Kevin memulai hari pertamanya bekerja di perusahaan Iriana dengan perasaan campur aduk. Ia merasa sedikit gugup, meskipun lingkungan di sana terasa jauh lebih santai daripada perusahaan besar di Indonesia yang pernah ia jalani. Di satu sisi, ini adalah kesempatan untuk memulihkan dirinya dan mempelajari sistem yang berbeda. Namun, di sisi lain, Kevin tak bisa menghindari beban pikiran tentang bisnisnya yang masih membutuhkan banyak perbaikan.Setibanya di kantor, Iriana memperkenalkan Kevin kepada timnya. "Kevin, ini adalah tim inti kami. Mereka yang menjaga roda perusahaan tetap berputar," kata Iriana dengan bangga. Kevin tersenyum dan mengangguk pada rekan-rekan baru yang ia temui. Kebanyakan dari mereka sangat ramah, menyambutnya dengan tangan terbuka.Di tengah perkenalan itu, Kevin bertemu dengan seorang wanita berambut pirang panjang yang elegan bernama Rebeca. Iriana memperkenalkannya sebagai salah satu teman dekatnya. “Ini Rebeca,” kata Iriana sambil tersenyum. “Dia sering bek
Setelah malam pengakuan itu, Kevin tidak bisa mengusir pikiran tentang Rebeca. Sepulang dari jalan-jalan, ia duduk di kamar hotelnya, memandangi pemandangan kota dari jendela. Pikirannya berkecamuk. Rebeca, dengan segala kelebihan dan pesonanya, telah membuat pengakuan yang tak terduga. Namun, Kevin tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ia masih dibayangi oleh masa lalunya dan bisnis yang membutuhkan perhatian penuh.Pagi berikutnya di kantor, suasana terasa berbeda. Kevin dan Rebeca bertemu seperti biasa di ruang rapat bersama tim lainnya, tetapi kini ada kesadaran baru di antara mereka. Pandangan Rebeca sedikit lebih lama dari biasanya, dan Kevin tidak bisa sepenuhnya mengabaikan perhatian yang ia berikan. Setelah rapat selesai, Kevin memutuskan untuk berbicara dengan Rebeca, meskipun ia belum yakin apa yang ingin ia katakan.“Rebeca, bisa bicara sebentar?” Kevin mengajak Rebeca keluar dari ruangan rapat, menuju area balkon kantor yang sepi. Angin pagi yang sejuk terasa menyegarkan
Kevin berdiri di tepi balkon apartemennya yang megah, menatap pemandangan kota Zurich yang ramai di bawahnya. Di balik semua kemewahan dan kenyamanan yang ia miliki sekarang, pikirannya terus terfokus pada satu tujuan—menghancurkan Gani. Gani bukan hanya pesaing bisnis, tetapi juga pria yang merebut dua wanita penting dari hidup Kevin: Gina yang sekarang menjadi istrinya Gani, dan Keiva, putrinya kecilnya, anak dia dengan Gina atau Alexa.Kevin tahu bahwa jika ia ingin menang, ia harus bermain cerdas. Menghadapi Gani langsung bukan pilihan yang bijaksana. Gani memiliki kekuatan, pengaruh, dan jaringan yang kuat di dunia bisnis. Cara terbaik untuk melawannya adalah dengan menjadi lebih kaya dan lebih berkuasa, menghancurkan Gani dari dalam, baik secara finansial maupun sosial. Kevin sadar bahwa jika ia bisa mencapai kekuasaan yang lebih tinggi, ia bisa menghancurkan komunitas di sekitar Gani—jaringan yang membuat Gani tak tersentuh.Setelah berpikir matang, Kevin menyadari satu-satunya
Rebeca tersenyum tipis saat keluar dari gedung perayaan. Di bawah langit malam yang cerah, kilau bintang tampak menyinari jalanan kota, seolah mencerminkan harapan yang perlahan tumbuh di hatinya. Setelah mengungkapkan perasaannya kepada Kevin sekali lagi, dan menyaksikan bagaimana Kevin tidak menjauh, bahkan menanggapi dengan hati-hati, Rebeca merasakan ada secercah harapan. Meskipun Kevin belum sepenuhnya membalas perasaannya, dia tidak menolaknya. Itu sudah cukup bagi Rebeca untuk merasa optimis.Kembali ke apartemennya, Rebeca duduk di sofa dengan segelas anggur, memandangi bayangan dirinya di cermin. Pikirannya melayang-layang tentang Kevin. Selama ini, Rebeca selalu menjadi wanita yang tegas dan tahu apa yang dia inginkan. Namun, ketika berhadapan dengan Kevin, semuanya terasa berbeda. Dia tidak sekadar tertarik pada Kevin karena ketampanannya atau kesuksesannya dalam bisnis. Ada sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang membuat Rebeca merasa bahwa Kevin adalah pria yang pantas
Setelah beberapa minggu sejak acara perayaan itu, hubungan Kevin dan Rebeca mulai berjalan lebih akrab, namun tetap dalam batas yang Kevin tetapkan. Rebeca merasa semakin dekat dengan Kevin, meskipun ia tahu bahwa Kevin masih menjaga jarak emosional. Tapi ada satu hal yang membuat Rebeca tetap optimis—Kevin tidak menjauhinya setelah pengakuannya. Dia bahkan semakin sering membuka diri.Suatu sore yang tenang di kantor, Kevin mengajak Rebeca keluar untuk minum kopi. Mereka menemukan kafe kecil di sudut jalan yang tenang, tempat yang sempurna untuk berbicara tanpa gangguan. Setelah memesan kopi, mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati suasana hangat di tengah hiruk-pikuk kota."Terima kasih sudah mau datang," Kevin membuka percakapan. Tatapannya tenang, namun ada sesuatu yang tampak lebih serius dari biasanya di wajahnya.Rebeca tersenyum lembut. "Tentu saja. Kamu kelihatan lebih serius hari ini, ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?"Kevin menghela napas panjang, seolah sedang m
Setelah pertemuan mereka di acara perayaan kesuksesan proyek, Rebeca mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Meskipun Kevin telah jujur tentang masa lalunya, menyebutkan nama mantan istrinya, Alexa, dan menyiratkan bahwa ada bagian dari hatinya yang masih terpatri untuknya, Rebeca tidak melihat hal itu sebagai penghalang. Sebaliknya, pengakuan Kevin membuatnya semakin menghormati pria itu. Kejujurannya, keterbukaannya, serta ketegasan Kevin untuk tidak memberi harapan palsu membuat Rebeca semakin yakin bahwa Kevin adalah pria yang berbeda dari pria-pria yang pernah ia kenal. Kevin bukan hanya seorang pebisnis sukses, tetapi juga seseorang dengan hati yang tulus, sesuatu yang jarang ia temui dalam hidupnya.Rebeca pun semakin pantang menyerah. Ia tahu bahwa Kevin mungkin belum sepenuhnya siap untuk membuka hati lagi, tetapi ia juga yakin bahwa cinta bisa tumbuh perlahan. Dia ingin membuat Kevin jatuh hati kepadanya, tidak hanya melalui pesona dan keindahan fisik, tetapi juga dengan me
Beberapa minggu berlalu sejak Gina mengetahui kehamilannya. Dalam kurun waktu itu, ia terus berusaha menyembunyikan gejala-gejala yang semakin sulit ditutupi. Gani, suaminya yang baru, tetap memperhatikan Gina dengan penuh kasih, meskipun ia mulai curiga dengan perubahan-perubahan kecil pada sikap istrinya. Gina tidak lagi bersikap sedingin biasanya. Ia tampak lebih pendiam, sering pergi ke kamar mandi, dan terlihat menghindari kontak mata dengannya. Namun, Gani menahan diri untuk tidak bertanya. Ia percaya Gina membutuhkan ruang dan waktu.Namun, pada suatu malam ketika Gina tertidur, Gani memperhatikan sesuatu yang berbeda. Ketika ia bangun tengah malam untuk minum air, pandangannya tertuju pada Gina yang tertidur di sisi ranjang, wajahnya tampak lelah. Gani melangkah pelan menuju kamar mandi, dan saat membuka pintu, ia melihat sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat—sebuah alat tes kehamilan yang tergeletak di atas wastafel. Gani memungutnya dengan tangan gemetar, mata
Beberapa hari setelah insiden di taman, Gina semakin cemas. Pendarahan yang dialaminya membuatnya ketakutan, namun setelah berkunjung ke dokter, ia mendapatkan kabar yang mengejutkan sekaligus melegakan: bayinya masih selamat. Dokter menyarankan Gina untuk lebih banyak beristirahat dan mengurangi aktivitas fisik, terutama mengingat usia kehamilannya yang masih sangat muda.Sementara itu, Gani merasa frustrasi. Usahanya untuk menggugurkan bayi Gina tanpa dicurigai telah gagal. Ia tahu bahwa ia harus menemukan cara baru, tetapi kali ini ia harus lebih berhati-hati. Sikap Gina yang semakin waspada terhadap kesehatannya membuatnya lebih sulit untuk menjalankan rencana-rencananya. Namun, Gani tidak menyerah. Dalam pikirannya, selama bayi itu masih ada, Kevin masih akan menjadi bayangan yang mengganggu rumah tangganya. Ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.Gina, di sisi lain, mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Perhatian Gani yang berlebihan, terutama setelah kejadian di tam
Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d
Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me
Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti
Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde
Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang
Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku
Pernikahan kedua Kevin dan Gina yang sederhana namun penuh makna benar-benar menjadi awal baru bagi mereka. Setelah bertahun-tahun menghadapi berbagai ujian, mereka akhirnya bisa hidup bersama, kali ini dengan hati yang lebih terbuka dan ikatan yang lebih kuat. Mereka tak hanya memulai kembali kehidupan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai orang tua dari dua anak, Keiva dan Keanu.Minggu-minggu setelah pernikahan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Keiva, putri pertama mereka yang kini berusia lima tahun, sangat gembira dengan kehadiran adik laki-lakinya. Setiap hari, dia selalu ingin membantu Gina merawat Keanu, mulai dari menghiburnya saat menangis hingga ikut mengganti popok. Keiva tampak sangat menyayangi adiknya, dan ini membuat Kevin serta Gina semakin bahagia melihat kasih sayang yang tumbuh di antara anak-anak mereka.Suatu pagi yang cerah, Kevin dan Gina duduk di teras rumah mereka yang nyaman, mengamati Keiva bermain dengan Keanu yang masih berbaring di kere
Hari itu adalah salah satu hari paling membahagiakan dalam hidup Gina dan Kevin. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh berbagai masalah, mereka akhirnya bisa bersama lagi. Gina sudah berjuang keras menghadapi masa-masa sulit, dan kini dia bisa merasakan kebahagiaan sejati. Kevin, yang selama ini dipenuhi dengan penyesalan dan rasa bersalah, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menebus semua kesalahan dan memulai kembali hubungan mereka dari awal. Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu rumah mereka, berbicara tentang masa depan, tentang rencana-rencana yang akan mereka jalani bersama sebagai sebuah keluarga. Gina tersenyum hangat sambil memegang perutnya yang sudah besar. Dia tengah hamil, dan hanya tinggal beberapa minggu lagi sampai kehamilan itu mencapai puncaknya. Kevin, yang duduk di sampingnya, menggenggam tangan Gina dengan penuh kasih sayang, membayangkan masa depan mereka bersama dengan anak yang akan segera lahir. "Rasanya seperti mimpi, Kev," kata Gina dengan mata yang
Kevin duduk di meja kerjanya dengan senyum tipis, menatap layar ponsel yang menampilkan pesan terbaru dari Gina. Sudah beberapa hari ini dia berpura-pura menjadi "Alex," sosok yang dia ciptakan untuk membuat kejutan kepada Gina. Hubungan mereka yang baru saja kembali pulih membuat Kevin ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk menunjukkan bahwa dia benar-benar berkomitmen. Namun, dia tahu Gina tidak akan menyangka bahwa Alex dan Kevin adalah orang yang sama. Itu adalah bagian dari kejutan yang dia rencanakan.Gina, di sisi lain, mulai merasa aneh dengan perhatian yang diberikan Alex kepadanya. Alex, yang tiba-tiba muncul di hidupnya, selalu mengirim pesan yang hangat dan penuh perhatian, sesuatu yang sebenarnya mengingatkannya pada Kevin. Meski hatinya masih terfokus pada Kevin, kedekatan dengan Alex membuat Gina sedikit bingung dan gelisah. Dia tidak ingin memberi kesan kepada Kevin bahwa dia tertarik pada pria lain, tetapi semakin lama, perhatian dari Alex semakin sulit diabaikan