Semua Bab Hasrat Dendam Suamiku: Bab 41 - Bab 50

76 Bab

Bab 41. Akibat Minuman

Di tepi Danau Constance yang berada dalam wilayah negara Swiss, Produser sudah menunggu di restoran mewah. Dia tampak semeringah menyambut kedatangan Briella, Adrian, serta kru TV dan sengaja memilih restoran dengan suasana yang elegan. Musik klasik lembut mengalun di latar belakang, menambah kesan tenang dan mewah.Pelayan mempersilakan Briella, Adrian serta para kru duduk di meja yang sudah direservasi. Setiap meja sudah dilengkapi dengan gelas kristal berisi minuman selamat datang yang berkilau.“Selamat datang, Briella, Adrian, dan kru! Malam ini kita merayakan keberhasilan acara kita,” kata Produser ceria, mengangkat gelasnya. “Ayo kita bersulang merayakan kerja keras kita!”“Benarkah?” tanya sang Sutradara.“Ya! Rating acara kalian sangat tinggi. Bahkan beberapa perusahaan sudah mengantri, berminat mensponsori season selanjutnya,” jelas sang produser dengan semangat.“Aku tidak menyangka. Sukses untuk kita semua.” Sang produser mengangkat gelas.Briella dan Adrian ikut mengangka
Baca selengkapnya

Bab 42. Malam yang Panas

Adrian menyambut ajakan Briella. Walaupun dia sendiri merasa sangat tersiksa, tapi dia tak mau membuat Briella ketakutan seperti dulu. Adrian ingin Briella merasakan momen yang indah bersamanya. Oleh sebab itu Adrian mencoba memperlambat semuanya. Alih-alih langsung menuruti Briella, dia mempermainkan cuping telinga istrinya itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Briella. “Masuki aku sekarang juga!”“Tidak. Kau akan membenciku kalau aku melakukannya dengan terburu-buru.” Perlahan, bibir Adrian turun ke leher Briella, menciptakan kissmark di sana. Dengan gesit dia melucuti gaun Briella dan kini keduanya sama-sama telanjang.Di bawah pancuran, kedua tangan Adrian bergerak menangkup payudara Briella. Puting merah jambunya benar-benar tegang.“Kau tahu, sejak kau memelukku, aku sangat ingin bercinta denganmu. Sayangnya kau menuduhku yang bukan-bukan.” Kedua tangan Adrian sibuk meremasi kedua payudara bulat padat milik Briella, hingga wanita itu kesulitan berkata-kata.“Ma-maafkan aku. Aku mem
Baca selengkapnya

Bab 43. Hubungan yang Perlahan Membaik

Malam itu, Hunter mengajak Fernandez bermain. Bayi mungil itu duduk ceria di pangkuannya seraya menggenggam mainan berwarna-warni dengan tangan kecilnya yang gemuk. Sesekali mengeluarkan tawa riang yang membuat Hunter tersenyum. Fernandez menendang-nendangkan kaki kecilnya, mengeluarkan suara ceria setiap kali mainannya bergerak. Namun sesekali Fernandez menguap seraya mengucek mata.“Sepertinya dia mengantuk,” gumam Hunter. Lantas, dia segera membawa Fernandez mencari Rosalie.Rupanya Rosalie berada di dapur. Dia terlihat sangat sibuk dengan ponsel di tangan. Dia mondar-mandir, mengerutkan dahi sambil mengetuk-ngetuk layar. “Kenapa Briella harus melewatkan videocall malam ini?” dia menggerutu, terlihat frustrasi.Hunter menoleh, tertawa kecil melihat ekspresi Rosalie. “Mom tampak seperti seseorang yang baru kalah lotre. Ada apa?”Rosalie berhenti sejenak dan menatap Hunter dengan kesal. “Briella seharusnya video call dengan Nandy malam ini, dan dia tidak menjawab. Ini sudah keempat k
Baca selengkapnya

Bab 44. Ayah Briella yang Sudah Bebas Dari Penjara

Dari Swiss, Briella, Adrian, dan kru TV bertolak ke Prancis. Di sana, orang mengomel pun terdengar seperti sedang merayu dan orang marah-marah seperti tengah membaca puisi. Briella sudah lama ingin mempelajari bahasa yang indah dan terdengar romantis tersebut. Tim TV sengaja memilihkan restoran yang dapat memandang jauh ke lokasi paling ikonik di kota Paris. Meja mereka berada di jendela besar yang mengarah langsung ke Menara Eiffel, yang bersinar dalam kemegahan malam.Sambil menikmati hidangan lezat, Briella dan Adrian saling menatap layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta. Tatapan mereka begitu alami, bahkan sang Sutradara cukup sekali 'Take' karena takjub dengan tatapan intens keduanya.Usai makan malam yang menakjubkan Foie Gras atau hati angsa yang terkenal, coq au vin yakni hidangan utama berupa ayam yang dimasak dalam anggur merah bersama jamur, bawang, dan bacon dan ditutup dengan Crêpes Suzette dengan gabungan rasa saus jeruk dan minuman beralkohol Grand Marnier yang menye
Baca selengkapnya

Bab 45. Mengambil Sebuah Keputusan

Briella meminta Signore Giuseppe untuk menunggu di sana bersama Nandy. Signore Giuseppe, yang sudah seperti ayah bagi Briella, duduk di kursi, tampak menikmati waktu bermain Fernandez.“Paman, tolong jaga Nandy sebentar. Aku mau menelepon Adrian dulu,” ucap Briella, sambil mengelus lembut kepala Nandy.“Tenang saja, Briella. Nandy sudah seperti cucuku sendiri,” jawab Signore Giuseppe dengan senyum penuh kasih, sambil menggoyang-goyangkan mainan mobil kecil di tangan Nandy.Briella keluar dari ruang tamu dan menuju kamar tidurnya. Dia mengambil ponselnya dari meja rias dan menekan nomor Adrian. Menunggu sambungan, dia merasa hatinya berdebar sedikit. Akhir-akhir ini, Adrian sering terjebak dalam pekerjaan yang menyita waktu.“Hallo, Adrian?” suara Briella terdengar cemas.“Ya, Briella,” suara Adrian di ujung telepon terdengar lelah tapi tetap hangat. “Jam berapa kau akan pulang?”“Tidak biasanya kau bertanya seperti ini. Padahal tadi sebelum berangkat kau sudah mengingatkanku pulang c
Baca selengkapnya

Bab 46. Benarkah Dia Pelakunya?

Briella melangkah masuk ke rumah dengan langkah berat. Hujan salju di luar turun yang menambah dingin di hatinya. Setelah pertemuan dengan Jason yang menuduh Adrian sebagai penyebab kebangkrutan mereka, Briella merasa penuh keraguan dan kesedihan.Di kamar mandi, Briella berdiri di bawah pancuran air hangat, berusaha membersihkan bukan hanya kotoran fisik tetapi juga kegundahan yang mengusik pikirannya. “Apakah Adrian benar-benar bertanggung jawab atas kebangkrutan Dad?”Setelah mandi, Briella mengenakan pakaian santai dan melangkah menuju ruang tamu. Di sana, Fernandez bermain dengan mainan barunya. Briella tersenyum lembut ketika melihat putranya yang lucu. Dia membungkuk dan mengangkat putranya dengan hati-hati. “Hai, sayang. Mommy pulang.”Fernandez berceloteh tidak jelas dan mulai merengut, tapi segera tersenyum ketika melihat ibunya. “Oh, kau sedang asik, ya?” Briella berkata sambil mengelus kepala Fernandez lembut. “Kau pasti lapar, atau mungkin hanya butuh perhatian Mommy.”Br
Baca selengkapnya

Bab 47. Mengirim Mata-Mata

“Jadi mereka akan datang hari ini? Baiklah, pastikan kau mengirim pelayan yang bisa kerja.” Bertepatan dengan Jason menutup sambungan telepon dengan Briella, bel pintu rumahnya ditekan. Pria paru baya itu bergegas ke depan untuk membukanya.“Selamat pagi, apakah benar ini rumah Tuan Jason Moretti?” tanya pria muda berusia awal 20-an. Rambutnya sedikit berombak dan berwarna merah.“Kau pelayan yang dikirim Briella?” Jason mengamati perawakan pria muda itu, menelitinya dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Benar, Tuan Jason. Nama saya Tom.” Pemuda itu mengulurkan tangan. “Dan ini Bibi Aileen,” ucap Tom memperkenalkan wanita berusia 50 tahunan dan berwajah sedikit murung yang membuntutinya di belakang.“Selamat pagi, Tuan.” Aileen memperkenalkan dirinya dengan raut takut-takut.“Kalian akan langsung bekerja hari ini. Aku ingin pelayan yang rajin dan sigap. Jika kalian bermalas-malasan, aku tak segan melaporkan pada putriku untuk memecat kalian dan mengganti dengan pelayan lain. Apa kalia
Baca selengkapnya

Bab 48. Menggagalkan Rencana

Tom dan Aileen diperbolehkan pulang pukul enam sore. Mereka berdua tidak segera pulang ke rumah masing-masing, tapi menjumpai Briella terlebih dahulu di mansion. Tentunya mereka harus melaporkan pada bos mereka tentang apa yang mereka dengar.“Terima kasih banyak sudah datang, Tom, Bibi Aileen,” ucap Briella lembut, dan berusaha untuk setenang mungkin. “Aku sudah menerima rekaman percakapan ayahku dengan rekannya. Ini benar-benar sangat membantu. Kalian layak mendapatkan bonus yang besar.”Tom dan Bibi Aileen merasa lega saat Briella menyerahkan amplop tebal berisi uang sebagai bonus kerja keras mereka. Namun, senyuman Briella tidak bisa menutupi kerisauan dan kegelisahan yang menggrogoti dirinya.“Terima kasih, Nyonya Briella,” kata Bibi Aileen sambil menerima amplop itu. “Kami hanya berharap informasi ini bisa membantu Tuan Adrian.”“Pasti akan membantu. Aku akan memastikan bahwa informasi ini sampai ke tangan yang tepat. Jika ada yang ingin kalian tambahkan, silakan beri tahu aku,”
Baca selengkapnya

Bab 49. Sandiwara yang Menyakitkan

Adrian berdiri mematung di depan pintu, menatap kosong ke arah ruang tamu. Cahaya matahari senja yang masuk melalui jendela besar membanjiri ruangan dengan kehangatan, tetapi tubuhnya terasa dingin. Pandangannya terpaku pada Briella yang tengah berpelukan erat dengan Hunter. Jantungnya terasa dihantam ribuan pukulan. Ada gemuruh amarah yang tak tertahan di dadanya, tetapi lebih dari itu, rasa cemburu yang tajam menusuk relung hatinya.Briella menoleh dan melihat Adrian. Seketika tubuhnya kaku. Namun, bukannya merenggangkan pelukannya, Briella justru membalas tatapan Adrian dengan dingin. Dia tahu apa yang dilihat Adrian, dan dia dengan cepat menyusun skenario dalam otaknya untuk membuat semua rencananya menjadi lebih mudah.Adrian melangkah mendekat, setiap langkahnya berat seolah terbelenggu oleh rasa sakit yang luar biasa. “Briella ... Hunter ...” suaranya terdengar serak, penuh rasa perih yang tak bisa disembunyikan. “Apa yang sedang kalian lakukan?”Briella menatap Adrian dengan m
Baca selengkapnya

Bab 50. Rosalie yang Turut Membantu

Hunter menatap Briella dengan mata penuh kecemasan. Dia bisa merasakan getaran di tangan Briella yang digenggamnya erat-erat. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi ketegangan kini terasa sunyi, seakan semua suara di dunia telah menghilang.“Aku tahu Adrian sangat marah dan terluka,” bisik Hunter, suaranya penuh perasaan. “Aku akan bicara dengannya nanti. Aku harus menjelaskan semuanya, Briella.”Briella menatap Hunter dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Ada sebersit kesedihan di matanya, tetapi lebih dari itu, ada sesuatu yang lebih gelap—sebuah niat yang disengaja, terencana.“Tidak,” jawab Briella pelan, suaranya nyaris bergetar. “Biarkan dia dengan kemarahannya. Biarkan dia merasakan sakit itu. Aku sengaja melakukan ini, Hunter.”Hunter terkejut. “Apa maksudmu?”“Aku ingin hatinya hancur, Hunter,” kata Briella sambil menarik napas panjang, berusaha menahan tangis yang mendesak di tenggorokannya. “Aku ingin dia terluka begitu dalam sehingga dia tidak akan pernah mencariku lagi. Aku t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status