Bian melirik arlojinya, memperhatikan tanggal yang kini mendekati akhir bulan. Pikirannya berputar, menyusun berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Ia mengecup punggung tangan Luna, senyumnya penuh makna, “Hm, Sayang…” bisiknya lembut. “Apa tamu bulananmu belum datang juga?”Luna menggeleng, wajahnya sedikit bingung. Bian tertawa kecil, matanya penuh spekulasi yang hangat. Sepertinya ia mulai mengerti alasan di balik perubahan sikap Luna akhir-akhir ini. Jika dugaannya benar, ia harus segera membawa istrinya ke dokter untuk memastikan hal itu.“Kenapa tiba-tiba tanya begitu, Mas?” tanya Luna, matanya sedikit menyipit, seolah mencoba membaca pikiran Bian. Pria itu hanya menggeleng, senyumnya semakin lebar.“Tidak apa-apa,” jawabnya, suaranya tenang, menggoda. “Aku hanya memperhatikanmu, itu saja.”Luna tersenyum, lalu, dengan suara lembut yang penuh keingintahuan, ia berkata, “Boleh aku bertanya sesuatu, Mas?”Bian mengangkat alis, sedikit waspada. “Tentu saja, Luna. Tidak ada lara
Baca selengkapnya