Home / Pernikahan / Pria Cacat Itu, Suamiku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pria Cacat Itu, Suamiku : Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

Bab 90. Cemburu

"Oh, salam kenal ya mas Al. Senang bisa bertemu langsung dengan suami Zahra. Semoga rumah tangga kalian Samawa ya?" Ujar Ustadz Ilham, begitu sopan dan lembut."Tentu saja Mas ustadz. Lagian aku akan menjaga istriku dengan sangat baik. Berusaha agar rumah tangga kami selalu Samawa dan langgeng. Benarkan, sayang?" Al menoleh pada Zahra dengan senyuman lembut. Tentu saja Zahra mengangguk, dia paham jika Al hanya ingin sandiwaranya sempurna di depan semua orang."Amin, Allahuma amin. Memang begitu tugas seorang suami. Menjaga dan bertanggung jawab dengan baik istrinya." Jawab Ustadz Ilham."Hem.. baiklah. Jadi saya tadi kesini hanya ingin mengetahui kabar Kakek Sanjaya yang katanya sakit, kemarin. Alhamdulillah.. ternyata beliau sudah sehat. Dan kebetulan malah bertemu dengan Zahra, jadi saya sekalian bertanya tentang kabarnya, sekalian ingin kenal dengan suaminya yang katanya orang kota."Beh! Al melengos. 'Ngomong aja mau ngintip istriku! Pakek banyak alasan.!'"Ah iya, Mas Ustadz, sen
Read more

Bab 91. Pergi Ke sawan

Tiga orang itu sudah melangkah pergi meninggalkan rumah kakek Sanjaya untuk menuju sawah yang dimaksud oleh Zahra tadi.Mereka kesana dengan berjalan kaki saja. Tadi Zahra menolak saat Al mengajaknya untuk naik mobil saja."Kita ini mau pergi ke sawah, bukan untuk jalan-jalan piknik. Mau melewati jalan sempit dan becek. Bagaimana mungkin memakai mobil? Lagian orang-orang akan menertawakan kita. Mereka akan berpikir, kita ini mau ke sawah apa kemping?" Zahra menerocos."Ya baiklah. Ayo kita jalan kaki. Anggap saja sedang jalan sehat." Jawab Al, patuh Karena sedang tidak mood untuk berdebat.Al ngikut saja, berjalan di belakang Zahra dan Bu Nani dengan memakai Caping bambu di kepalanya.Benar saja, mereka berjalan kaki menyusuri jalanan sempit. Jalan trabasan yang berada di samping rumah Seorang warga setempat.Sepanjang perjalanan Al bersungut-sungut Dia sudah membayangkan sawah yang kotor penuh dengan ilalang dan semak belukar. Apalagi ketika berjalan, jalanan ini hampir semua becek.
Read more

Bab 92. Ingin belajar Shalat

Mereka pun tiba ke sebuah salah satu gubuk yang mirip dengan gubuk gubuk lainnya.Zahra mengajak Al untuk naik ke atas panggung, karena gubuk itu memang berdiri di atas sawah.Mereka duduk di atas panggung sambil melihat sekeliling. Dari sini sampai ujung sana itu adalah sawah kakek. Kakek tidak pernah menyewakan atau menggadaikan sawahnya ini. Kakek menggarap dan menanam padi sendiri." Zahra bercerita."Hah, apa?" Al terkejut."Jadi kakek menanam sendiri seluruh padi-padi ini?" Al menunjuk padi yang sebagian sudah mulai menguning dan sebagian sudah mulai dipanen oleh berapa orang."Ya bukan begitu juga tapi. Kakek bukan berarti turun kesawah untuk menanaminya sendiri, maksudnya kakek mempekerjakan orang dari mulai tahapan pertama sampai memanen, kakek mempekerjakan orang, dan hasil panennya nanti kakek jual begitu. Maksudnya kakek menggarap sawah sendiri meskipun dengan mempekerjakan orang, kalau sebagian warga sini kan kebanyakan bila sawah mereka sangat lebar, mereka akan menyewaka
Read more

Bab 93. Benar-benar sempurna

Zahra kembali tersenyum, dia mengangguk. "Kalau begitu, nanti siang setelah kita makan siang, kita akan belajar. Baiklah, sekarang aku akan siapkan makan siang ya?""Tunggu Zahra, aku ikut." Dan tanpa menunggu persetujuan, Al ikut melangkah ke dapur.Sampai di dapur Zahra menarik kursi, menyuruh Al untuk duduk menunggu. Tapi Al tidak mau, dia mengikuti apapun yang dikerjakan oleh Zahra. Dia membantu Zahra memotong sayuran, mencuci sayuran dan memperhatikan cara-cara memasak Zahra. Gadis itu juga tidak mau melarangnya. Dia membiarkan saja Al senyamannya saja.Al menumpahkan air saat Zahra meminta air bersih."Biarkan saja kak, nanti di pel setelah semua selesai." Ujar Zahra saat Al bertanya kain pel padanya.Hingga ketika Zahra tak sengaja menginjak lantai yang basah itu dia terpeleset, namun sebelum tubuhnya menyentuh lantai Al sudah tepat waktu menangkapnya.Posisi Zahra sekarang ada di pelukan Al. Mereka berdua tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian terasa dan langsung saling mele
Read more

Bab 94. Mengigau

"Kak Al, sudah cukup! Itu pekerjaan perempuan. Bisa Bu Nani atau aku nanti yang kerjain.""Tidak mengapa, demi istriku tercinta. Mencuci piring tidak mengeluarkan tenaga banyak ini. Lagian aku mau ngapain juga di sini? Tidak ada pekerjaan yang bisa ku kerjakan."Hati Zahra kembali seperti terbang ketika akan menyebutnya sebagai istri tercinta. Zahra kembali hampir lupa jika kebersamaan mereka ini hanyalah sandiwara belaka.Zahra hanya bisa mendengus pasrah.Selesai dengan urusan makan siang dan urusan tak beres-beres dapur, mereka kembali ke kamar.Pada saat inilah Al mengingatkan Zahra untuk mengajarkan dia cara shalat lima waktu beserta dengan surah yang harus dibaca.Tentu saja dengan senang hati Zahra mulai mengajari Al sedikit demi sedikit. Ada beberapa yang masih diingat oleh Al, dan ada beberapa yang sudah dilupakan oleh Al. Bahkan ada bagian yang sama sekali tidak diingatnya lagi. Zahra dengan telaten terus mengajarinya."Kak Al, aku senang sekali kamu mau berhijrah." Di sela
Read more

Bab 95. Seperti tidak percaya

"Menceraikan? Jadi, jadi yang di impikan Zahra?"Al melotot sekarang. "Oh ya Allah ya Robbi! Ternyata gadis ini? Istriku ternyata dia,"Aaaa… Rasanya Al ingin berteriak.Pagi hari, Al bangun terlebih dahulu. Sebenarnya bukan seperti itu. Karena semalaman Al tidak bisa tidur dengan nyenyak dan hampir terjaga sepanjang malam karena gelisah memikirkan igauan Zahra. Mungkin hanya satu jam saja dia terlelap.Meskipun kepalanya terasa pusing dan pandangan sedikit kabur karena kurang tidur, tapi Al menginjakkan kakinya di lantai dengan penuh semangat. Lalu menyiapkan air hangat untuk sang istri yang baru dicintainya setengah mati itu.“Den Al, mau ngapain?” Bu Nina terkejut melihat Al subuh-subuh ada di dapur dan terlihat menenteng-nenteng air dalam ember.“Eh, ini. Mau rebus air, Bu Nina.”“Mau mandi air hangat ya? Sini Bu Nina saja.”“Eh, gak usah. Ini buat Zahra kok Bu,”Bu Nina terbengong, ternyata Den Al ini sangat perhatian sekali. Sampai rela bangun subuh hanya untuk menyiapkan air ha
Read more

Bab 96. Batal Cerai

Mendengar jawaban Al, Zahra langsung bersiap siap. Setelah Zahra mengajak Al lari dan pagi sekitar kampung itu saja sambil menyapa orang-orang yang sudah mulai keluar dari rumah mereka masing-masing untuk berangkat ke kebun dan sawah sesuai aktivitas mereka."Kak Al, kita kesana!" Zahra mengajak Al ke arah kebun karet yang mempunyai jalanan yang lumayan nyaman tanpa becek.Mereka berlari kecil, melompat juga bergandengan tangan. Sungguh terlihat seperti pasangan yang bahagia.Nafas Zahra ngos-ngosan, "Istirahat dulu. Huh! Capek." Dia duduk di sebuah gubuk milik orang diikuti Al yang juga ngos-ngosan. Zahra membuka bekal air minum, mengulurkan pada Al dahulu."Minum kak Al,""Iya, terima kasih."Setelah Al minum, Zahra baru minum. Al menatap Zahra, kulit wajahnya yang putih terlihat memerah, ada keringat yang mengalir di dahi gadis itu. Al merogoh sapu tangan dari sakunya dan mengelap keringat di dahi Zahra. Gadis itu mendongak, menatap wajah Al yang begitu dekat dengannya. Hatinya ber
Read more

Bab 98. Mana mau mandi berdua?

Terdengar Zahra terisak di dada Al."Sungguhkah yang aku dengar ini?""Iya sayang. Kita akan Batal Cerai. Aku akan membatalkan perjanjian kita. Aku akan menikahimu lagi, di hadapan Kakekmu, disini. Disini kita akan menikah ulang sebelum kita pulang ke kota. Kamu mau kan? Aku akan menikahimu lagi dengan dasar cinta dan Karena Allah, bukan lagi karena terpaksa seperti tempo lalu itu."Tentu saja Zahra belum sanggup menjawab apapun lagi, dia bukan hanya sangat terkejut tapi dia juga merasa seperti sedang terbang ke awan.Dia hanya mengangguk sekali kemudian mengangguk lagi.Melihat Zahra mengangguk Al juga seperti belum percaya, dia menarik tubuh Zahra dan memegang kedua pipinya."Kamu bersedia? Kamu setuju?"Zahra kembali mengangguk."Oh, Astaga! Eh, Alhamdulillah… Terima kasih, terima kasih, Zahra. Aku bahagia sekali!" Al kembali memeluk Zahra."Sudah kak Al, nanti dilihat orang kan malu." Zahra tersipu mendorong lembut tubuh Zahra."Mereka kan tau kalau kita sudah menikah." Protes Al.
Read more

Bab 99. Menikah Lagi.

Pak Penghulu mengangguk, paham sekaligus mengerti dan membenarkan tindakan yang diambil oleh Al." Bahkan menurut Peraturan perundang-undangan menerangkan bahwa hukum menikah karena terpaksa atau di bawah ancaman adalah tidak sah dan karenanya dapat dilakukan pembatalan perkawinan. Jadi baiklah, mari mengulang ijab kabul saja. Saya setuju. Ini sangat baik." Kata Pak Penghulu.Hasil penelitian menunjukan bahwa pengulangan nikah terjadi karena pada pernikahan tersebut tidak terpenuhinya rukun dan syarat sahnya sebuah pernikahan. Pengulangan nikah harus terjadi agar kemudharatan tidak dirasakan oleh pasangan suami istri yang akan atau yang sudah menikah sekalipun. Apabila nikah pada kasus-kasus yang terjadi tersebut tidak diulang, maka banyak dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya merusak keselamatan dan kelangsungan keturunan serta tidak terjaga dan tidak terlindunginya kehormatan.Sebaliknya, apabila pada pernikahan yang tidak memenuhi rukun dan syarat sebuah pernikahan diulang ke
Read more

Bab 100. Kejutan.

Setelah beberapa hari lagi tinggal di sana, hari ini Al mengajak Zahra kembali ke kota.Tidak ada kesan apa-apa dari Al sebelum pulang, kecuali hanya berpamitan pada Kakek Sanjaya dengan batas wajar.Tapi ketika sampai di kota,"Ada apa dengan mobilnya, kak Al?" Zahra bertanya dengan nada khawatir saat mobil pak Wanto berhenti dipinggir jalan, padahal mereka belum sampai tujuan."Sepertinya pecah ban. Ayo kita turun saja." Tanpa mengatakan apapun pada Pak Wanto, dan begitu juga sebaliknya, pak Wanto juga tak mengatakan apapun justru sibuk menelpon seseorang. Al mengajak Zahra turun.Zahra menatap sebuah Apartemen mewah di mana mobil mereka berhenti tepat di depannya."Kamu pasti sudah capek, kita istirahat saja dulu disini." Al berkata tanpa menunggu jawaban istrinya langsung menggandeng tangan Zahra.Zahra mengikuti langkah Al, tapi penuh pertanyaan."Disini dimana maksudnya kak Al? Di apartemen ini? Gak usah lah, kita duduk saja di pinggir jalan, nunggu pak Wanto selesai tambal ban.
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status