini, kosakata mu bertambah ya?" Gumam Ken setelah susah payah menelan nasinya. "Emang tahu arti gelut itu apa?" Pancingnya sambil menahan tawa. "Tau! Kata mbok Jum, gelut itu berantem, berkelahi, saling pukul." Jawab Tamara singkat. "Nah! Emang aku pernah saling pukul sama dia? Ya meskipun sebenarnya aku pengen banget mukul palanya itu."Tamara mencebik, ia hanya duduk saja menemani Ken makan. Ia sudah cukup kenyang, lagipun matanya sudah terasa berat. Efek sudah malam dan tentu saja meladeni serangan singkat Ken di kamar mandi tadi. "Ya emang enggak, cuma kan kalian ribut mulu, Sayang!" Ujar Tamara mengingatkan. "Ya itu belum tentu dan nggak bisa disebut gelut juga." Tamara tidak menanggapi, ia menyeruput teh hangat yang disiapkan mbok Jum untuknya. Segela
Baca selengkapnya

BAB 38 Barang

"An ... Udah pagi loh."Andina terkejut mendengar panggilan dan sentuhan di tangannya itu. Ia mengerjapkan mata, membuka mata perlahan-lahan dan tersadar dari tidur. Saat hendak bangkit, Andina baru sadar bahwa ia bahkan belum memakai kembali pakaiannya. Ia tidak jadi bangkit, memilih tetap terdiam sambil mencoba mengembalikan separuh nyawanya yang belum kembali. "Mas--." Baru saja Andina hendak mengintrogasi Bram, namun ia sadar bahwa tidak secepat ini. "Ah bentar-bentar, kepalaku sakit." Wajah itu seketika menjadi panik, telapak tangannya refleks menyentuh dahi Andina. "Kamu sakit?" Tanyanya dengan nada khawatir. Andina tersenyum, ia menyingkirkan tangan Bram dari dahinya. Ditatapnya wajah Bram yang masih menyiratkan kekhawatiran, mata itu begitu tajam, kokoh seolah menyimpan banyak sekali rahasia di baliknya. Ya, memang Bram menyimpan banyak sekali rahasia dari Andina, entah apa, Andina sedang berusaha mencari tahu. "Nggak apa-apa, Mas. Aku nggak sakit. Cuma agak kaget aja pas
Baca selengkapnya

BAB 39 Dessert

"Kamu beneran cuma sendiri di apartemen?"Tamara melirik Ken, mereka sudah mulai perjalanan pulang. Ken membawa Tamara dan segala macam barang yang dibeli istrinya selama di Jogja, sementara Mar, ia pulang tentu dengan mobilnya sendiri dan barang bawaannya sendiri. "Kan aku udan jelasin. Memang mau sama siapa?" Jawab Ken santai, sangat santai sekali.Mendengar itu, Tamara hanya mengangguk pelan. Ia berkali-kali melirik Ken yang begitu tenang dan santai di belakang kemudi. Ken tidak nampak gelisah atau panik mendengar pertanyaan yang Tamara lontarkan padanya, jadi apa yang harus dicurigai? Terlebih semalam, ia sudah banyak menghabiskan waktu untuk memeriksa ponsel Ken bahkan sampai ke notes yang ada di dalamnya, semua bersih. Tidak ada hal mencurigakan di sana. Tentang teman wanita Ken, atau apapun itu, semua bersih! "Oh iya, kemarin ada yang survey ke apartment kita. Mau sewa gitu dia sama pacarnya. Cuma belum ngabarin lagi." Ucap Ken masih dengan nada santai. "Bagus dong. Kalo me
Baca selengkapnya

BAB 40 Cemburu

"Nah sampai!"Ken memarkirkan mobilnya tepat di sebelah SUV yang semua orang tahu milik siapa itu. Setelah mematikan mesin, ia segera melepas seat belt, melangkah turun dari mobil. Tamara pun menyusul, ia membawa tasnya dan menghampiri Ken yang masih berdiri sambil memainkan ponsel. "Kenapa?" Tanya Tamara ketika melihat suaminya cukup serius dengan ponsel. "Chat eyang ini, kok belum sampai." Jawab Ken tanpa memalingkan wajah.Tamara lantas memasukkan ponsel, ia hendak melangkah lebih dulu ke pintu rumah ketika matanya lantas menangkap sosok itu. Wajah itu tentu sangat tidak asing untuk Tamara, namun kenapa ... Sedetik kemudian Tamara tercengang, mulutnya bahkan setengah terbuka saking syok dengan apa yang matanya tangkap. Dua mata itu balas menatapnya setelah celingak-celinguk, hal yang membuat Tamara lantas tersadar rasa rasa terkejutnya. "Ayo masuk! Kenapa ma--." Kalimat itu terpotong, Tamara menoleh, bahkan bukan hanya dia! Ken nampak tercengang luar biasa, ia baru tersadar ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status