Home / Pernikahan / Hasrat Dendam Suamiku / Bab 43. Hubungan yang Perlahan Membaik

Share

Bab 43. Hubungan yang Perlahan Membaik

Author: Abigail Kusuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Malam itu, Hunter mengajak Fernandez bermain. Bayi mungil itu duduk ceria di pangkuannya seraya menggenggam mainan berwarna-warni dengan tangan kecilnya yang gemuk. Sesekali mengeluarkan tawa riang yang membuat Hunter tersenyum. Fernandez menendang-nendangkan kaki kecilnya, mengeluarkan suara ceria setiap kali mainannya bergerak. Namun sesekali Fernandez menguap seraya mengucek mata.

“Sepertinya dia mengantuk,” gumam Hunter. Lantas, dia segera membawa Fernandez mencari Rosalie.

Rupanya Rosalie berada di dapur. Dia terlihat sangat sibuk dengan ponsel di tangan. Dia mondar-mandir, mengerutkan dahi sambil mengetuk-ngetuk layar. “Kenapa Briella harus melewatkan videocall malam ini?” dia menggerutu, terlihat frustrasi.

Hunter menoleh, tertawa kecil melihat ekspresi Rosalie. “Mom tampak seperti seseorang yang baru kalah lotre. Ada apa?”

Rosalie berhenti sejenak dan menatap Hunter dengan kesal. “Briella seharusnya video call dengan Nandy malam ini, dan dia tidak menjawab. Ini sudah keempat k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 44. Ayah Briella yang Sudah Bebas Dari Penjara

    Dari Swiss, Briella, Adrian, dan kru TV bertolak ke Prancis. Di sana, orang mengomel pun terdengar seperti sedang merayu dan orang marah-marah seperti tengah membaca puisi. Briella sudah lama ingin mempelajari bahasa yang indah dan terdengar romantis tersebut. Tim TV sengaja memilihkan restoran yang dapat memandang jauh ke lokasi paling ikonik di kota Paris. Meja mereka berada di jendela besar yang mengarah langsung ke Menara Eiffel, yang bersinar dalam kemegahan malam.Sambil menikmati hidangan lezat, Briella dan Adrian saling menatap layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta. Tatapan mereka begitu alami, bahkan sang Sutradara cukup sekali 'Take' karena takjub dengan tatapan intens keduanya.Usai makan malam yang menakjubkan Foie Gras atau hati angsa yang terkenal, coq au vin yakni hidangan utama berupa ayam yang dimasak dalam anggur merah bersama jamur, bawang, dan bacon dan ditutup dengan Crêpes Suzette dengan gabungan rasa saus jeruk dan minuman beralkohol Grand Marnier yang menye

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 45. Mengambil Sebuah Keputusan

    Briella meminta Signore Giuseppe untuk menunggu di sana bersama Nandy. Signore Giuseppe, yang sudah seperti ayah bagi Briella, duduk di kursi, tampak menikmati waktu bermain Fernandez.“Paman, tolong jaga Nandy sebentar. Aku mau menelepon Adrian dulu,” ucap Briella, sambil mengelus lembut kepala Nandy.“Tenang saja, Briella. Nandy sudah seperti cucuku sendiri,” jawab Signore Giuseppe dengan senyum penuh kasih, sambil menggoyang-goyangkan mainan mobil kecil di tangan Nandy.Briella keluar dari ruang tamu dan menuju kamar tidurnya. Dia mengambil ponselnya dari meja rias dan menekan nomor Adrian. Menunggu sambungan, dia merasa hatinya berdebar sedikit. Akhir-akhir ini, Adrian sering terjebak dalam pekerjaan yang menyita waktu.“Hallo, Adrian?” suara Briella terdengar cemas.“Ya, Briella,” suara Adrian di ujung telepon terdengar lelah tapi tetap hangat. “Jam berapa kau akan pulang?”“Tidak biasanya kau bertanya seperti ini. Padahal tadi sebelum berangkat kau sudah mengingatkanku pulang c

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 46. Benarkah Dia Pelakunya?

    Briella melangkah masuk ke rumah dengan langkah berat. Hujan salju di luar turun yang menambah dingin di hatinya. Setelah pertemuan dengan Jason yang menuduh Adrian sebagai penyebab kebangkrutan mereka, Briella merasa penuh keraguan dan kesedihan.Di kamar mandi, Briella berdiri di bawah pancuran air hangat, berusaha membersihkan bukan hanya kotoran fisik tetapi juga kegundahan yang mengusik pikirannya. “Apakah Adrian benar-benar bertanggung jawab atas kebangkrutan Dad?”Setelah mandi, Briella mengenakan pakaian santai dan melangkah menuju ruang tamu. Di sana, Fernandez bermain dengan mainan barunya. Briella tersenyum lembut ketika melihat putranya yang lucu. Dia membungkuk dan mengangkat putranya dengan hati-hati. “Hai, sayang. Mommy pulang.”Fernandez berceloteh tidak jelas dan mulai merengut, tapi segera tersenyum ketika melihat ibunya. “Oh, kau sedang asik, ya?” Briella berkata sambil mengelus kepala Fernandez lembut. “Kau pasti lapar, atau mungkin hanya butuh perhatian Mommy.”Br

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 47. Mengirim Mata-Mata

    “Jadi mereka akan datang hari ini? Baiklah, pastikan kau mengirim pelayan yang bisa kerja.” Bertepatan dengan Jason menutup sambungan telepon dengan Briella, bel pintu rumahnya ditekan. Pria paru baya itu bergegas ke depan untuk membukanya.“Selamat pagi, apakah benar ini rumah Tuan Jason Moretti?” tanya pria muda berusia awal 20-an. Rambutnya sedikit berombak dan berwarna merah.“Kau pelayan yang dikirim Briella?” Jason mengamati perawakan pria muda itu, menelitinya dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Benar, Tuan Jason. Nama saya Tom.” Pemuda itu mengulurkan tangan. “Dan ini Bibi Aileen,” ucap Tom memperkenalkan wanita berusia 50 tahunan dan berwajah sedikit murung yang membuntutinya di belakang.“Selamat pagi, Tuan.” Aileen memperkenalkan dirinya dengan raut takut-takut.“Kalian akan langsung bekerja hari ini. Aku ingin pelayan yang rajin dan sigap. Jika kalian bermalas-malasan, aku tak segan melaporkan pada putriku untuk memecat kalian dan mengganti dengan pelayan lain. Apa kalia

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 48. Menggagalkan Rencana

    Tom dan Aileen diperbolehkan pulang pukul enam sore. Mereka berdua tidak segera pulang ke rumah masing-masing, tapi menjumpai Briella terlebih dahulu di mansion. Tentunya mereka harus melaporkan pada bos mereka tentang apa yang mereka dengar.“Terima kasih banyak sudah datang, Tom, Bibi Aileen,” ucap Briella lembut, dan berusaha untuk setenang mungkin. “Aku sudah menerima rekaman percakapan ayahku dengan rekannya. Ini benar-benar sangat membantu. Kalian layak mendapatkan bonus yang besar.”Tom dan Bibi Aileen merasa lega saat Briella menyerahkan amplop tebal berisi uang sebagai bonus kerja keras mereka. Namun, senyuman Briella tidak bisa menutupi kerisauan dan kegelisahan yang menggrogoti dirinya.“Terima kasih, Nyonya Briella,” kata Bibi Aileen sambil menerima amplop itu. “Kami hanya berharap informasi ini bisa membantu Tuan Adrian.”“Pasti akan membantu. Aku akan memastikan bahwa informasi ini sampai ke tangan yang tepat. Jika ada yang ingin kalian tambahkan, silakan beri tahu aku,”

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 49. Sandiwara yang Menyakitkan

    Adrian berdiri mematung di depan pintu, menatap kosong ke arah ruang tamu. Cahaya matahari senja yang masuk melalui jendela besar membanjiri ruangan dengan kehangatan, tetapi tubuhnya terasa dingin. Pandangannya terpaku pada Briella yang tengah berpelukan erat dengan Hunter. Jantungnya terasa dihantam ribuan pukulan. Ada gemuruh amarah yang tak tertahan di dadanya, tetapi lebih dari itu, rasa cemburu yang tajam menusuk relung hatinya.Briella menoleh dan melihat Adrian. Seketika tubuhnya kaku. Namun, bukannya merenggangkan pelukannya, Briella justru membalas tatapan Adrian dengan dingin. Dia tahu apa yang dilihat Adrian, dan dia dengan cepat menyusun skenario dalam otaknya untuk membuat semua rencananya menjadi lebih mudah.Adrian melangkah mendekat, setiap langkahnya berat seolah terbelenggu oleh rasa sakit yang luar biasa. “Briella ... Hunter ...” suaranya terdengar serak, penuh rasa perih yang tak bisa disembunyikan. “Apa yang sedang kalian lakukan?”Briella menatap Adrian dengan m

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 50. Rosalie yang Turut Membantu

    Hunter menatap Briella dengan mata penuh kecemasan. Dia bisa merasakan getaran di tangan Briella yang digenggamnya erat-erat. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi ketegangan kini terasa sunyi, seakan semua suara di dunia telah menghilang.“Aku tahu Adrian sangat marah dan terluka,” bisik Hunter, suaranya penuh perasaan. “Aku akan bicara dengannya nanti. Aku harus menjelaskan semuanya, Briella.”Briella menatap Hunter dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Ada sebersit kesedihan di matanya, tetapi lebih dari itu, ada sesuatu yang lebih gelap—sebuah niat yang disengaja, terencana.“Tidak,” jawab Briella pelan, suaranya nyaris bergetar. “Biarkan dia dengan kemarahannya. Biarkan dia merasakan sakit itu. Aku sengaja melakukan ini, Hunter.”Hunter terkejut. “Apa maksudmu?”“Aku ingin hatinya hancur, Hunter,” kata Briella sambil menarik napas panjang, berusaha menahan tangis yang mendesak di tenggorokannya. “Aku ingin dia terluka begitu dalam sehingga dia tidak akan pernah mencariku lagi. Aku t

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 51. Kecurigaan Felix Jorell

    Setelah diyakinkan oleh Rosalie, Briella membatalkan niatnya untuk pergi dari Vienna bersama Jason. Dia yakin Rosalie cukup cerdik menangani masalah ini. Briella tetap berada di mansion sampai malam tiba.Angin dingin masuk melalui jendela kediaman Keluarga Maven. Briella menutup jendela itu lalu duduk di sofa ruang tamu yang mewah. Jantungnya berdebar tak menentu. Di tangannya, sebuah ponsel yang telah berkali-kali dia pandangi. Dia menyesal dengan semua kata-katanya. Setelah dipikirkan ulang, rasanya terlalu kejam. Inilah akibatnya. Sejak tadi sore, Adrian belum juga pulang.Rosalie mendekat, wajahnya yang biasanya tenang kini tampak cemas. “Briella,” panggilnya lembut. “Apa kau sudah makan malam? Jangan sampai kau melewatkan makan hanya karena menunggu Adrian.”Briella tersenyum tipis, berusaha terlihat kuat. “Aku belum lapar, Mom. Tapi terima kasih sudah mengingatkan.”Rosalie duduk di sebelah Briella, tatapan matanya menyiratkan kegelisahan yang sama. “Adrian selalu pulang tepat

Latest chapter

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Lima (ENDING SCENE) – TAMAT

    Satu tahun kemudian …Sesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernih—yang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.“Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Empat

    Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. “Adrian,” bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. “Kumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.”“Aku juga membutuhkanmu, Sayang,” jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Tiga

    Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. “Jangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.”Ini bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. “Aku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.”Kata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Dua

    Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.“Nandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?” Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. “Paman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?”Mata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. “Benarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!” serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. “Tapi Mommy ikut juga, kan?”Hunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. “Kali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.”Fernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Tapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.”Adrian tampak sema

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Satu

    “Mommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.” Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.“Apa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?” tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.“Tidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?” pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. “Tentu, Sayang.”Malam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.“Nandy, ayo tidur, Sayang.”“Mommy mau ke mana?”“Mo

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 71. Perfect Ending

    Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.“Aku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,” ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.“Aku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,” ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. “Ya, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 70. Memutuskan Hubungan

    Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. “Polisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. “Seorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.”Hunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. “Dia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.”Hanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 69. Salah Culik

    Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.“Pie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,” ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. “Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,” balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix … itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.”“Kami semua

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 68. Ruang Interogasi

    Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.“Kapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?” Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. “Aku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.”Polisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. “Dan apa yang terjadi setelah itu?”Felix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. “Aku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella

DMCA.com Protection Status