“Azura, maafkan aku. Aku,” Amar mengulurkan tangannya, ingin mengusap air mata Azura, namun tangannya ditepis kasar oleh Azura.“Kamu mematahkan hadapanku, Amar. Apa kamu tahu, jika aku sangat ingin hamil? Hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa hamil, dan kita bisa punya anak. Tapi kamu menolak? Kenapa, Amar? Kenapa?”Amar menunduk, beberapa saat lamanya kemudian dia mendongak, air matanya jatuh ke pipi. Dia menjatuhkan dirinya. Berlutut di hadapan Azura. Meraih dua tangan Azura dan menciumnya beberapa kali.“Aku sangat mencintaimu. Aku rela memberikan seluruh hidupku untuk kamu. Apapun yang terjadi, tanpa anak selamanya pun bagiku tidak masalah. Karena aku ingin menghabiskan sisa hidupku hanya denganmu. Sampai aku tua, sampai ajal yang memisahkan kita.”“Azura, mana bisa aku setuju kamu hamil dengan cara seperti itu. Mana bisa aku membiarkanmu mengandung dan melahirkan anakku dengan wanita lain? Itu sama saja aku mengkhianati kamu. Aku tidak mau. Aku memilih hidup tanpa anak dari
Baca selengkapnya