Semua Bab Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata .... : Bab 21 - Bab 30

41 Bab

BAB 21 Rencana Apa?

"Hah? Belum kamu pake?"Andina yang berusaha tenang dan fokus pada lembar kosong di depan matanya, kontan mendengus dan melirik kesal ke arah Clara. Gadis itu menatapnya dengan tatapan terkejut yang seketika mampu membuat konsentrasi Andina buyar. Andina meletakkan pensil yang sejak tadi berada dalam genggaman, ia menoleh, balas menatap Clara yang masih menantikan jawaban dari Andina. "Kamu mau design ini cepet selesai, nggak?" Ancam Andina dengan nada serius. Meskipun Clara bos di sini, namun Andina juga punya peran penting. Ada tiga request customer untuk gaun pernikahan dan Andina bisa saja menjadikan hal ini sebagai ancaman. "Eh ... Ya nggak gitu juga dong! Ya harus selesai dong itunya. Bulan depan dipake itu, mepet banget waktunya." Sorot itu berubah mengiba, ditambah senyum lebar yang langsung membuat Andina mencebik gemas. "Makanya! Diem-diem dulu ngapa sih? Masih dua noh, katamu minggu depan revisi sketch sama kustomernya!" Omel Andina kembali meraih pensil yang tadi ia g
Baca selengkapnya

BAB 22 Berpikir Keras

"Sudah jam makan siang?"Mendengar itu, Andina kehilangan kata-kata. Antara terkejut, bingung dan takjub. Bram bisa se perhatian ini kepadanya? Atau Andina saja yang terlalu PD dan berekspektasi tinggi? "Li-lima belas menit lagi, Om. Ada apa?" Andina tak mau Bram membaca keterkejutannya, meskipun ia yakin Bram tahu dari gugupnya nada bicara Andina. "Oke. Aku jemput. Kita makan siang sama-sama. Bosmu nggak nyediain lunch di kantor, kan?"Speechless! Jadi Bram mau bolak-balik tiga kali sehari mengantar-jemputnya ke butik Clara? Atau hanya kebetulan hari ini saja? "O-Om mau jemput aku?" Andina masih tidak percaya! "Siap-siap. Aku jalan sekarang!"Tanpa menunggu persetujuan Andina, Bram segera menutup sambungan telepon. Seperti biasanya, lelaki itu seolah tidak mau dibantah. Setelah sambungan terputus, Andina meletakkan ponsel di atas meja sambil menghela napas panjang, sebuah hal yang langsung disadari Clara yang kebetulan masuk ke dalam ruangan. "Eh kenapa?" Tanya Clara yang langs
Baca selengkapnya

BAB 23 Makin Penasaran

"Aku dapat kabar, setelah kita pergi tadi, mama ribut sama Ken. Dia diusir."Andina seketika menghentikan kunyahannya, ia segera mengangkat wajah, menatap Bram dengan ekspresi terkejut. "Dia diusir sama mama?" Andina terkejut, itu artinya .... "Jangan sedih dulu, paling dua hari ntar dia balik."Andina yang tadi sudah sangat antusias, seketika mencebik kesal. Ia bahkan reflek mencubit lengan Bram yang duduk tepat di sebelahnya. Sebuah spontanitas yang sedetik kemudian membuatnya canggung. "Serius. Dua hari aja ntar dia balik." Ujar Bram lagi. "Kenapa pake balik lagi?" Tanya Andina sembari pura-pura menyendok nasinya. "Sejak kapan mama-papanya kasih izin dia keluar dari rumah itu?" Memang benar, bukankah Bram sudah menceritakan kenapa Ken harus ikut tinggal di rumah itu? Sementara mama dan papanya bolak-balik urus bisnis keluar negeri. Menurut cerita Bram, keluarga Ken tidak punya aset properti selain apartment untuk sekedar singgah di negera ini. Semua pasti akan kembali ke ista
Baca selengkapnya

BAB 24 Cari Tahu!

"Kamu merasa ada yang aneh nggak sih sama keluarga suami kamu? Kok rasanya ganjil gitu, ya?"Clara terlihat tengah berpikir keras, keningnya bahkan sampai berkerut. Andina yang tadinya sudah serius dengan design yang ada di depan mata, mendadak konsentrasinya buyar. Apa yang membuat gadis itu terlihat begitu keras berpikir? "Aneh gimana?" Meskipun Clara sahabt baik Andina, namun Andina tentu tidak sembarangan menceritakan semua hal tentang keluarga suaminya, hanya beberapa dan ya ... belum tersentuh oleh Bram adalah satu dari beberapa hal yang Andina ceritakan pada Clara. "Ya aneh, An. Mereka pengusaha, kan? Kenapa kakak ipar kamu nggak punya satupun aset properti di sini?" Tanya Clara yang ternyata sudah berpikiran sampai ke sana. "Mereka ada apartmen, Ra. Dan infonya gedung untuk kantor mereka itu udah gedung milik sendiri." Jelas Andina yang kembali mencoba serius dengan pekerjaannya. "Nah! Gedung perkantoran aja mereka ada loh, masak cuma rumah mereka nggak beli?" Protes Clar
Baca selengkapnya

BAB 25 Ke Jogja

"Tuh kan? Apa aku bilang!" Bisik Bram ketika mereka melangkah menuju meja makan malam ini. Ken sudah duduk di sebelah sang istri. Melihat itu, Andina tersenyum masam, ia lantas balas berbisik dengan begitu lirih. "Om salah. Tadi kata Om dua hari baru balik ke rumah. Lah ini? Belum juga sehari." Bisik Andina lalu segera menjauhkan wajah. Bram tidak menjawab, langkah mereka sudah begitu dekat dengan meja makan. Bram segera menaik kursi, mempersilahkan Andina duduk lalu menarik satu lagi untuk dia sendiri. "Malam, Ma." Sapa Bram begitu dia duduk. Hanya Mar yang dia sapa, tidak dengan sepasang suami-istri yang sudah lebih dulu duduk di depan mereka. "Gimana hari pertama kerja, An?" Mar hanya menanggapi sapaan itu dengan seulas senyum, ia malah tertarik dengan hari pertama Andina bekerja. "Langsung sibuk, Ma. Punya bos temen sendiri ternyata lebih menyebalkan." Kelakar Andina yang kembali sukses membuat senyum Mar menghiasi wajah. "Terkadang memang gitu sih. Yang penting kamu enjoy
Baca selengkapnya

BAB 26 Makeover

"Kalian hati-hati jaga rumah, ya? Mama tinggal dulu."Setelah sarapan, Mar segera bersiap berangkat. Bahkan barang bawaannya dan Tamara yang entah apa tujuannya ikut, sudah tertata rapi di bagasi mobil. Andina tersenyum, agaknya selama seminggu ini ia bisa sedikit tenang berada di rumah, ya kecuali kalau suami dari sang adik sudah pulang bekerja. "Kabarin kalau udah sampai sana ya, Ma. Mama hati-hati di jalan." Andina mencium punggung telapak tangan Mar dengan penuh hormat, disusul suaminya dan juga Ken yang tentu saja ikut melepas istrinya pergi bersama sang nenek. "Ken, kamu kalo jadi nyusul bawa mobil sendiri. Kebiasaan kalau balik sini nggak muat mobilnya buat bawa oleh-oleh."Diberi pesan begitu, Ken sontak membelalak. Hanya sebentar karena sedetik kemudian ia mengangguk pelan, tanda bahwa ia mengerti dan paham dengan titah yang ibu ratu berikan. "Baik Eyang. Nanti Ken bawa mobil sendiri." Desisnya kemudian. Mar tidak lagi banyak bicara, ia segera masuk ke dalam mobil yang p
Baca selengkapnya

BAB 27 Heran

"Ini semua, Om?"Bukan salah Andina kalau ia sampai membelalakkan mata. Baju yang dia bawa cukup banyak. Sampai tiga kantong belanja. Belum yang Bram bawa. Dan jangan lupakan, mereka belanja di departemen store yang cukup tersohor. Meskipun tidak semahal brand baju yang ibu ratu suka pakai, namun berbelanja sebegini banyak pasti tidak mungkin hanya habis tiga-empat juta saja! Darimana Bram akan membayarnya? Kartu kredit itu? Tapi siapa yang nanti akan membayar? Apakah mama mertuanya? Atau jangan-jangan itu kartu kredit yang diberikan mama mertua Andina untuk anak lelakinya itu? "Iya semua. Cocok kok kamu pakai." Sahut Bram seraya melenggang menuju kasir. "Ya tapi ... Om!" Andina segera mengejar langkah Bram yang sudah cukup jauh darinya. "Om kita perlu pilih lagi deh bajunya. Ma--.""Untuk apa? Udah bawa sini!" Bram meletakkan tas yang dia bawa ke atas meja kasir, lalu meraih tas di tangan Andina."Ta--.""Katanya mau creambath? Sana sekalian mau spa atau apa terserah. Biar aku yan
Baca selengkapnya

BAB 28 Deep Talk (Again)

"Sudah?" Suara itu menyapa Andina dengan lembut. Andina yang baru saja beres menjalani me timenya, sudah berdiri di depan pintu masuk loby. "Om masih sibuk? Kalo gitu mending a--." "Tengok ke arah jam tiga dari tempatmu berdiri. Aku sudah di sini sejak beberapa saat yang lalu." Potong suara itu yang langsung membuat mata Andina membelalak. Tanpa membalas kalimat itu, Andina segera celingak-celinguk sesuai instruksi yang tadi Bram berikan. Benar saja! Mobil Bram terpakir di bawah pohon tak jauh dari pintu masuk loby mall. "Oke, aku kesana Om!" Andina mematikan sambungan telepon, ia memasukkan ponsel miliknya ke dalam tas. Langkahnya segera terayun menuju di mana mobil Bram berada. Bram sudah sejak menunggu di sana? Kenapa dia tidak memberitahu Andina? "Maaf kalau lama, Om." Desis Andina begitu masuk ke dalam mobil. "Nggak masalah, yang penting kamu happy." Ucap Bram lalu menghidupkan mesin mobil. Andina melirik Bram dari tempatnya duduk, kalimat tadi masih terngian
Baca selengkapnya

BAB 29 Menyerahkan Diri

"Mana kunyuk itu? Nggak pulang dia? Mobilnya nggak ada, tumben?" Tanya Bram pada salah seorang pekerja di rumahnya. "Oh Mas Ken? Belum pulang, Mas. Nggak kasih kabar juga ke rumah." Jawab suara itu sopan. "Istrinya nggak ada, mana mungkin dia balik." Gumam Bram lalu melangkah menuju anak tangga. Siapa yang tak tahu kelakuan bocah itu di luar rumah? Semua tahu, tapi agaknya semua memilih tutup mata. Bram pun tidak peduli, semua tingkah-polah anak itu sama sekali tidak merugikan Bram. Atau sebenarnya malah menguntungkan? Bukankah karena polah anak itu, Bram jadi bisa memiliki Andina sekarang ini? Bram mendesah panjang. Ia memang memiliki Andina, namun bukan 'memiliki' seperti apa yang dipikirkan orang-orang. Mereka hanya terikat status, tanpa diikuti hal-hal lain yang semestinya. Bram menekan knop pintu, mendorong pintu dan membawa kakinya melangkah. Langkah Bram terhenti ketika melihat Andina tengah sibuk menyusun baju-baju baru yang tadi ia belikan untuk sang istri. Penampilan
Baca selengkapnya

BAB 30 Hot Night

"Masih sakit?"Disela-sela permainan mereka, Bram masih terpikirkan untuk menanyakan hal itu. Ia tahu betul, ini adalah yang pertama kali untuk Andina. Cengkeraman kuat tangan Andina, jeritan kecil saat Bram mulai merangsak masuk dan tak lupa lelehan air mata serta sensasi ketat yang teramat sangat dari diri Andina di bawah sana adalah bukti otentik bahwa Bram adalah laki-laki pertama dalam hidup Andina. Mata itu perlahan membuka, ada sisa bayangan air mata di sana. Bram tahu, dari sorot mata itu, Andina tengah kebingungan dengan apa yang kini ia rasakan. Bram berani bertaruh, rasa perih dan sakit itu masih mendominasi, meskipun rasa nikmat itu sudah perlahan-lahan memanjakan Andina. Sebenarnya Bram ingin mempercepat temponya, namun ia begitu takut ini akan semakin menyakiti sang istri. Bram memang sudah dua kali menikah sebelumnya. Namun menghadapi perawan, ini baru pertama kali untuk Bram dalam seumur hidup. Lawan main Bram yang dulu-dulu sudah mempunyai jam terbang yang tinggi, k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status