Semua Bab Sebatas Istri Kontrak Tuan Muda: Bab 21 - Bab 30

80 Bab

Bab 21. Lakukan sekarang

Aisa memejamkan kedua matanya saat Alan mulai menyatukan alat ucapnya. Cairan bening bahkan masih terus mengalir dari kedua sudut matanya.Aisa hanya bisa pasrah, jika malam ini adalah malam dimana dirinya harus menyerahkan semuanya kepada Alan, maka dia akan menerimanya. Bagaimanapun Alan berhak atas tubuhnya.Aisa menghirup udara sebanyak-banyaknya saat Alan melepas pagutannya, tapi kedua matanya langsung terbuka saat dia merasakan sesuatu menyentuh kulit lehernya. Ternyata kecupan Alan beralih ke leher jenjang Aisa.Sepertinya Alan akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuktikan kalau dirinya memang bisa melakukan apapun kepada Aisa tanpa takut akan gejala-gejala yang akan dialaminya saat kulit tubuhnya bersentuhan dengan kulit wanita lainnya.Aisa langsung mendorong tubuh Alan, membuat Alan yang tak siap langsung bergerak mundur. “Apa kamu benar-benar akan melakukannya?” tanyanya dengan suara serak karena menahan tangisannya.“Kenapa? apa kamu pikir aku hanya main-main? Kamu ga
Baca selengkapnya

Bab 22. Bayang-bayang masa lalu

Alan membiarkan Aisa tidur lebih lama lagi. Dia lalu melangkah keluar dari kamarnya.“Sayang, dimana istri kamu?” tanya Merlin saat melihat putra semata wayangnya hanya melangkah seorang diri menuju ruang makan.Alan menarik salah satu kursi meja makan untuk dia duduki. “Aisa masih tidur, Ma. Mungkin karena kecapekan,” sahut Alan lalu mengambil piring dan mengisinya dengan makanan.Merlin hanya mengangguk. “Nanti kalian jadi pergi ke psikolog kan?”“Iya, Mama tenang saja. Alan akan ikuti semua yang Mama katakan, karena Alan juga ingin hidup normal.” Alan mengisi piring kosongnya dengan nasi, sayur, dan lauk.“Sayang, kamu harus percaya sama Aisa, karena Mama yakin, dia pasti bisa membuat kamu seperti dulu lagi.” Merlin juga ingin anaknya bisa kembali seperti dulu lagi, hanya Aisa kini harapannya satu-satunya.“Semoga, Ma,” ucap Alan lalu memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya.Setelah selesai makan, Alan kembali ke kamarnya dengan membawa nampan yang berisi sepiring makanan dan sege
Baca selengkapnya

Bab 23. Perubahan sikap Aisa

Aisa dan Alan kini tengah berada disebuah ruangan, lebih tepatnya saat ini mereka sedang mengunjungi psikolog yang dulu menangani kasus Alan.Dokter psikolog itu menceritakan semua yang dia tau tentang kasus Alan kepada Aisa. Bahkan tidak ada yang ditutup-tutupi.Apa yang Aisa dengar, sama seperti yang mama mertuanya ceritakan padanya. Tapi, dia masih yakin, jika ada sesuatu yang Alan sembuyikan selama ini. Entah tentang kebenaran apa yang sengaja Alan tutupi dari keluarganya.“Dok, apa suami saya masih mempunyai peluang untuk sembuh?” tanya Aisa sambil menatap Alan yang saat ini juga tengah menatapnya dari jarak yang lumayan jauh.Alan memilih untuk duduk di sofa yang berada di dekat jendela ruangan itu, sedangkan Aisa saat ini tengah duduk didepan meja kerja Dokter Neysa.“Peluang itu pasti ada. Hanya bagaimana kita mau berjuang untuk sembuh dan keluar dari bayang-bayang masa lalu itu,” ucap Dokter Neysa.“Lalu, apa yang harus saya lakukan untuk bisa membuat suami saya melupakan sem
Baca selengkapnya

Bab 24. Mencoba

Aisa tersenyum. “Memangnya aku tidak boleh bersikap seperti ini dengan suamiku sendiri? bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau aku adalah istrimu sekarang? Bahkan kamu sudah merobek surat perjanjian yang pernah aku tanda tangani.”“Sebelum pulang ke rumah, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan dulu. Anggap saja ini untuk terapi kamu,” lanjutnya.“Terserah kamu. Tapi, aku tidak yakin, kalau kamu bisa membuatku lepas dari trauma masa laluku,” ucap Alan sambil menyungingkan senyumannya.“Tidak ada salahnya mencoba. Tapi, aku harap kamu jujur sama aku, jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi padamu di masa lalu.”“Aku sudah mengatakan semuanya. Memangnya apa yang perlu aku ceritakan lagi?” tanya Alan sambil mengernyitkan dahinya.Aisa mengedikkan kedua bahunya. “Mana aku tau, hanya kamu yang tau apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan mantan kekasihmu itu.”Alan memilih untuk melangkahkan kakinya melewati lorong rumah sakit itu. Suasana sangat sepi, karena hanya ada Aisa, Alan
Baca selengkapnya

Bab 25. Alan tau

Aisa tetap memaksa Alan untuk berkenalan dengan Aisa kecil. Tapi, Alan tetap menolaknya dengan tegas. Bahkan penolakan Alan dan suaranya yang keras, membuat gadis itu kecil itu menangis.Aisa merasa sangat bersalah, karena telah membuat gadis itu menangis dan begitu ketakutan. Dia juga meminta maaf kepada mamanya Aisa kecil, saat mamanya sudah kembali dari toilet dan menghampiri putri kecilnya.“Sudah puas kamu membuat anak sekecil itu menangis!” seru Aisa sambil menatap tajam ke arah Alan—suaminya.Rendy hanya memantau dari jarak yang tidak begitu jauh. Baru kali ini dia melihat Alan diam tidak berkutik saat ada seseorang yang memarahinya.‘Ada apa dengan Alan? Apa dia tidak bisa menjawab setiap kata-kata yang Aisa katakan padanya?’ tanyanya dalam hati.“Bukankah kamu ingin sembuh? Lalu kenapa kamu tidak ingin mencobanya?” kini suara Aisa lebih pelan dari yang tadi.“Aku hanya ingin melakukan apa yang aku bisa. Mungkin dengan kamu mencoba berinteraksi dengan apa yang membuatmu merasa
Baca selengkapnya

Bab 26. Sikap dingin Alan

Alan semakin hari semakin dibuat bingung oleh sikap Aisa yang benar-benar berubah 180 derajat. Bahkan sikap Aisa dalam beberapa hari ini benar-benar membuat Alan kalang kabut akan perasaannya sendiri.“Mas, kok diam? Apa Mas sedang ada masalah di kantor?” tanya Aisa sambil menyandarkan kepalanya di bahu Alan.Saat ini mereka sedang ada di kamar.“Kamu tidak perlu tau,” sahut Alan dengan nada dingin.Aisa tersenyum tipis. ‘Sabar Aisa, semua ini demi kelancaran rencana kamu. Jika kamu bisa membuat Alan sepenuhnya percaya padamu, maka kamu akan dengan mudah membujuknya untuk melakukan apapun yang kamu minta untuk kelancaran terapinya,’ gumamnya dalam hati.“Mau aku bawakan makan malamnya ke kamar?”“Tidak perlu.” Alan lalu beranjak turun dari ranjang dan melangkah keluar dari kamarnya.Aisa menghela nafas panjang. “Sampai kapan aku harus bersikap seperti ini padanya? Kenapa sulit sekali meluluhkan hatinya? Apa cara yang aku pakai masih kurang menyakinkan? Masa aku harus bersikap agresif?
Baca selengkapnya

Bab 27. Terbongkar

Aisa juga sempat memikirkan semua itu. Dia takut kalau sandiwaranya akan benar-benar dianggap serius oleh Alan. Tapi dia selalu meyakinkan hatinya kalau Alan tak akan mungkin pernah jatuh cinta pada gadis kampung seperti dirinya.Bahkan wajah Aisa tak secantik gadis-gadis kota yang pintar sekali merawat diri dan berdandan, sementara Aisa tak bisa berdandan sama sekali dan selalu berpenampilan natural dan seadanya.Aisa menundukkan wajahnya. “Maafin Aisa, Ma. Tapi, Aisa yakin, Mas Alan tidak akan jatuh cinta sama gadis kampung seperti Aisa ini.”Merlin menghela nafas panjang. “Kita tidak tau Sayang, kepada siapa kita akan jatuh cinta nantinya. Tapi, Mama tetap berharap kamu akan tetap berada di sisi Alan meskipun Alan sudah sembuh nantinya. Mama sudah terlanjur sayang sama kamu,” pintanya sambil menggenggam tangan Aisa.Aisa hanya diam, karena bagaimanapun dia sadar siapa dirinya. Dia merasa tidak pantas jika harus bersanding dengan pria setampan dan berkarisma seperti Alan. Jika Alan
Baca selengkapnya

Bab 28. Rencana Aisa

Aisa terus mendesak Alan untuk menceritakan rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari keluarganya. Apapun akan dia lakukan agar Alan mau berbagi cerita padanya, dengan begitu dirinya bisa tahu apa yang harus dilakukannya untuk membantu menyembuhkan trauma yang Alan alami selama ini.Alan yang selalu menghindar dari Aisa, akhirnya tidak punya jalan lain selain menceritakan tentang apa yang sangat ingin Aisa ketahui. Dia juga ingin tahu, kenapa Aisa sangat ingin tahu tentang masa lalunya.“Aku janji. Aku tidak akan menceritakan apapun sama Mama. Kamu bisa percaya sama aku.”Alan menghela nafas. “Aku sengaja tidak menceritakan ini kepada siapapun termasuk Mama dan Papa, karena aku merasa malu. Wanita yang sangat aku percayai dan cintai ternyata telah tega mengkhianatiku dengan pria lain.”Aisa membulatkan kedua matanya. “Tapi, bukankah kamu cerita sama Mama kalau kamu sangat mencintai wanita itu? dan kamu tidak rela saat dia pergi meninggalkan kamu hingga kamu begitu frustasi?”“Meman
Baca selengkapnya

Bab 29. Bujukan berhasil

“Tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal yang akan menyakiti kamu. Kamu percaya saja sama aku,” ucap Aisa dengan senyuman di wajahnya.Alan menghela nafas. “Terserah kamu!”Alan lalu merebahkan tubuhnya, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, mulai memejamkan kedua matanya.Aisa menatap wajah Alan yang kini sudah memejamkan kedua matanya. “Semoga apa yang akan aku lakukan nanti bisa membuatmu lepas dari trauma masa lalumu.”Alan sebenarnya belum benar-benar terlelap. Dia bahkan masih bisa mendengar apa yang baru saja Aisa katakan.‘Sebegitu inginnya dia pergi dariku, sampai dia begitu gigih membujukku selama ini hanya untuk menceritakan tentang masa laluku,’ gumamnya dalam hati**Alan dan Aisa sudah bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan. Aisa ingin mengajak Alan ke tempat yang dikunjungi banyak orang. Mall adalah tujuan utama Aisa.“Kenapa kamu membawa aku kesini? apa kamu berniat untuk membunuhku, hah!” seru Alan yang tak habis pikir dengan apa yang Aisa lakukan padanya.“Kamu ha
Baca selengkapnya

Bab 30. Perubahan

Satu bulan telah berlalu, selama itu pula Aisa terus mengajak Alan untuk berjalan-jalan keluar rumah. Berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar.Alan mulai perlahan bisa merasakan perubahan dalam dirinya. Rasa takut yang sejak dulu membelenggunya, sedikit demi sedikit mulai bisa diatasinya, meskipun dirinya belum bisa berinteraksi langsung dengan lawan jenisnya. Tapi, Alan mulai menghilangkan kebiasaannya yang keluar rumah dengan memakai sarung tangan.Merlin begitu bahagia dengan perubahan anaknya, tapi dia juga masih merasa cemas, jika itu hanya bersifat sementara saja. Dia takut, kalau Alan akan kembali seperti dulu lagi saat Aisa pergi meninggalkannya.“Apa yang sedang Mama pikirkan? Apa Mama tidak senang melihat perubahan dalam diri Alan?” tanya Alan sambil mengernyitkan dahinya saat melihat wajah murung wanita yang sudah melahirkan nya ke dunia ini.Merlin menggelengkan kepalanya. “Mama sangat bahagia, Sayang. Mama bersyukur kamu sudah mulai bisa mengatasi ketakutan kamu i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status