Home / Pernikahan / Pria Cacat Itu, Suamiku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pria Cacat Itu, Suamiku : Chapter 111 - Chapter 120

135 Chapters

Bab 111. Tak sanggup membayangkan

Azura ragu sejenak. Meskipun Rayyan sangat mencintai Amara, Azura masih merasa khawatir membiarkan anak sekecil Rayyan menggendong bayi itu tanpa pengawasan penuh. "Kamu bisa memangkunya, tapi Bibi yang akan memegangi Amara, ya?" jawab Azura dengan hati-hati.Rayyan mengangguk penuh semangat. "Iya, aku janji akan hati-hati."Azura dengan lembut menempatkan Amara di pangkuan Rayyan, sambil tetap menopang bayi itu dengan tangannya. Rayyan menatap adiknya dengan penuh cinta, bibirnya tersenyum lebar. "Amara, kamu cantik sekali. Kakak akan selalu menjagamu," bisiknya dengan nada penuh kasih sayang.Melihat interaksi ini, Azura merasa terharu. Meskipun Rayyan masih sangat kecil, cinta yang ia tunjukkan kepada Amara begitu tulus dan tanpa syarat. Namun, di balik momen ini, Azura juga mulai merasakan bahwa Rayyan menjadi semakin terobsesi dengan Amara. Setiap hari, Rayyan selalu ingin berada di dekat Amara, seolah-olah tidak ingin ada orang lain yang mendekati adiknya."Aku ingin membawa Ama
Read more

Bab 112. Tetap memberi dukungan dan cinta

Amar menatap wajah istrinya yang penuh dengan kesedihan. Dia tahu bahwa ini bukan hanya sekadar ketakutan seorang ibu baru. Azura benar-benar terpukul oleh kemungkinan bahwa Amara mungkin tidak bisa tumbuh seperti anak-anak lainnya. "Azura, dengarkan aku," kata Amar dengan suara lembut. "Apa pun yang terjadi, kita akan melalui semuanya bersama. Tidak peduli apa yang dikatakan dokter, kita akan memastikan Amara mendapatkan perawatan terbaik. Kita akan terus berusaha. Yang penting sekarang, kita harus tetap positif untuk Amara. Jika kamu terus memikirkan yang terburuk, itu hanya akan membuatmu semakin stres."Azura mengangguk pelan, meskipun rasa takutnya belum sepenuhnya hilang. "Aku tahu, Amar. Aku tahu kamu benar. Tapi sulit bagiku untuk tidak khawatir. Setiap kali aku melihat Amara, aku tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan."Amar mengusap punggung Azura dengan lembut. "Semua orang tua pasti memiliki kekhawatiran, terutama di awal. Tapi kita har
Read more

Bab 113. Mencintai Adiknya

Azura mengangguk pelan, merasa sedikit terhibur, tetapi ketakutan itu masih belum hilang sepenuhnya. Setelah pertemuan itu selesai, Azura dan Amar keluar dari ruang praktik dengan hati yang sedikit lebih ringan, tetapi juga penuh dengan rasa tanggung jawab baru. Amar menggenggam tangan Azura erat-erat ketika mereka berjalan keluar dari rumah sakit."Bagaimana perasaanmu?" tanya Amar, menatap Azura dengan perhatian.Azura terdiam sejenak, mencoba mengatur emosinya. "Aku masih khawatir, Amar. Aku tahu dokter bilang Amara masih berkembang dengan baik, tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang mungkin terjadi di masa depan."Amar menghela napas panjang. "Kita harus tetap optimis, sayang. Kita tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai kita. Dokter sudah memberikan rencana, dan kita hanya perlu mengikuti langkah-langkah itu. Yang penting, Amara masih sehat sekarang."Azura mengangguk, meskipun hatinya masih terasa berat. "Aku tahu, Amar. Aku akan berusaha untuk tetap positif, demi Am
Read more

Bab 114. Optimis

Melihat interaksi Rayyan dengan Amara, Wulan tertawa kecil. "Rayyan ini memang sangat sayang dengan adiknya. Dia selalu cerita tentang Amara setiap kali kami di rumah."Azura tersenyum. "Ya, Rayyan memang sangat protektif terhadap Amara. Aku senang dia begitu mencintai adiknya."Sore itu, waktu terasa berlalu dengan cepat. Kehadiran keluarga besar membuat suasana rumah menjadi lebih hangat dan penuh cinta. Amara masih tertidur dengan damai di boksnya, sementara tawa dan percakapan hangat mengisi ruangan. Meskipun masa depan masih penuh ketidakpastian, Azura merasa sedikit lebih kuat. Keluarganya selalu ada untuk mendukungnya, dan itu memberinya harapan bahwa mereka akan bisa menghadapi apa pun yang terjadi.Ketika malam mulai menjelang, dan Wulan serta Ega bersiap untuk pulang, mereka memberikan pelukan hangat kepada Azura dan Amar. "Ingat, kalian tidak sendiri," kata Ega dengan lembut. "Kami selalu ada di sini jika kalian membutuhkan sesuatu. Jangan ragu untuk meminta bantuan."Azura
Read more

Bab 115.Mempunyai keluarga yang siap mendukung.

Azura mengangguk, merasakan hatinya mulai lebih ringan. "Iya, aku juga merasa lebih tenang sekarang. Aku tahu ini baru awal, tapi setidaknya kita sudah tahu apa yang harus dilakukan."Amar tersenyum, menepuk bahu Azura dengan lembut. "Kita akan menjalani ini bersama-sama. Aku selalu ada di sini untukmu dan Amara."Sesampainya di rumah, Azura merasa lebih optimis. Mereka telah mengambil langkah pertama dalam membantu Amara, dan itu memberinya harapan bahwa masa depan Amara akan cerah. Hari-hari mungkin masih penuh dengan tantangan, tetapi dengan cinta dan dukungan dari Amar serta keluarga mereka, Azura yakin bahwa mereka akan mampu melewati semuanya.Di malam hari, setelah Amara tertidur, Azura dan Amar duduk bersama di ruang tamu. Azura merasa lega dan bersyukur memiliki suami seperti Amar yang selalu berada di sisinya, memberikan dukungan penuh tanpa pernah mengeluh."Aku merasa hari ini adalah titik harapan baru bagi kita," kata Azura pelan, menatap Amar dengan penuh rasa terima kas
Read more

Bab 116. Siap menghadapi apapun di masa depan.

Ketika malam tiba dan Wulan serta Ega bersiap untuk pulang, Azura dan Amar berdiri di depan pintu untuk mengantar mereka. Wulan memeluk Azura dengan erat sebelum pergi, berkata, "Ingat, sayang, kamu tidak pernah sendirian. Kami selalu ada di sini kapan pun kamu butuh bantuan."Azura mengangguk, merasa lega dan dikuatkan oleh kata-kata ibunya. "Terima kasih, Ma. Aku sangat menghargai semua yang kalian lakukan untuk kami."Setelah Wulan dan Ega pulang, rumah kembali hening. Azura duduk di samping Amara yang sudah tertidur lelap di boks bayinya. Amar duduk di sebelahnya, merangkulnya dengan lembut."Hari ini adalah hari yang menyenangkan," kata Amar pelan. "Keluarga kita benar-benar luar biasa."Azura tersenyum sambil bersandar di bahu Amar. "Benar. Aku merasa lebih kuat setiap kali mereka datang. Dan melihat Amara semakin ceria membuatku merasa lebih optimis."Amar mencium kening Azura. "Kita akan terus melangkah ke depan, sayang. Bersama-sama. Amara akan tumbuh dengan baik, aku yakin."
Read more

Bab 117. Rahasia Terancam Terbongkar

Sejak kedatangan kerabat jauh yang mencurigai latar belakang Amara, Azura tidak bisa tenang. Setiap malam, saat menidurkan Amara, pikirannya selalu melayang pada kemungkinan terburuk: rahasia tentang asal-usul Amara terbongkar. Hati kecilnya tak pernah merasa nyaman dengan kebohongan yang telah mereka bangun untuk melindungi status adopsi Amara. Meskipun niatnya baik, Azura tahu bahwa kebenaran suatu hari bisa menjadi bom waktu yang menghancurkan segala kebahagiaan yang telah mereka bangun.Kerabat jauh tersebut, Nira, adalah sepupu jauh dari pihak keluarga Amar. Awalnya, Nira datang dengan maksud baik, tetapi dari cara dia memandang Amara dan percakapannya yang penuh sindiran, Azura bisa merasakan bahwa Nira tidak sepenuhnya percaya dengan cerita yang telah mereka berikan tentang kelahiran Amara. Azura ingat betapa Nira selalu mempertanyakan tentang detil kecil yang berkaitan dengan Amara, membuat Azura semakin waspada.Hari itu, Nira kembali datang ke rumah dengan dalih ingin mengun
Read more

Bab 118. Rayyan dan Amara

Azura terkejut mendengar pertanyaan itu. "Rayyan, tentu saja Amara adalah adikmu. Tapi, Amara juga anak Bibi dan Paman. Kami harus merawatnya, sama seperti kamu."Rayyan menggelengkan kepalanya, tampak tidak setuju. "Tapi aku yang harus menjaganya. Aku tidak suka kalau ada orang lain yang menyentuh Amara."Azura merasa bingung. "Rayyan, kenapa kamu berpikir seperti itu? Bibi dan Paman juga harus menjaga Amara, kan? Kamu tahu, kami semua mencintai Amara."Namun, Rayyan tetap bersikeras. "Aku tidak mau orang lain mendekati Amara. Dia adalah adikku. Aku harus melindunginya."Azura mulai merasa cemas dengan kata-kata Rayyan. Meskipun Rayyan masih kecil, caranya berbicara menunjukkan kecenderungan yang berlebihan. Azura tahu bahwa Rayyan sangat mencintai Amara, tetapi ia tidak pernah menduga bahwa Rayyan bisa menjadi terlalu protektif seperti ini.Ketika Amar pulang pada sore hari, Azura menceritakan kejadian itu. Amar mendengarkan dengan cermat, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sama
Read more

Bab 119. Kebingungan Rayyan

Hari-hari setelah percakapan mendalam dengan Rayyan, Azura dan Amar mulai melihat perubahan kecil dalam sikap anak mereka. Rayyan tampaknya mulai memahami bahwa dia tidak perlu merasa memiliki tanggung jawab penuh untuk menjaga Amara seorang diri. Namun, meski Rayyan tampak lebih tenang di permukaan, Azura bisa merasakan bahwa di dalam hatinya, ada kebingungan yang masih mengganggu.Rayyan mulai sering bertanya tentang hal-hal yang tidak pernah dia pedulikan sebelumnya. Dia menanyakan tentang masa kecilnya, bagaimana dia dilahirkan, dan mengapa Amara lahir lebih belakangan meskipun Azura dan Amar sudah lama menikah. Azura tahu bahwa Rayyan mulai memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih besar, terutama setelah Nira datang beberapa kali dan mengajukan pertanyaan yang menimbulkan rasa ingin tahu di benak Rayyan.Suatu malam, setelah Rayyan selesai mandi dan siap untuk tidur, dia mendekati Azura yang sedang menyiapkan tempat tidur. Tatapannya serius, jauh lebih dewasa daripada usia lim
Read more

Bab 120. Kebenaran yang Tersembunyi

Hari-hari berlalu, dan ketegangan di rumah Amar dan Azura semakin terasa. Setiap kali Rayyan bertanya tentang Amara, Azura merasakan beban yang semakin besar di hatinya. Meskipun Rayyan tidak lagi mendesak dengan pertanyaan yang sama, ada sesuatu dalam sikapnya yang membuat Azura merasa bahwa anaknya belum sepenuhnya tenang. Azura tahu bahwa mereka tidak bisa menunda lebih lama lagi. Kebenaran tentang asal-usul Amara harus segera diungkap, namun caranya harus dipikirkan dengan sangat hati-hati.Pada suatu sore, Nira kembali berkunjung tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kedatangannya selalu membawa kekhawatiran tersendiri bagi Azura. Nira adalah kerabat jauh yang tampaknya terus-menerus berusaha mencari tahu rahasia keluarga mereka. Setiap kali Nira datang, dia selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Azura dan Amar merasa tidak nyaman. Namun, hari ini, Nira tampak lebih serius daripada biasanya.Setelah basa-basi sejenak, Nira mulai membuka topik yang sudah lama dihindari ol
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status