Gina terdiam di ambang pintu kamar, mendengar suara kecil putrinya, Keiva, yang bertanya tentang "Papa Beruang," panggilan yang selalu ia gunakan untuk Kevin. Hatinya berdenyut perih setiap kali nama itu disebut, membawa ingatan akan masa-masa sulit yang kini harus ia simpan rapat. Gina belum siap untuk berbicara tentang ayah kandung Keiva, dan lebih dari itu, ia tak ingin memicu kemarahan Gani, suaminya, yang semakin hari semakin sulit menerima Keiva."Keiva, berapa kali Mama bilang, jangan sebut-sebut Papa Beruang lagi," suara Gani terdengar keras dari ruang tamu.Keiva, yang masih berusia lima tahun, menatap Gani dengan mata polos. "Tapi, aku mau tahu di mana Papa Beruang. Kenapa dia tidak pernah datang? Dia janji mau jemput aku di ulang tahunku."Gani melemparkan tatapan tajam ke arah Keiva, sesuatu yang jarang dilakukannya. Kesabarannya sudah tipis. "Keiva, dengar! Papa Beruang itu sudah tidak ada. Kamu harus berhenti hidup di dunia khayalan. Aku papamu sekarang. Paham?"Gina seg
Read more