Semua Bab Istri Gendutku Ternyata Pewaris Kaya Raya: Bab 71 - Bab 80

81 Bab

Bab 71. Di Pelelangan Tender Tertutup

“Pasti, sayang… pasti akan kunikahi kamu… errhh!” Hizam terus saja menjanjikan itu sambil memacu miliknya mencapai puncak kenikmatan.***Esok harinya, Dania mendampingi ayahnya beserta Yohan ke gedung Nexus Prime Development, bisnis mereka di bidang real estate.“Kamu juga harus menguasai bisnis ini, sayang.” Levi berkata ke putrinya saat mereka berada di mobil yang sama dengan Yohan.“Oke, Pa. Jangan khawatir. Aku pasti akan mempelajarinya, kok!” Dania mengangguk di samping ayahnya.Di depan, ada Yohan bersama Sebastian yang mengemudi.“Anda bisa tenang, Tuan Levi. Putri Anda termasuk orang yang cepat belajar. Dia genius.” Yohan memberikan sahutan berupa pujian.Dania tertawa kecil untuk ucapan itu dan tak lupa berterima kasih pada Yohan.Nexus Holdings memang memiliki 2 macam bisnis besar; di bidang pertambangan dan di bidang real estate. Gedung utama kantor Nexus memang yang selama ini menjadi tempat Dania bekerja.Sementara itu, gedung Nexus Prime Development ada di bangunan lain
Baca selengkapnya

Bab 72. Harus Satu Meja

“Dania, kan?” Arvan tersenyum kaku ke Dania.Seingat Dania, Arvan memang bukan jenis orang yang pandai beramah-tamah, terlebih jika bukan kepada pihak yang disegani.Makanya tak heran jika melihat Arvan menyapa sopan ke Levi terlebih dahulu, karena Arvan menyadari perbedaan statusnya yang cukup jauh dari Levi.“Benar, Pak.” Dania membalas dengan senyuman basa-basi.“Sekarang kamu cantik sekali.” Arvan masih memaksakan senyuman canggung.Dania mengucapkan terima kasih ala kadarnya.Dulu, Arvan hampir tidak pernah bertemu Dania di rumah Grimaldi, kecuali di saat makan malam bersama. Jangan-jangan Arvan tak tahu kalau selama ini perlakuan anggota Grimaldi lainnya begitu buruk padanya.“Kamu juga sudah sukses bergabung di Nexus.” Arvan menambahkan.Dania merasa geli sendiri dengan cara Arvan berbasa-basi. Kenapa begitu kentara kecanggungannya? Dia heran, orang sekaku Arvan bagaimana bisa menjadi pengusaha sukses di Morenia? Bicara santai dengan orang saja tak bisa.“Selain itu, dia cerdas
Baca selengkapnya

Bab 73. Kesempatan Membicarakan Masa Lalu

“Enak aja!” desis sengit Hizam menanggapi ejekan halus Dania.Hizam menatap Dania dengan mata yang menyipit, penuh kebencian yang terpendam. Wajahnya sejenak memerah mendengar jawaban Dania yang penuh percaya diri.“Ah, sepertinya kamu banyak belajar setelah kita berpisah. Tapi jangan lupa, bukan soal tahu cara makan yang penting, tapi soal siapa yang benar-benar punya kelas,” Hizam melontarkan kata-katanya sambil mulai memotong bruschetta-nya sendiri dengan garpu dan pisau, meski gerakannya tidak sehalus Dania.Dania hanya tersenyum kecil. "Kelas itu bukan tentang tampilan, Hizam. Orang yang benar-benar punya kelas nggak merasa perlu merendahkan orang lain," jawabnya dingin, matanya tetap menatap lurus ke arah Hizam.Sebastian yang duduk di samping Dania, tersenyum tipis mendengar tanggapan Dania. Dia selalu mengagumi bagaimana Dania tetap tenang dalam situasi seperti ini. Dia melirik Hizam yang tampak berusaha keras untuk menahan amarahnya.Hizam tersenyum sinis saat bicara lagi. "N
Baca selengkapnya

Bab 74. Dania Menawarkan Dirinya

“Oh? Gitu, yah?” Dania menaikkan alisnya dan kemudian tersenyum atas ucapan Hizam yang ingin merendahkan Nexus.Hizam sebenarnya mengetahui kalau Nexus Holdings bukan sekedar perusahaan tambang saja, melainkan real estate juga, meski yang paling menonjol adalah pertambangan mereka.Dia mengatakan itu hanya untuk membuat Dania kesal.Dania tidak bisa menahan senyum sinisnya. "Zenith Group juga nggak dikenal besar di bidang infrastruktur, Hizam. Kalian cuma tau soal menjual barang-barang di toko. Jadi, mungkin lebih baik kita lihat aja siapa yang lebih mampu menangani proyek sebesar ini."Seperti Hizam, Dania juga mengetahui bisnis Zenith juga mencakup ke real state, meski yang paling terkenal adalah bisnis ritail mereka.Hizam tertawa pendek, meskipun tampak sedikit tegang. "Jangan terlalu percaya diri, Dania. Dunia ini keras, dan kadang yang kuat bukanlah yang paling berbakat, tapi yang paling licik."Dania menyahut dengan nada lebih tenang. "Yang paling licik, yah? Mau tak mau aku ha
Baca selengkapnya

Bab 75. Persaingan Nexus Vs Zenith Melalui Dua Perwakilan Muda Mereka

“Sayang, kamu yakin?” Levi tidak menyangka putrinya hendak melakukan presentasi.Dania mengangguk. “Sebenarnya aku sudah mempelajari mengenai materi ini beberapa hari lalu, Pa. Kebetulan aku diajak ke sini. Nah, apakah Papa dan Pak Yohan percaya padaku?” tanyanya dengan suara rendah nyaris berbisik.Levi dan Yohan saling berpandangan, lalu mereka mengangguk berbarengan. Mereka percaya pada kemampuan Dania. Apalagi raut wajah Dania menyiratkan kepercayaan dirinya.Levi berbicara dengan suara rendah kepada Yohan dan Dania. "Ini kesempatan besar bagi kita. Aku tahu kita bisa memenangkan ini. Aku percaya padamu, Dania."Maka, Dania mulai maju ke podium sambil membawa map berisi data yang sudah disiapkan. Sebastian mengikuti dari belakang untuk membantu mempersiapkan proyektor yang akan digunakan.“Huh! Luar biasa sekali perusahaan sebesar Nexus malah mempercayakan tender sepenting ini ke tangan amatir seperti Dania.” Hizam mencemooh dari kursinya.Beberapa perwakilan perusahaan lain juga
Baca selengkapnya

Bab 76. Murka Arvan

“Wah! Zenith berani memberikan harga lebih rendah dan masa pengerjaan lebih cepat!” Ada hadirin yang memekik tertahan.Sedangkan Arvan di kursinya mengangguk-angguk senang atas presentasi putranya. Dia percaya tender kali ini bisa dimenangkan Zenith Group.Setelah presentasi selesai, ruangan terasa lebih tegang. Hizam duduk dengan penuh percaya diri, sementara Dania tetap tenang.Ada 2 perusahaan kuat yang bersaing untuk Smart City Ivory,- yaitu Nexus Holdings dan Zenith Group.Nexus mempresentasikan rencana mereka yang tidak hanya mengandalkan teknologi canggih, tetapi juga keberlanjutan dan integrasi infrastruktur yang akan membawa keuntungan jangka panjang bagi penduduk Ivory.Di sisi lain, Zenith dengan penawaran mereka yang menjatuhkan harga demi ambisius memenangkan tender.Hal ini bisa dilihat Dania bahwa Hizam lebih banyak mengandalkan kecepatan dan agresivitas daripada strategi matang.“Bagaimana menurutmu, sayang?” bisik Levi ke putrinya setelah Hizam melakukan presentasi me
Baca selengkapnya

Bab 77. Gubernur Ivory

Ketika Hizam sedang menghadapi tekanan dari ayahnya, Dania justru masih di balai kota.Di ruang khusus yang disediakan di balai kota, Levi, Dania, dan Yohan duduk di sofa mewah yang ditempatkan rapi di sekitar meja kaca besar. Sedangkan Sebastian ada di mobil.Mereka sedang menunggu Gubernur Ivory, Lukito Dharmawan yang akan segera datang untuk membahas detail mengenai proyek Smart City di pinggiran kota Ivory yang baru saja Nexus Holdings menangkan.Levi bersandar dengan lengan terlipat di dada, pikirannya masih melayang pada performa cemerlang Dania dalam presentasi yang baru saja dilakukan. Setelah sekian lama, dia baru menyadari bahwa putrinya bukan sekadar pewaris yang hidup di bawah bayangannya."Bagaimana bisa kamu begitu menguasai semua aspek real estate kita, Dania?" Levi bertanya, memecah keheningan. "Kamu tak pernah menunjukkan minat sebelumnya, tapi tadi... presentasimu sangat meyakinkan, seolah-olah kamu sudah bertahun-tahun menggeluti bidang ini."Dania tersenyum samar,
Baca selengkapnya

Bab 78. Langkah Putus Asa Alina

Di tempat lain, Hizam masih menundukkan kepala mendengarkan omelan ayahnya. “Huh! Kamu benar-benar mengecewakan, Zam!”“Maaf, Pa,” jawab Hizam akhirnya, suaranya bergetar sedikit. “Aku nggak mengira dia akan mempersiapkan diri sebaik itu.”“Dan sekali lagi Papa katakan bahwa kamu bodoh melepaskan istri sepertinya!” Arvan meledak dengan suara yang lebih keras. “Leona mungkin cantik dan pintar di atas kertas, tapi lihatlah Dania. Jika calon istrimu tidak bisa mengimbangi performa seperti itu, lebih baik kamu kembali ke Dania!”Sekali lagi Arvan mengulang ucapan itu, menimbulkan perasaan tak nyaman di hati Hizam.Hizam menggigit bibirnya, tidak tahu harus mengatakan apa. Dia tahu bahwa mengabaikan Dania adalah salah satu kesalahan terbesarnya, tapi sekarang semua itu sudah terlambat.Dania bukan lagi wanita yang dia kenal dulu—dia telah berkembang, melampaui segala batasan, bahkan lebih dari yang pernah dia bayangkan."Sudah cukup!" Arvan menutup diskusi dengan nada penuh otoritas. "Aku
Baca selengkapnya

Bab 79. Pembunuh Bayaran

Suara di ujung telepon itu terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. "Tentu saja. Kamu tau harga yang harus kamu bayar, kan?"Alina menarik napas dalam, sudah siap dengan konsekuensi dari tindakan nekat ini. “Iya, iya. Aku tau, jangan cerewet. Aku nggak peduli berapa pun harganya. Aku pingin dia lenyap. Secepatnya! Nggak lama.”Kemudian, Alina menggigit bibirnya dengan gugup bercampur gelisah. Dia sudah terdesak begini, tak ada jalan lain selain menghubungi orang ‘itu’."Aku mengerti," jawab suara itu. "Siapa targetnya?"Orang dengan nada suara berat itu bertanya. Dia sudah beberapa kali melakukan pekerjaan kotor untuk Alina.Alina menutup matanya sejenak, merasa darahnya mendidih karena amarah dan kebencian. "Dania."Suara di seberang sana terdiam sejenak, lalu terdengar lagi. "Dania? Yang dari Nexus Holdings?"Alina sedikit terkejut mendengar kalau orang itu mengetahui Dania.“Gimana kamu bisa tau kalau itu yang dari Nexus?” tanya Alina penuh tanda tanya di benak.“Hahaha… jangan buru-bu
Baca selengkapnya

Bab 80. Tingkah Nyonya Grimaldi

“Jangan berlagak suci seolah baru pertama begini, hehehe!” Pria itu menghempaskan tubuh Alina ke ranjang besar.“Aku sedang malas, Bruno!” teriak Alina tertahan saat dia ditindih.Sayangnya, Bruno jenis pria yang tak suka mendengar penolakan.“Ayo, berontak saja, itu justru lebih menggairahkan!” geram Bruno sambil terkekeh mencemooh upaya Alina untuk bertahan dari sentuhannya.“Kita… kita bisnis pakai uang aja! Nggak perlu gini, Bruno stop!” Alina berusaha menepis tangan kasar Bruno yang mengurai kancing blazer mahalnya.Mendadak, Bruno tersenyum menyeringai dan bangun dari atas tubuh Alina, berdiri sambil melipat kedua tangan kokohnya di dada.“Kamu bisa pilih, aku robek pakaian mahal bermerekmu ini, atau kamu lepas sendiri dan aku akan lakukan misi darimu.” Bruno menunjukkan wajah mengejeknya.Alina meneguk salivanya sambil menatap sengit ke Bruno, tapi tak ada jalan lain agar pria itu menuruti kemauannya. Maka, dia mengalah dan mulai melucuti pakaiannya sendiri di depan tatapan lap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status