Home / Rumah Tangga / Pria Cacat Itu, Suamiku / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Pria Cacat Itu, Suamiku : Chapter 121 - Chapter 130

135 Chapters

Bab 121. Keputusan yang Berat

Setelah percakapan yang berat namun melegakan dengan Rayyan, Azura dan Amar merasa bahwa mereka telah mengambil langkah penting dalam mengungkapkan kebenaran. Namun, meskipun Rayyan tampak bisa menerima kenyataan bahwa Amara adalah adik yang diadopsi, mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Masih ada keputusan-keputusan berat yang harus diambil, terutama bagaimana mereka akan menghadapi keluarga besar dan kerabat lainnya yang mungkin belum mengetahui kebenaran ini.Pagi itu, ketika Azura sedang duduk di ruang tamu, menatap Amara yang sedang bermain di atas karpet, dia merasa pikirannya melayang jauh. Dia memikirkan apa yang telah mereka lalui dan apa yang mungkin akan mereka hadapi di masa depan. Nira, meskipun sekarang sudah berhenti mendesak, tetap menjadi ancaman bagi kestabilan keluarga mereka. Azura tahu bahwa jika Nira mengetahui kebenaran tentang Amara, bukan tidak mungkin dia akan menyebarkan kabar tersebut ke seluruh keluarga besar.Suara Amar yang memanggil dari r
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 122. Pengaruh Keluarga

Setelah pertemuan keluarga besar di mana Amar dan Azura mengungkapkan kebenaran tentang asal-usul Amara, suasana rumah menjadi lebih tenang. Azura merasakan beban berat yang selama ini menghimpit dadanya perlahan-lahan mulai terangkat. Namun, meskipun sebagian besar keluarga menerima kenyataan tersebut, ada rasa cemas yang tersisa di hati Azura, terutama mengenai bagaimana pengaruh kerabat lainnya terhadap masa depan Amara.Hari-hari berlalu, dan meskipun sebagian besar anggota keluarga mendukung keputusan Amar dan Azura untuk mengadopsi Amara, Nira masih menyimpan pandangan skeptis. Sejak pertemuan itu, Nira menjadi lebih sering berkunjung ke rumah mereka, seolah-olah mencari alasan untuk memperdebatkan keputusan yang telah diambil oleh Amar dan Azura. Setiap kali Nira datang, dia selalu melontarkan komentar yang menyinggung tentang adopsi Amara, meskipun tersirat.Suatu sore, saat Amar sedang bekerja dan Azura sedang merawat Amara di ruang tamu, Nira datang berkunjung tanpa pemberit
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 123. Rayyan Membuat Masalah

Beberapa minggu setelah pengakuan tentang adopsi Amara di hadapan keluarga besar, hidup Azura dan Amar mulai kembali stabil. Meski Nira masih sesekali melontarkan komentar sinis, kebanyakan keluarga sudah menerima kenyataan bahwa Amara adalah anak adopsi dan tetap memberikan dukungan penuh kepada keluarga kecil ini. Namun, di tengah ketenangan yang tampak di permukaan, masalah baru muncul, kali ini dari Rayyan.Rayyan yang sebelumnya tampak tenang setelah mengetahui kebenaran tentang Amara, mulai menunjukkan perilaku yang semakin protektif, tidak hanya terhadap adiknya, tetapi juga terhadap segala hal yang menyangkut keluarga mereka. Meskipun Amar dan Azura telah berusaha menjelaskan bahwa Amara tetap adiknya meskipun diadopsi, Rayyan masih merasa harus melindungi Amara dari segala hal, bahkan dari komentar atau pertanyaan yang mungkin dirasa mengancam.Masalah ini mencapai puncaknya suatu hari di sekolah ketika Rayyan terlibat dalam perkelahian dengan seorang teman sekelasnya, Malik.
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 124. Menghadapi Kenyataan

Suasana rumah terasa tegang sejak kunjungan kerabat jauh yang mencurigai asal-usul Amara. Azura dan Amar merasa seperti sedang berjalan di atas tali yang sangat tipis, dengan setiap langkah bisa membuat mereka jatuh ke dalam jurang yang dalam. Sementara itu, Rayyan semakin sering bertanya-tanya tentang pembicaraan orang dewasa yang ia dengar secara tidak sengaja.Azura duduk di ruang tamu sambil menatap Amara yang tengah tertidur di dalam buaian. Senyum kecil muncul di wajahnya, namun di balik senyum itu tersimpan rasa khawatir yang tak kunjung reda. Amar datang menghampirinya dan duduk di sampingnya. Dia merasakan kecemasan yang sama, dan tahu bahwa waktu mereka untuk menyembunyikan rahasia semakin terbatas.“Kita harus mengatakan yang sebenarnya pada Rayyan,” kata Azura akhirnya, suaranya terdengar pelan namun tegas. “Aku tidak bisa lagi menunda-nunda ini, Amar. Rayyan sudah terlalu besar untuk dibiarkan dalam kebingungan. Dan semakin lama kita menunggu, semakin sulit ini akan menja
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 125. Kebenaran Terungkap

Rayyan berhenti bermain dan menatap bibinya. “Aku... aku masih bingung, Bu. Kenapa kalian mengadopsi Amara? Kenapa dia tidak punya ibu kandung sendiri?”Azura menarik napas dalam-dalam. Pertanyaan Rayyan tidak mudah untuk dijawab, namun dia tahu bahwa kejujuran adalah jalan terbaik. “Amara memang punya ibu kandung, Nak. Tapi mereka tidak bisa merawatnya. Jadi, Kami memutuskan untuk merawat Amara sebagai anak kita sendiri. Kami ingin dia punya keluarga yang mencintainya.” Azura kembali harus berbohong tentang kecelakaan yang menimpa orang tua Amara.Rayyan tampak memikirkan jawaban itu sejenak. “Berarti, Amara tidak punya siapa-siapa sebelum dia tinggal sama kita?”Azura menggeleng. “Tidak, dia hanya sendirian. Itulah mengapa kami merasa sangat bersyukur bisa merawat Amara. Dia adalah hadiah yang sangat berharga untuk keluarga kita.”Rayyan terdiam lagi, lalu tiba-tiba tersenyum kecil. “Kalau begitu, aku senang kalian mengambil Amara. Aku mau jadi kakak yang baik buat dia.”Azura meras
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 126. Terapi

Amar mengangguk, wajahnya penuh pertimbangan. “Aku setuju. Kita harus memastikan Amara mendapatkan semua yang dia butuhkan. Apa pun yang bisa membantunya berkembang dengan baik, kita harus melakukannya.”Azura tersenyum lembut. “Aku senang kamu selalu mendukung, Amar. Kadang aku merasa begitu khawatir, tapi kamu selalu membuatku merasa lebih tenang.”Amar memegang tangan Azura dengan erat. “Kita akan melalui semua ini bersama. Amara adalah anak kita, dan kita akan melakukan segalanya untuk memastikan dia tumbuh dengan bahagia.”---Sore harinya, setelah makan siang, keluarga Brahmana pergi ke pusat terapi anak di kota. Ini adalah kali pertama mereka mengajak Amara menjalani sesi terapi secara resmi. Meskipun sedikit tegang, Azura berusaha tetap optimis. Dia tahu bahwa ini adalah langkah penting bagi perkembangan Amara, meskipun tidak mudah.Ketika mereka sampai di pusat terapi, Azura menggandeng tangan Amara dengan hati-hati, sementara Amar membawa perlengkapan yang diperlukan. Mereka
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 127. Latihan

Setiap minggu, Amar dan Azura membawa Amara ke pusat terapi untuk melanjutkan sesi dengan Ibu Lia. Setiap kali mereka datang, Ibu Lia selalu menyambut mereka dengan senyuman hangat dan semangat positif.“Amara semakin kuat,” kata Ibu Lia saat mereka memasuki ruangan terapi. “Saya bisa melihat kemajuan yang luar biasa dalam perkembangan otot-ototnya. Ini berkat latihan yang konsisten di rumah. Kalian berdua melakukan pekerjaan yang hebat.”Azura merasa hatinya melambung mendengar kabar baik itu. Meskipun kemajuan yang diperlihatkan Amara masih kecil, setiap langkah maju adalah kemenangan besar bagi mereka.Sesi terapi hari itu fokus pada latihan keseimbangan. Ibu Lia menempatkan Amara di sebuah matras lembut dan membantunya mencoba duduk tanpa bantuan. Meski sesekali tubuh Amara oleng ke samping, dia tetap berusaha untuk duduk tegak dengan senyum kecil di wajahnya.“Kita tidak perlu memaksanya,” jelas Ibu Lia. “Yang terpenting adalah memberinya waktu untuk beradaptasi dengan tubuhnya s
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 128. Gangguan lain

Setelah makan siang bersama, Wulan mengajak Azura duduk di taman belakang rumah sambil mengawasi Rayyan yang bermain bola. Amara duduk di stroller di dekat mereka, sesekali tersenyum melihat Rayyan berlarian mengejar bola. Di momen seperti ini, Azura merasakan ketenangan yang jarang dia dapatkan dalam rutinitas harian yang padat.Wulan mulai berbicara dengan lembut. “Azura, Ibu tahu bahwa merawat Amara bukanlah hal yang mudah. Setiap hari pasti penuh dengan tantangan. Tapi ingatlah, kamu tidak sendiri dalam menjalani ini.”Azura menatap wajah Wulan yang penuh kasih, merasakan dukungan yang tak terbatas dari wanita yang telah dianggapnya seperti ibu kandung sendiri. “Ibu, terima kasih untuk segalanya. Kehadiran Ibu dan Ayah sangat berarti bagi kami. Kadang aku merasa terlalu banyak mengandalkan kalian.”Wulan menggelengkan kepala. “Kamu tidak perlu merasa seperti itu. Keluarga ada untuk saling mendukung. Dan Amara, dia adalah cucu kami. Kami mencintainya seperti halnya kami mencintai k
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 129. Keterlambatan Motorik

Dokter Setyo membuka map yang berisi hasil pemeriksaan Amara dan mulai menjelaskan. “Amara memang menunjukkan perkembangan yang baik dalam beberapa bulan terakhir. Namun, setelah pemeriksaan lanjutan, kami menemukan indikasi bahwa Amara mungkin mengalami gangguan neurologi yang lebih serius dari yang kami perkirakan sebelumnya.”Kata-kata itu menghantam Amar dan Azura seperti palu yang menghancurkan tembok pertahanan mereka. Azura merasa tenggorokannya tercekat, sementara Amar mencoba tetap tenang meski pikirannya sudah dipenuhi berbagai pertanyaan.“Gangguan neurologi?” ulang Amar dengan suara rendah. “Apa maksud Anda?”Dokter Setyo menghela napas, lalu melanjutkan. “Berdasarkan gejala yang kami amati, ada kemungkinan Amara mengalami suatu kondisi yang disebut cerebral palsy. Ini adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan otaknya untuk mengontrol gerakan dan koordinasi otot. Dalam kasus Amara, ini mungkin yang menjadi penyebab utama dari keterlambatan perkembangan motoriknya.”Azura
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 130. Kenapa belum bisa bicara?

Azura memandang Amar dengan penuh rasa syukur, meski ide itu menyesakkan hatinya. “Aku tahu kamu ingin melakukan yang terbaik, Amar. Tapi kamu sudah bekerja keras setiap hari. Jika kamu mengambil pekerjaan tambahan, kapan kamu punya waktu untuk istirahat? Untuk kami, untuk aku dan untuk Amara?”Amar tersenyum lelah. “Istirahat bisa menunggu, Azura. Prioritas kita sekarang adalah memastikan Amara mendapatkan semua yang dia butuhkan.”Azura merasa terharu mendengar kata-kata Amar, tapi dia juga tahu bahwa kelelahan bisa menghancurkan mereka berdua jika tidak berhati-hati. “Aku tidak ingin kamu terlalu memaksakan diri, Amar. Kita harus mencari cara yang lebih seimbang.”Mereka terdiam lagi, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ada begitu banyak hal yang harus dipikirkan—keuangan, kesehatan mental mereka, serta masa depan Rayyan dan Amara. Azura meremas tangan Amar dengan lembut, mencari kekuatan dalam kebersamaan mereka.---Hari itu, setelah berbicara dengan Amar, Azura merasa perlu u
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status