Share

BAB 32 Rahasia Ken

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-06 22:53:45

"An? Kamu nggak kerja?"

Andina samar-samar mendengar suara itu. Ia mengerjapkan mata, nampak cahaya matahari sudah masuk memenuhi kamar. Begitu melihat wajah itu begitu dekat, mata Andina sontak terbuka lebar.

Benar saja, Bram sudah duduk di tepi ranjang, wajahnya bahkan condong menunduk dan berjarak tak jauh dari wajah Andina.

"O-Om? Jam berapa?" Tanya Andina yang sedetik kemudian langsung mencari dinding di mana jam itu berada. "Astaga! Jam tujuh?"

Seketika Andina bangkit, saking spontannya, puncak kepala Andina sampai bertubrukan dengan wajah Bram. Nampak mereka mengaduh bersamaan.

"Maaf Om!" Desis Andina yang seketika menyentuh bagian wajah Bram yang beradu dengan kepalanya tadi.

"Its okay, An. Nggak apa-apa. Bangun, cepat bersiap lalu aku anter kerja." Titahnya tegas. "Oh ya, satu lagi ... Sampai kapan kamu mau terus panggil aku Om begitu?"

Pertanyaan itu menyimpan nada gemas, Andina hanya nyengir lebar ditanya begitu, sementara Bram masih menatap Andina dengan saksama. Mata m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Gerard Liu
Cemungud ya Thor.Selalu suka karya2mu, specially Annoying marriage.
goodnovel comment avatar
Ulum
trimakasih...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 33 Bram Yang Misterius

    "Sedetail itu dia perhatian sama kamu, An?" Clara membelalakan mata, Andina hanya melirik sekilas, kembali sibuk dengan jarum dan payet di piring. "Gila, An! Bener-bener jackpot ini mah!" Lanjut Clara yang masih nampak berapi-api. "Dia seefort itu, seperhatian itu dan kamu belum bisa terima dia di hati kamu, An?"Jemari Andina yang tadi sibuk memasang payet di gaun pesta, seketika terhenti mendengar pertanyaan yang Clara lontarkan. Andina nampak tertegun sejenak, membuat Clara sontek nyengir lebar dan menggeser duduknya sediki lebih dekat."Hayo loh ... Ngaku coba, kamu udah ada rasa, kan?" Desak Clara yang selalu bisa membaca ekspresi dan sorot mata Andina.Melihat Andina yang nampak panik ditanya begitu, tawa Clara seketika pecah. Ia tertawa sambil menarik piring berisi payet yang ada di depan Andina, merebut paksa jarum dari tangan Andina lalu menatap Andina dengan tatapan antusias. "Lingerie kemarin udah dicoba berarti? Gimana, dia bukan gay, kan?""Bukanlah!" Sahut Andina cepat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 34 Mulai Cari Tahu

    "Nunggu lama?"Andina tersenyum, ia segera memakai seat belt terlebih dahulu daripada menjawab pertanyaan yang Bram ajukan padanya."Nggak kok, lagian tadi juga belum kelar, Mas. Sekalian rampungin pasang kristal, nanggung. Emang Mas tadi dari mana?"Sebuah kesempatan kalau Andina bilang. Bukankah dia penasaran setengah mati dengan segala macam gerak-gerik suaminya ini? Jadi seperti yang Clara sarankan tadi, Andina harus banyak mengajak lelaki itu mengobrol. "Dapet undangan main golf. Kapan-kapan ikut, ya?"Speechless. Undangan main golf? Dari siapa dan sejak kapan suaminya ini suka main golf? Atau sebenarnya sudah dari dulu dan Andina baru tahu sekarang ini? "Dari siapa? Aku baru tahu kalau Mas suka main golf. Cantik-cantik pasti caddy-nya, kan?" Cecar Andina yang entah mengapa hatinya merasa tak suka jika ingat wanita-wanita cantik yang bekerja di lapangan golf itu. Diluar dugaan, Bram terbahak tepat satu detik setelah Andina mencecarnya dengan pertanyaan beruntun. Mendengar taw

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 35 Menggebu-gebu

    "Mama masih betah di sana, ya?" Tanya Andina pada Bram, ini sudah hari ke delapan. "Ken katanya tadi udah nyusul. Paling telat lusa udah balik. Kenapa?" Jawab Bram tanpa mengangkat wajah dari depan layar ponsel. Melihat sang suami fokus pada ponsel dan terkesan mengabaikan, Andina seketika menjadi kesal. Ia mengerucutkan bibir, melangkah ke kemari pakaian dan mengambil sesuatu dari sana. Bram masih sibuk berkutat dengan ponselnya, Andina pun segera melangkah menuju kamar mandi, membiarkan Bram asik dengan entah apa yang ada di sana. Password ponsel Bram adalah hal yang belum Andina dapatkan saat ini. Ah ... Bukan hanya pasword, berapa nominal deposito milik suami dan apa yang dia lakukan di luar rumah pun Andina belum mendapatkan jawaban. Ia tidak mau terlalu terburu-buru, Andina tak ingin Bram punya pemikiran negatif tentang dirinya. Andina segera melucuti pakaiannya, ia sudah rapi dengan sleep dress satin sebenarnya, namun melihat Bram yang nampak asik dengan ponsel, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 36 Menyelinap

    "Tidurlah, capek kan?" Bram mengecup puncak kepala Andina, jika beberapa saat yang lalu mereka menghabiskan waktu untuk saling berbagi kenikmatan di bawah guyuran shower, kini mereka sudah berada di atas tempat tidur mereka. "Mas mau kemana?" Tentu itu yang Andina tanyakan, Bram tidak berada di dalam selimut seperti dirinya! Padahal Andina ingin sekali memeluk Bram setelah pergumulan penuh nikmat yang mereka lalui tadi. "Mandi. Kenapa?"Andina mencebik, ia bangkit dan menarik lengan Bram agar kembali jatuh ke atas kasur. "Mandi besok aja kenapa sih, Mas? Tinggal tidur aja!" Protes Andina dengan nada tak suka. Bram tersenyum, ia mengangguk dan ikut masuk ke dalam selimut. Membawa tubuh Andina untuk kembali berbaring di atas kasur. "Udah?" Tanya Bram sambil menatap Andina dengan saksama. "Belum. Belum dipeluk!" Jawab Andina masih dengan bibir menggerucut. Mendengar itu kontan tawa Bram pecah, ia tertawa lirih lalu memeluk tubuh itu erat-erat. Dibenamkan wajah Andina di dada sambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 37 Rahasia Para Lelaki

    "Kamu nggak gelut melulu sama om kamu itu, kan?"Ken yang tengah menyantap masakan ndeso ala mbok Jum hampir saja tersedak mendengar pertanyaan itu. Terlebih kata gelut yang keluar dari mulut sang istri. "Delapan hari ini di sini, kosakata mu bertambah ya?" Gumam Ken setelah susah payah menelan nasinya. "Emang tahu arti gelut itu apa?" Pancingnya sambil menahan tawa. "Tau! Kata mbok Jum, gelut itu berantem, berkelahi, saling pukul." Jawab Tamara singkat. "Nah! Emang aku pernah saling pukul sama dia? Ya meskipun sebenarnya aku pengen banget mukul palanya itu."Tamara mencebik, ia hanya duduk saja menemani Ken makan. Ia sudah cukup kenyang, lagipun matanya sudah terasa berat. Efek sudah malam dan tentu saja meladeni serangan singkat Ken di kamar mandi tadi. "Ya emang enggak, cuma kan kalian ribut mulu, Sayang!" Ujar Tamara mengingatkan. "Ya itu belum tentu dan nggak bisa disebut gelut juga." Tamara tidak menanggapi, ia menyeruput teh hangat yang disiapkan mbok Jum untuknya. Segela

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 38 Barang

    "An ... Udah pagi loh."Andina terkejut mendengar panggilan dan sentuhan di tangannya itu. Ia mengerjapkan mata, membuka mata perlahan-lahan dan tersadar dari tidur. Saat hendak bangkit, Andina baru sadar bahwa ia bahkan belum memakai kembali pakaiannya. Ia tidak jadi bangkit, memilih tetap terdiam sambil mencoba mengembalikan separuh nyawanya yang belum kembali. "Mas--." Baru saja Andina hendak mengintrogasi Bram, namun ia sadar bahwa tidak secepat ini. "Ah bentar-bentar, kepalaku sakit." Wajah itu seketika menjadi panik, telapak tangannya refleks menyentuh dahi Andina. "Kamu sakit?" Tanyanya dengan nada khawatir. Andina tersenyum, ia menyingkirkan tangan Bram dari dahinya. Ditatapnya wajah Bram yang masih menyiratkan kekhawatiran, mata itu begitu tajam, kokoh seolah menyimpan banyak sekali rahasia di baliknya. Ya, memang Bram menyimpan banyak sekali rahasia dari Andina, entah apa, Andina sedang berusaha mencari tahu. "Nggak apa-apa, Mas. Aku nggak sakit. Cuma agak kaget aja pas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 39 Dessert

    "Kamu beneran cuma sendiri di apartemen?"Tamara melirik Ken, mereka sudah mulai perjalanan pulang. Ken membawa Tamara dan segala macam barang yang dibeli istrinya selama di Jogja, sementara Mar, ia pulang tentu dengan mobilnya sendiri dan barang bawaannya sendiri. "Kan aku udan jelasin. Memang mau sama siapa?" Jawab Ken santai, sangat santai sekali.Mendengar itu, Tamara hanya mengangguk pelan. Ia berkali-kali melirik Ken yang begitu tenang dan santai di belakang kemudi. Ken tidak nampak gelisah atau panik mendengar pertanyaan yang Tamara lontarkan padanya, jadi apa yang harus dicurigai? Terlebih semalam, ia sudah banyak menghabiskan waktu untuk memeriksa ponsel Ken bahkan sampai ke notes yang ada di dalamnya, semua bersih. Tidak ada hal mencurigakan di sana. Tentang teman wanita Ken, atau apapun itu, semua bersih! "Oh iya, kemarin ada yang survey ke apartment kita. Mau sewa gitu dia sama pacarnya. Cuma belum ngabarin lagi." Ucap Ken masih dengan nada santai. "Bagus dong. Kalo me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 40 Cemburu

    "Nah sampai!"Ken memarkirkan mobilnya tepat di sebelah SUV yang semua orang tahu milik siapa itu. Setelah mematikan mesin, ia segera melepas seat belt, melangkah turun dari mobil. Tamara pun menyusul, ia membawa tasnya dan menghampiri Ken yang masih berdiri sambil memainkan ponsel. "Kenapa?" Tanya Tamara ketika melihat suaminya cukup serius dengan ponsel. "Chat eyang ini, kok belum sampai." Jawab Ken tanpa memalingkan wajah.Tamara lantas memasukkan ponsel, ia hendak melangkah lebih dulu ke pintu rumah ketika matanya lantas menangkap sosok itu. Wajah itu tentu sangat tidak asing untuk Tamara, namun kenapa ... Sedetik kemudian Tamara tercengang, mulutnya bahkan setengah terbuka saking syok dengan apa yang matanya tangkap. Dua mata itu balas menatapnya setelah celingak-celinguk, hal yang membuat Tamara lantas tersadar rasa rasa terkejutnya. "Ayo masuk! Kenapa ma--." Kalimat itu terpotong, Tamara menoleh, bahkan bukan hanya dia! Ken nampak tercengang luar biasa, ia baru tersadar ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18

Bab terbaru

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 10 - END

    "Caesar bobok?"Andina yang baru saja meletakkan Caesar di dalam box bayi, seketika menoleh ke sumber suara. Senyum Andina merekah tatkala sosok itu melangkah masuk dengan begitu perlahan. Tamara melongok ke dalam box, tersenyum lebar sembari memperhatikan Caesar dengan saksama. Entah mengapa, melihat wajah gembira dan senyum merekah itu, hati Andina benar-benar terasa bahagia dan begitu damai. "Duh ganteng banget keponakan tante." desisnya lirih sembari berpegangan pada tepian box. "Celine kemana? Kok nggak dibawa?" tanya Andina ketika sadar adiknya itu hanya datang seorang diri. Tamara menoleh, ia menghela napas panjang sembari menyodorkan paper bag yang dibawanya. "Tengokin bayi ngajak bocil? Alamat bakalan ada huru-hara, Kak!" desisnya dengan wajah cemberut. Andina menerima paper bag dari sang adik. Nama yang tercetak di sana adalah sebuah patisserie kenamaan favorit mereka. "Jadi ini para busui mau tea time nih?" tanyanya sembari melirik Tamara. "Exactly! Pas banget nih C

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 9

    "Loh Bram, ngapain di sini?"Bram dan Hendra menoleh, nampak Roy melangkah dengan santai menghampiri mereka. Di tangan Roy, ada satu kantong plastik besar yang entah apa isinya. Bram menatap lelaki itu dengan gemas, rasanya kalau tidak ada papa mertuanya di sini, sudah Bram pukuli lelaki satu ini. "Kamu nggak nungguin bini, Bram?" tanyanya masih dengan sangat santai. Bram melotot, ia mengusap wajahnya dengan kasar laku menatap tajam ke arah Roy. "Aku di sini ini ngapain sih, Roy? Lagi sabung ayam gitu?" jawab Bram sekenanya. Ia tengah risau, gelisah dan sangat khawatir tetapi cecurut yang sialnya menjadi orang kepercayaan Bram ini malah membuatnya gemas. "Ya enggak, maksudku kenapa kamu nggak nungguin di dalem? Nah di dalem Andina sama siapa?" tanyanya sembari meletakkan kantong plastik di kursi, Roy segera menjabat tangan Hendra dengan sopan. "Kamu mau aku pingsan di dalem terus nambahin kerjaan dokternya?" tanya Bram dengan sorot mata tajam. Mendengar itu, diluar dugaan Roy t

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 8

    “Sakit?”Bram menatap Andina dengan penuh rasa khawatir, sejak beberapa jam yang lalu, Andina sudah merasakan mulas dan sensasi nyeri di perut. Bahkan kini mereka sudah berada di rumah sakit sekarang, bersiap di kamar VVIP yang sudah Bram pesan jauh-jauh hari.“Lumayanlah, Mas.” jawab Andina sembari tersenyum, ia masih berusaha tenang, meskipun mulas itu makin teratur.“Operasi aja gimana? Biar aku bi—““Eh, nggak mau!”Andina segera menarik tangan Bram yang hendak melangkah menuju pintu, ia memaksa suaminya kembali duduk di sofa yang ada di dalam ruangan.“Kenapa nggak mau sih? Aku takut kamu kenapa-napa, Sayang!” wajah Bram sudah begitu panik, bisa Andina lihat sorot itu nampak gusar.“Dokter bilang semua baik, nggak ada indikasi serius jadi aku pengen lahiran normal aja, Mas.” tegas Andina tanpa melepaskan tangan Bram yang ia genggam.“Aku nggak tega liat kamu kesakitan, An. Udah deh kita operasi aja.”Kembali Andina menggeleng. Mendengar cerita Tamara perihal efek-efek yang dia ra

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 7

    "Pelan-pelan, Sayang!"Andina tersenyum, semenjak dia hamil, Bram benar-benar memperlakukan dia dengan begitu lembut. Semua yang Andina mau selalu dituruti tanpa perlu waktu lama. Andina yang sehari-hari sudah diratukan oleh Bram, kini makin dimanjakan dengan sangat ugal-ugalan! "Agenda hari ini kamu ada jadwal manicure, creambath sama kita cari perlengkapan bayi!"Bukan salah Andina kalau ia lantas terkekeh, kepalanya mendongak, menatap Bram yang masih berdiri dan nampak bersiap membantu Andina berdiri. "Sejak kapan owner perusahaan ternama, resto ternama jadi aspri aku?" goda Andina yang membuat Bram ikut terkekeh. "Lah kamu baru tahu kalau the real bos dari owner perusahaan ternama itu kamu? Dan jangan lupa ini!" Bram jongkok di depan Andina, mengelus dan mengecup perut Andina yang menyembul. Andina tersenyum, ia mengusap lembut kepala Bram, merapikan rambut lelaki itu dengan tangan tanpa mengalihkan pandangan. "Makasih bikin aku jadi perempuan yang paling beruntung di dunia,

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 6

    Dua bulan kemudian .... "Eh Kak? Kamu nggak apa-apa?"Tamara seketika panik ketika tubuh kakaknya hampir saja terhuyung jatuh kalau tidak berpegangan pada meja ganti popok Celine. Wajah Andina memang pucat, namun tadi dia masih lincah, dan kini. "Tam ... ini kok tiba-tiba aku pusing banget, ya? Tolongin dong." Mata Andina terpejam, satu tangannya memijat pelipis perlahan. Tamara tak banyak bicara, ia segera meletakan botol lotion milik celine dan memapah kakaknya yang nampak payah itu. Mereka sudah hampir dekat ke sofa menyusui yang ada di kamar Tamara ketika tubuh Andina melemas dan ambruk ke bawah, Tamara langsung menahan tubuh itu sebelum mencium lantai, sekuat tenaga ia membantu kakaknya sampai ke sofa, lalu berteriak-teriak panik sembari membetulkan posisi Andina. "PA ... PAPA! TOLONGIN KAKAK PINGSAN, PA!" teriak Tamara panik, ia lupa kalau Celine tengah tertidur pulas di dalam box. Untung saja bayi itu tidak terbangun, Tamara mengusap-usap hidung Andina dengan minyak telon

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 5

    "Eh ngapain?"Andina kontan mendorong Bram yang hendak ikut masuk ke kamar mandi. Mata lelaki itu membulat, menatap Andina dengan tatapan protes. Andina pun membalas tatapan itu, ia masih berdiri di depan pintu kamar mandi dan menutup akses lelaki itu masuk ke dalam. "Mau ikut!" jawab Bram persis seperti anak kecil. "Nggak ada ikut! Tungguin luar!" tegas Andina yang segera masuk dan menutup pintu kamar mandi. Sejenak Andina bersandar di balik pintu. Jantungnya berdegup kencang. Sebenarnya ia belum ada tanda-tanda hamil, telat haid pun baru seminggu dan Bram sudah begitu bernafsu untuk tahu hasil 'kerja keras' mereka selama liburan di Jepang.Andina segera melangkah menuju kloset, ia sudah mempersiapkan semuanya. Testpack sudah berada di tangan dan kalau boleh jujur, Andina sangat takut saat ini. Bagaimana kalau hasilnya tidak sesuai harapan? Bagaimana kalau dia mengecewakan? "Nggak akan tahu kalau nggak dicoba!" gumam Andina lirih lalu meletakkan benda itu di wastafel. Ia segera

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 4

    Sandra menghentikan kakinya begitu masuk ke dalam ruangan. Matanya menyapu para hadirin yang datang. Bisa dia lihat ada Hendra, Mursiyati, Mariani bahkan ayah dari mendiang Theresa pun turut hadir.Mendadak jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, seumur hidup, setelah pembunuhan itu dia lakukan, Sandra belum pernah setakut ini. Bulu kuduk Sandra mendadak meremang, ia bahkan melonjak terkejut ketika polwan yang mengawalnya mencolek bahu Sandra dan memberinya kode untuk melangkah masuk.Dengan kepala tertunduk, Sandra melangkah menuju tempat yang sudah disediakan untuknya. Pengacara yang Sandra pilih, sudah hadir dan duduk di sana. Namun Sandra tahu betul bahwa dia tidak boleh berharap banyak pada hari ini. Memang apa yang dia harapkan? Bisa bebas seperti puluhan tahun yang lalu? Mustahil!Sandra duduk di kursi, ia masih belum berani mengangkat wajah sampai kemudian pengacaranya menyenggol lengan Sandra dengan siku.“Bu ... Ibu nggak apa-apa?”***“Hari ini, kan?”Baru saja Bram henda

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 3

    "Ada apa?" Mereka sudah di lounge bandara sekarang, Bram nampak memasukkan ponsel ke dalam tas, ia baru saja selesai menerima telepon, entah dari siapa, Andina tidak tahu. "Sidang putusan untuk kasus pembunuhan mama digelar tiga hari lagi, Sayang."Mata Andina membulat, ia menghela napas lalu menganggukkan kepala perlahan. Melihat itu nampak kening Bram berkerut, ia menatap istrinya dengan tatapan tidak percaya. "Kamu nggak pengen aku ba--""Aku nggak pengen dateng ke persidangan itu. Aku udah nggak pengen liat mukanya lagi. Aku cuma pengen denger kabar kalo dia dapet hukuman seberat-beratnya, Mas." potong suara itu lirih. Bram segera menjatuhkan diri di sofa yang ada tepat di sebelah Andina duduk. Ia meraih tangan Andina, meremas tangan itu dengan begitu lembut. "Dia tidak akan bisa mengelak lagi, Sayang. Tidak ada yang bisa membantunya lolos kali ini." gumam Bram dengan nada mantap. Andina tersenyum, ingin rasanya ia menghapus wajah dan semua kenangan akan kehidupan Andina yan

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 2

    "Papa tunggu sini, ya?"Tamara menoleh, ia melayangkan tatapan protes itu ke arah Hendra. "Loh, kan Papa aku minta nemenin." gumam Tamara merajuk. Hendra menghela napas panjang, ia melangkah mendekati Tamara, mengusap lembut puncak kepala anak bungsunya itu dengan penuh kasih sayang. "Ini kan papa temenin, Tam. Cuma kalau untuk sampai ke dalam, papa nggak sanggup. Papa nggak bisa liat wajah laki-laki yang udah mengkhianati dan menyakiti hati anak papa sampai sedalam ini." ucap Hendra lirih, "Lagipun, kalian harus membahas banyak hal di dalam, yang itu diluar kewenangan papa untuk tahu. Jadi papa tunggu di sini, ya? Bicarakan baik-baik dengan kepala dingin."Tamara mendengus, mau bagaimana lagi? Yang dikatakan Hendra ada benarnya! Tamara harus masuk dan duduk membahas banyak hal perihal masa depan anak mereka. "Baiklah kalau begitu. Papa tunggu, ya? Aku masuk ke dalam dulu."Hendra mengangguk pelan, ia tersenyum dan menatap Tamara yang melangkah masuk ke dalam. Sepeninggal Tamara,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status