Semua Bab MISTERI RUMAH ASHWABIMA: Bab 11 - Bab 20

27 Bab

11. Informasi Penting

Kantor Polsek Karangjati tampak lengang. Radi keluar dari tempat itu sendirian. Langkahnya tergesa. Seperti biasa, ia meninggalkan Danar di pesawahan desa Karangsuci. Radi pergi ke Polsek kecamatan naik ojek motor. Ia tidak peduli apakah Danar tahu dan melaporkan nya pada Nyonya ataukah benar-benar cuek main handphone di mobil. Supir unik itu hanya bekerja menyetir saja, tidak melakukan hal lain. Membantu mengangkat barang bawaan ke bagasi mobil pun harus dipaksa dulu oleh sang majikan. Saat mengawal Radi bekerja, Pak Tanu ikut turun dari mobil, menyertai Radi memeriksa tanaman di sawah dan mengunjungi rumah-rumah petani penggarap untuk mendengarkan keluhan mereka. Lain halnya dengan Danar. Pemuda itu hanya diam mendengarkan musik handphone di dalam mobil dingin ber-AC, tidak sekalipun pernah turun menemani tuannya bekerja. Namun Radi tidak pernah protes, ia malah diuntungkan dengan kemalasan sang supir. Seperti hari ini contohnya.Pak Tanu sudah menghilang selama dua hari. Radi melap
Baca selengkapnya

12. Wikan Mirasih dan Jenar Martoyo

Perempuan berusia enam puluhan di hadapan Radi siap bercerita. Radi menatap neneknya itu dengan antusias."Jangan menyela ceritaku nanti, nak. Otakku yang tua sudah susah disuruh menyusun kejadian secara rinci. Dengarkan sajalah apa yang akan nenek katakan padamu," kata Bu Waidah. Radi menganggukkan kepalanya."Iya, Nek. Aku mendengarkan.""Cerita ini akan panjang. Bagaimana kalau melebihi waktu yang kau punya untuk pergi ke sini tanpa izin Nyonya Ashwabima?""Kalau perlu malam ini aku akan menginap di sini, Nek."Bu Waidah menatap cucunya. Ia ingat saat terakhir bertemu Wikan, putri tunggalnya. Saat itu Wikan menggendong Radi yang masih bayi, berpamitan padanya untuk pergi ke rumah Ashwabima. Wikan tidak pernah kembali pulang ke Karangsuci. Hanya kabar kematiannya yang diterima oleh Bu Waidah."Orangtuamu adalah orang-orang lugu, cucuku. Mereka tidak punya prasangka buruk bahkan pada keluarga Ashwabima yang durjana itu. Ibu dan bapakmu masuk ke lingkungan mengerikan itu tanpa berpiki
Baca selengkapnya

13. Kisah Sebenarnya

Radi kaget luar biasa. Wajahnya tegang. Bu Waidah mengusap air mata yang membanjiri pipinya."Kuatkan hatimu, Radi. Yang terjadi selanjutnya sangat mengerikan. Berpuluh tahun aku menyimpan kisah ini sendirian. Lapor polisi, pernah aku lakukan. Polisi malah menuduhku memfitnah Tuan Ashwabima. Pamong desa juga takut pada orang kaya itu. Bahkan setelah warga desa tahu anak dan menantuku tewas di tangan keluarga Ashwabima, tetap tidak ada yang berani mendukungku. Nyonya Ashwabima yang terhormat itu memberiku uang duka lima juta Rupiah tapi aku tolak. Akhirnya aku hanya bisa diam meratapi nasib anak dan menantuku.""Lanjutkan ceritanya, Nek." Suara Radi bergetar.*****Siang itu Tuan Nendra ditemani Mang Arman mendatangi rumah Jenar. Tuan Nendra ingin menyuruh Jenar menggali tanah untuk membuat pupuk kandang. Sejak pagi Jenar tidak ada di peternakan. Tuan mengira Jenar tidak masuk kerja.Wikan yang membuka pintu. Pandangannya bertemu dengan mata Tuan Nendra. Wanita sederhana itu menundukka
Baca selengkapnya

14. Kinanti Itu Adikmu, Radi

Tubuh Radi bagai dilolosi seluruh tulang belulangnya dan darah bagaikan disedot keluar tanpa sisa. Ia terkejut bukan kepalang.Kinanti adalah adiknya? Adik satu ibu? Ibunya punya anak dari Tuan Nendra? Ya Tuhan, drama apa ini? Jadi selama ini ia mencintai adiknya sendiri bagaikan lelaki jatuh cinta pada gadis pujaan?Bu Waidah kembali berkisah.Wikan dibawa oleh Tuan Nendra menemui Nyonya Artiyah setelah seminggu kematian Jenar. Kondisi Wikan saat itu bagaikan mayat hidup, matanya tanpa sinar, kuyu dan tubuhnya seperti bergerak di luar kesadarannya sendiri."Siapkan pesta pernikahanku dengan Wikan, Tiyah. Jangan pakai pesta besar, sederhana saja. Undang semua kerabat dan rekan bisnis."Nyonya Artiyah kaget luar biasa. Wanita desa pucat pasi itu akan jadi madunya?"Mas! Apa-apaan kau ini? Katamu dia akan dipekerjakan jadi pembantu di sini karena suaminya mati kesambar petir, kenapa malah kau nikahi?" Pekik Nyonya."Sudah kau jangan banyak bicara! Kerjakan saja apa yang aku perintahkan
Baca selengkapnya

15. Kuburan di Belakang Rumah

Pukul dua belas tiga puluh dinihari rumah Ashwabima sepi dan gelap. Sejak ada seseorang di kolong ranjangnya, Nyonya Artiyah tidak pernah bisa tidur nyenyak. Orang di bawah sana selalu terisak menangis atau menghela nafas kuat-kuat. Nyonya berkali-kali memukulkan tongkat rotan ke arah kolong ranjang untuk menyuruhnya diam tapi orang itu hanya diam sebentar lalu menangis lagi.Nyonya Artiyah harus mengakui bahwa tawanannya itu sangat kuat. Bagaimana tidak, sudah hampir tiga tahun dia diikat dan diberi makan sekadarnya tapi tetap hidup. Sebelum Radi mulai bertanya soal rumah belakang, Nyonya mengikat tawanan itu di dipan dalam rumah kandang ayam di belakang. Siang malam terikat dan terpasung tanpa diberi cahaya lampu sedikitpun. Nyonya berharap orang itu mati dengan sendirinya tapi harapannya mulai pupus seiring waktu, orang itu tetap hidup dan meneror batin Nyonya.Bunyi alarm handphone bernyanyi, tepat pukul satu. Nyonya beranjak turun dari ranjang. Ia memakai sweater tebal dari kapst
Baca selengkapnya

16. Andari Dalam Bahaya

Matahari belum muncul di ufuk timur, Andari memacu motor maticnya memasuki desa Karangsuci. Ia tidak bisa lagi menunggu hari terang. Semalam ia memaksa Radi segera share loc dimana menginapnya. Ucapan ibunya terngiang terus. Pastikan kalau Radi tidak tidur di rumah selingkuhan!Motor warna hitam milik Andari Ashwabima berhenti di halaman Balai Desa Karangsuci. Ia turun dan berjalan ke rumah di sebelah kiri kantor aparat itu. Rumah bergaya Jawa kuno dengan cat hijau tua di hadapannya masih tertutup rapat. Andari mengetuknya sambil mengucap salam.Radi membuka pintu. Setelah melihat siapa yang datang, ia merengkuh Andari ke dalam pelukannya dan diciuminya kening sang istri. Andari jelas saja bingung melihat sikap Radi. Suaminya itu mengajak duduk di kursi ruang tamu."Ini rumah siapa, Mas? Kamu lagi apa di sini sampai tega ninggalin aku tidur sendirian?""Ini rumah Nenek Waidah, nenek kandungku, Ndari.""Nenekmu, Mas?""Nenek Waidah ini ibu kandung Bu Wikan, ibuku. Aku baru tahu tentang
Baca selengkapnya

17. Permusuhan yang Nyata

Para pekerja di dapur merasa tertekan beberapa hari ini. Semua yang mereka sajikan selalu salah di mata Nyonya Artiyah. Perabot dapur beberapa kali diturunkan semua ke bak cuci karena Nyonya menemukan secuil noda minyak tertinggal di sebuah piring yang selesai dicuci. Menu yang diminta Nyonya selalu masakan yang sulit dicari bahannya dan sulit diolah tapi setelah matang dan disajikan tidak disentuhnya sedikitpun. Sunarsih selaku yang paling senior di dapur, merasakan ada yang tidak beres.Suatu malam saat Sunarsih akan berbaring untuk tidur di ranjang rumahnya, Radi menelepon. Sang tuan muda memintanya mengundurkan diri esok hari."Memangnya apa yang terjadi, Agan? Kenapa saya harus keluar dari pekerjaan itu? Saya sudah bekerja dua puluh tahun lebih di rumah Nyonya Ashwabima. Apakah hasil kerja saya mengecewakan?" tanya Sunarsih. Ia takut kalau-kalau majikannya merasa tidak puas padanya."Tidak, Mbak Narsih. Mbak bekerja dengan sangat baik dan memuaskan. Saya meminta Mbak Narsih secep
Baca selengkapnya

18. Berdebat Dengan Nyonya

Rumah Hadianto ada di kota kecamatan Karangjati. Kecamatan yang melingkupi lima desa besar, Karangsena, Karangsuci, Karangjati, Karangasih dan Karangsetu. Pengacara itu punya rumah yang asri. Hadianto adalah satu dari tiga pengacara yang ada di lingkup kecamatan Karangjati. Kesadaran hukum masyarakat sekitar masih sangat rendah sehingga profesi pengacara dan notaris di daerah itu seakan tidak dianggap. Sering terjadi berbagai perkara kriminal namun jarang ada warga yang melibatkan polisi. Warga lebih sering pakai jalan damai. Tuan tanah dan hartawan kelas lokal masih bisa bertindak sewenang-wenang terhadap lingkungan sekitarnya.Keluarga Ashwabima adalah salah satu keluarga kaya yang berpengaruh di wilayah kecamatan Karangjati. Tanah milik mereka tersebar di banyak desa. Pabrik pakan ternak, rumah pemancingan, sawah garapan, peternakan sapi perah dan sapi pedaging, pabrik olahan susu serta beberapa rumah makan mereka miliki. Tak heran, kelimpahan uang mengalir tanpa henti ke rekening
Baca selengkapnya

19. Kinanti Ditemukan

Pintu kamar Nyonya Artiyah terbuka lebar. Bau busuk menguar bercampur dengan aroma pengharum ruangan yang sia-sia. Ada bau aneh yang mencekam di sana. Satu orang polisi bernama Adnan masuk ke dalam kamar. Radi yang menggandeng Nyonya Artiyah mengikuti masuk."Berhenti kau, Pak Polisi! Tidak ada apa-apa di kamarku!" Bentak Nyonya Artiyah. Ia meronta hendak melepaskan diri namun Radi erat mencekal pergelangan tangannya.Adnan melihat keadaan dalam kamar sambil menutup hidungnya. "Ada orang di sini?" seru Adnan. "Keluarlah, jangan sembunyi! Ini polisi!"Terdengar suara lenguhan, semula lemah namun kemudian bertambah jelas. Suara itu dari bawah ranjang."Mmmh.... Po-li-si... To-long!"Adnan menyibak seprai dan ia melihat sesosok manusia yang sangat mengenaskan keadaannya. Manusia itu seorang wanita yang setengah telanjang. Pakaiannya hanya kaus panjang, semacam daster tebal, sepanjang setengah paha. Hanya itu saja yang menutupi tubuhnya. Entah apa warna asli kain itu, sudah tak jelas, ju
Baca selengkapnya

20. Semua Mulai Terungkap

"Kapan kau mulai merasakan ada yang tidak beres dalam keluarga Ashwabima?"Radi menatap mata Kinanti dengan penuh perhatian. Kinanti menunjukkan perkembangan yang menyenangkan. Tubuh kurus yang semula layu kering kini mulai bertenaga. Pipinya terlihat lebih berisi dan matanya kembali bersinar. Hanya penampilan rambutnya yang mengganggu pemandangan karena dicukur botak dengan menyisakan sejumput rambut di atas kening. Wajah gadis itu jadi lucu dipandang. Kinanti tersenyum."Saat Ibu dengan tegas melarang aku menikah dengan Mas Radi," sahut Kinanti. Radi tertawa pelan."Untuk hal yang satu itu sepertinya kita harus mengucapkan terima kasih pada Ibu.""Aku setuju. Walaupun sebenarnya alasan Ibu bukan karena kita ini kakak beradik tapi karena Andari mencintaimu, Mas.""Juga karena surat wasiat Ayah mengatakan bahwa Ibu akan dapat bagian harta Ayah hanya dari pihak Andari, jika Andari mau membaginya dengan Ibu. Jadi Ibu punya ide untuk menikahkan aku dengan Andari, agar semua warisan Ayah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status