Semua Bab Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

Bab 31

Vita mendengkus mendengar ucapan kakak tirinya. “Jangan sok tahu, Mbak! Mas Surya mau bantu kok biaya resepsinya,” balasnya dengan sengit.“Syukur deh kalau mau bantu, jadi Bapak tidak menanggung sendiri. Tapi harusnya kamu senang dong, bukan malah cemberut gitu. Apa karena Surya cuma mau bantu sedikit?” Isha kembali menggoda sang adik tiri.“Sok tahu banget sih, Mbak! Keluarga Mas Surya itu kaya, ga mungkin bantu sedikit. Memangnya suami Mbak yang cuma kasih tiga puluh juta sama Ibu?” Vita terpaksa berbohong agar tidak diledek kakak tirinya.Isha tersenyum sinis. “Bang Satrio ‘kan ngasihnya sesuai permintaan Ibu. Itu pun masih sisa uangnya. Memangnya Surya mau ngasih berapa? Lima puluh juta?” cecarnya.“Kepo banget sih. Nanti juga Mbak tahu berapa yang dikasih Mas Surya. Yang jelas lebih dari suami Mbak yang pengangguran itu,” balas Vita dengan sewot.“Dek, ke sini sebentar bantu Abang cari baju.” Satrio memanggil istrinya yang akan menanggapi Vita. Dia sengaja melakukannya agar tida
Baca selengkapnya

Bab 32

Surya meneguk saliva mendengar ucapan Vita. Memang rumah kedua orang tuanya terlihat megah dan mewah karena rumah itu dibangun saat usaha papanya masih berjalan lancar dan dalam masa keemasannya. Namun sekarang usahanya sudah tidak selancar dahulu, malah bisa dibilang redup. Penghasilannya juga tidak tentu.Kalau saja usaha papanya masih sebagus dahulu, tentu Surya tak akan bekerja di perusahaan lain. Lebih baik dia meneruskan usaha orang tuanya daripada menjadi bawahan orang.Banyak yang mengira keluarganya masih sekaya dahulu setelah melihat penampakan rumah mereka. Padahal dalam keseharian, hidupnya biasa saja. Bahkan mereka tidak punya asisten rumah tangga yang membantu membersihkan atau mengurus rumah sebab tidak mampu menggaji. Karena itu pula, mereka tidak mau menggelar resepsi pernikahan Surya dan Vita dengan dalih pihak laki-laki biasanya tidak melakukan hal tersebut.“Tidak semua yang kelihatan itu sama seperti yang dipikirkan orang, Beb,” lontar Surya.Vita mengernyit. “Mak
Baca selengkapnya

Bab 33

“Lho, kok jadi aku yang harus pinjam uang sih, Bu? Nanti gajiku berkurang buat angsuran, mana gaji Mas Surya juga sudah dipotong untuk bayar angsuran rumah. Nanti kalau uangku ga cukup untuk biaya sehari-hari gimana, Bu?” Vita langsung menolak mentah-mentah usul ibunya.“Kalau bukan kamu terus siapa, Vit? Uang itu ‘kan dipakai untuk pernikahanmu bukan untuk yang lain. Ya, kamu dong yang mengusahakan. Kamu dengar sendiri kemarin kalau Bapak sudah tidak bisa pinjam uang karena masih ada tanggungan,” tukas Lina.“Kalau kamu tidak mau pinjam juga tidak apa-apa, tapi nikahnya sederhana saja seperti Isha kemarin. Jangan minta yang bagus karena uang simpanan Bapak tidak cukup,” imbuhnya.“Masa seperti Mbak Isha, Bu. Malu dong aku sama teman-temanku kalau cuma sederhana,” timpal Vita.“Ya, gimana lagi. Surya cuma ngasih dua puluh juta. Uang Bapak cuma tinggal empat puluh juta. Mana bisa bikin resepsi yang seperti keinginanmu? Apalagi kamu maunya di gedung. Kalau undangan cuma buat 100 orang c
Baca selengkapnya

Bab 34

"Kamu itu kepala keluarga, Sat. Kamu bisa 'kan minta istrimu buat membantu tanpa Ibu harus ngomong sendiri sama Isha." Lina memaksa Satrio melakukan apa yang dia inginkan."Maaf, Bu. Menurut saya lebih baik, Ibu bicara sendiri dengan Dek Isha. Saya takut tidak bisa memberikan penjelasan yang tepat. Daripada nanti saya malah salah bicara," timpal Satrio.Lina mendesah. "Kamu tahu sendiri bagaimana istrimu kalau membicarakan soal uang, jadi sensitif sekali. Waktu kamu ngasih Ibu buat biaya syukuran sama belanja saja Isha tidak setuju 'kan?" "Itu karena Dek Isha takut saya tidak punya uang. Alhamdulillah kemarin saya masih ada tabungan, jadi bisa memberi apa yang Ibu minta. Kalau sekarang terus terang saya tidak bisa membantu, Bu," ujar pria berambut ikal itu."Kamu 'kan bisa utang di pinjol yang gampang syaratnya. Asal dapat uangnya, tidak dibayar juga tidak apa-apa," saran Lina."Waktu saya menikah kemarin, Ibu melarang saya meminjam di pinjol, kenapa sekarang malah menyuruh saya? Nan
Baca selengkapnya

Bab 35

Lina langsung masuk ke kamar Vita setelah berbicara dengan Satrio. Anak kandungnya itu sedang berbaring sambil memegang gawai. Wajah cantik Vita tertutup masker berwarna emas.“Vit, bangun! Ibu mau bicara.” Lina menepuk paha Vita lantas duduk di sisi tempat tidur.Mau tak mau Vita menurut. Dia bangun lalu duduk menghadap sang ibu. Gadis itu juga meletakkan gawainya. “Ada apa, Bu?” tanyanya.“Barusan Ibu bicara sama Satrio. Dia bilang tidak punya uang. Malah nyuruh Ibu ngomong sama Isha karena mbakmu itu katanya punya tabungan,” jawab Lina.“Memangnya uang Bang Satrio sudah habis? Kemarin ‘kan katanya dia ambil tabungan buat biaya nikahnya sama Mbak Isha,” lontar Vita.Lina mengangguk. “Satrio tadi bilang tabungannya sudah dipakai untuk itu. Sekarang dia tidak punya uang lagi.”“Apa Bang Satrio ga bisa mengusahakan pinjam sama teman apa pinjol?” cetus Vita.Wanita paruh baya itu menggeleng. “Satrio tidak mau, Vit. Bisa-bisanya malah membalik omongan Ibu yang melarang dia utang di pinjo
Baca selengkapnya

Bab 36

“Bisa-bisanya Ibu punya pikiran seperti itu! Apa Ibu tidak ingat kalau Ibu dan Vita sering merendahkan pekerjaan Isha yang hanya karyawan toko? Sekarang Ibu dengan tidak tahu malu malah minta Isha buat bantu biaya pernikahan Vita? Apa Ibu masih waras?” Baskoro terpancing emosinya setelah Lina coba membujuknya agar minta tolong pada Isha.“Tentu saja Ibu masih waras. Kalau tidak waras, Ibu sudah masuk rumah sakit jiwa, Pak.” Lina coba menahan emosi agar tidak membuat suaminya semakin marah.“Kalau Ibu masih waras, harusnya Ibu punya rasa malu sama Isha! Pokoknya Bapak tidak mau minta sama Isha. Titik!” tegas Baskoro.“Kita adakan pernikahan sesuai dengan uang yang ada saja. Tidak perlu menuruti anak kesayanganmu itu. Kecuali dia mau menanggung sendiri biayanya,” sambungnya.Pria itu kemudian mengenakan pakaiannya lalu keluar dari kamar. Dia duduk di teras rumah lalu menyalakan dan menghisap rokoknya. Mencoba menghilangkan emosi sebelum masuk ke kamar lagi untuk beristirahat dan memulih
Baca selengkapnya

Bab 37

“Buat apa Dek Isha mau ketemu sama bos Abang?” Satrio merasa heran pada istrinya.“Mau mengucapkan terima kasih karena sudah memberi kita hadiah, Bang. Kenapa memangnya? Tidak boleh?” cecar Isha.“Boleh, Dek. Siapa bilang tidak boleh?” timpal Satrio.“Habis tadi kayanya Bang Satrio ga suka aku ketemu sama bosnya,” lontar gadis 25 tahun itu.“Bukannya ga suka, Dek, tapi bos Abang itu orangnya sibuk. Ga gampang kalau mau ketemu sama dia. Mesti nunggu jadwalnya kosong dulu,” jelas Satrio.“Oh gitu ya, Bang, kirain bisa ketemu setiap saat,” gumam Isha.“Kita mesti ngomong dulu sama asistennya kalau mau ketemu sama bos biar dijadwalkan, Dek. Itu juga kadang belum tentu bisa ketemu soalnya bos sering ada meeting mendadak,” terang pria berambut ikal itu.“Susah juga ya kalau mau ketemu sama bos Bang Satrio. Beda sama bosku yang setiap hari ada di toko dan bisa ditemui setiap saat,” timpal Isha.Satrio tersenyum. “Bos Abang ‘kan perusahaannya besar, Dek. Cabangnya di mana-mana, jadi urusannya
Baca selengkapnya

Bab 38

“Enak ga, Dek?” Satrio bertanya pada Isha setelah mencicipi gurami bakar yang sudah tersaji di depan mereka.Isha mengangguk. “Enak banget, Bang. Aku baru pertama kali makan kaya gini,” akunya sambil mengambil sambal terasi yang disajikan di mangkuk sambal.“Alhamdulillah kalau Dek Isha suka. Abang jadi tidak sia-sia mengajak ke sini,” timpal Satrio dengan senyum mengembang di wajah tampannya.“Bang Satrio pernah makan di sini?” Isha memandang suaminya.Pria berambut ikal itu menyengguk. “Pernah sekali atau dua kali ke sini. Abang ‘kan cuma hidup sendiri di kontrakan, Dek, jadi jarang masak. Kalaupun masak paling mi instan sama telur. Itu juga kalau sudah benar-benar kelaparan,” ungkapnya sambil tertawa kecil.“Pantas barang-barang Bang Satrio cuma sedikit di kontrakan,” cetus Isha.Satrio mengulum senyum. “Namanya juga bujangan, Dek. Beda kalau sudah punya istri pasti barang-barangnya lebih banyak. Kalau kita nanti ngekos atau ngontrak ya harus beli peralatan masak dulu karena Abang
Baca selengkapnya

Bab 39

“Apaan sih, Bang!” Wajah Isha jadi memerah karena malu. Dia lalu berusaha melepas pelukan Satrio di pinggangnya.Merasa tak tega melihat sang istri yang malu, Satrio pun mengurai pelukannya.“Abang atau Dek Isha dulu yang ke kamar mandi? Atau bareng saja biar lebih cepat?” Pria itu masih coba menggoda istrinya.“Aku dulu.” Isha gegas mengambil baju ganti lalu beranjak ke kamar mandi.Satrio tersenyum seraya menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya. Wajah malu Isha sungguh menggemaskan. Membuatnya ingin menciumi wajah cantik sang kekasih hati.Setelah Isha masuk ke kamar, gantian Satrio yang membersihkan diri dan berganti pakaian. Gadis itu menyisir rambutnya di depan meja rias baru kemudian naik ke atas tempat tidur. Dia duduk menyender di dinding kamar, menunggu sang suami sambil mengecek ponselnya.Tak lama Satrio kembali. Setelah menutup dan mengunci pintu, dia menyalakan lampu tidur lalu memadamkan lampu utama. Sesudah itu beranjak ke tempat tidur.“Mau ngobrol dulu apa langs
Baca selengkapnya

Bab 40

“Hah!” Isha refleks berseru. Dia tidak menduga Satrio langsung bertanya soal itu padanya.Kedua alis tebal pria itu bertaut. “Kenapa Dek Isha terkejut begitu? Apa Dek Isha tidak mau?” cecarnya.Isha menggeleng. “Bukan tidak mau, Bang. Siapa yang tidak kaget kalau ditanya seperti itu?” kilahnya.Pria berambut ikal itu mengangguk-angguk. “Oke. Berarti Dek Isha mau ‘kan punya anak dari Abang?”“Apa aku boleh menolak?” Isha balik bertanya pada suaminya.“Kalau Abang bilang tidak boleh, gimana?” sahut Satrio.“Berarti aku harus mau ‘kan, Bang?” Isha memandang pria yang duduk di sebelahnya.Satrio mengangguk. “Kalau Dek Isha tidak mau, siapa yang akan hamil dan melahirkan anak-anak Abang?”“Ya siapa tahu Bang Satrio ingin wanita yang lebih cantik, baik, berpendidikan. Tidak seperti aku yang—” Satrio langsung membungkam mulut sang istri dengan ciuman padahal Isha belum selesai bicara.Pria itu mengulum dan menyesap bibir Isha. Sentuhan Satrio yang sangat mendadak, membuat Isha jadi terpaku.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status