Semua Bab Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan: Bab 111 - Bab 120

195 Bab

Bab 111

“Sudah cantik, Dek,” puji Satrio pada istrinya yang sejak tadi berdiri di depan cermin dan berkali-kali merapikan penampilannya.“Jangan bohong, Bang,” timpal Isha yang tampak belum percaya diri dengan penampilannya malam ini.“Ya Allah, Dek. Buat apa Abang bohong? Dek Isha, beneran sudah cantik.” Satrio meyakinkan istrinya.Isha mencebik. “Kayanya Bang Satrio selalu bilang cantik bagaimana pun keadaanku,” ucapnya.Satrio tersenyum. “Dek Isha memang selalu cantik, masa Abang bilang jelek. Abang bohong dong kalau begitu,” timpalnya.“Tapi pendapat Bang Satrio itu subyektif banget, sama sekali ga obyektif,” tukas Isha seraya melirik suaminya melalui bayangan di cermin.“Kalau Dek Isha ga percaya apa yang Abang katakan, yuk sekarang kita berangkat ke rumah Papa. Kita dengar bagaimana pendapat keluarga Abang setelah melihat Dek Isha.” Satrio menghampiri istrinya.“Aku takut, Bang.” Isha memandang suaminya. Dia terlihat gugup.Satrio meraih tangan Isha lalu menggenggamnya. “Takut apa, Dek?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya

Bab 112

Satrio sontak bangkit dari duduk lantas menghampiri istrinya dan sang mama. “Maaf, Ma. Sudah kebiasaan di rumah, Dek Isha langsung membereskan meja setelah makan,” ucapnya. “Itu ‘kan di rumah kalian, kalau di sini tidak perlu seperti itu. Mama ga mau menantu mama mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kamu ajak istrimu ke sini ‘kan mau dikenalkan sama kami. Gimana mau kenalan kalau istrimu malah bantu-bantu di belakang,” tukas Laksmi.“Iya, Ma. Maaf, janji ga akan diulangi lagi.” Satrio kemudian beralih pada istrinya.“Yuk, Dek, duduk saja sama Abang dan yang lain. Di sini Dek Isha dilarang kerja karena sudah ada yang mengerjakan.” Dia meraih tangan Isha lalu mengajaknya duduk di sofa yang tadi didudukinya.Isha pun mengangguk dan mengikuti suaminya. Sejoli itu pun duduk bersisian dengan tangan saling menggenggam. “Bhumi, apa mama boleh tahu di mana kamu kenal sama Isha?” Laksmi bertanya pada putra sulungnya setelah duduk di samping sang suami.“Tentu saja boleh. Aku kenal sama Dek Ish
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-24
Baca selengkapnya

Bab 113

Krisna langsung memandang sang istri tercinta. Mereka seolah bicara lewat tatap mata. “Bagaimana, Ma?” tanyanya.Laksmi menghela napas panjang. “Menurut Papa sendiri gimana?” Wanita paruh baya itu malah balik bertanya tanpa menjawab suaminya.“Pa, Ma, kita ‘kan sudah sepakat kalau aku boleh menikah dengan wanita mana pun asal kami saling mencintai dan dia bisa menerimaku apa adanya. Sekarang aku sudah menemukan orangnya. Harusnya Papa dan Mama merestui kami, bukan seperti ini.” Satrio tampak frustrasi karena Krisna dan Laksmi tak segera menjawab pertanyaannya.“Papa tak mempermasalahkan siapa istrimu. Yang papa tidak suka, kamu bertindak sendiri tanpa memberi tahu kami, orang tuamu. Memang kamu sudah dewasa dan mandiri, tapi masih punya orang tua ‘kan?” Krisna menatap tajam putra sulungnya.“Sekali lagi aku minta maaf soal itu, Pa, Ma. Semua sudah terjadi dan tidak mungkin diulang kembali. Karena itu aku datang ke sini untuk menebus kesalahan dan meminta restu Papa dan Mama.” Satrio m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-25
Baca selengkapnya

Bab 114

Isha memandang suaminya. “Sekolah kepribadian? Apa itu, Bang?” tanyanya dengan polos.“Tempat di mana Dek Isha bisa belajar mengembangkan kepribadian agar lebih percaya diri. Biar Dek Isha tahu potensi dalam diri agar tidak selalu merasa rendah diri,” jelas Satrio.“Mama dulu juga sekolah kepribadian setelah menikah dengan papanya anak-anak, Sha. Sebagai istri pengusaha, kita harus punya pribadi dan mental yang tangguh karena akan banyak yang berusaha menjegal atau bahkan menghancurkan rumah tangga kita. Baik itu dilakukan oleh pengusaha lain atau pelakor yang mengincar harta dan kedudukan.” Laksmi ikut menimpali.“Berat ya, Ma, jadi istri pengusaha?” Isha menatap mama mertuanya.Laksmi tersenyum pada sang menantu. “Berat atau tidaknya, tergantung dari cara kita menyikapinya. Awalnya mungkin berat, tapi nanti lama-lama akan enjoy asal kita kuat mental. Kalau kamu ragu atau takut masuk sekolah kepribadian, mama akan temani sampai kamu merasa nyaman menjalaninya. Percayalah, Sha, itu ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-26
Baca selengkapnya

Bab 115

“Mau tahu, apa mau tahu banget?” Satrio sengaja menggoda istrinya. “Ish, Bang Satrio nih ditanya malah gitu.” Isha sontak mengerucutkan bibir.Satrio tertawa kecil lantas mencium pipi sang istri berkali-kali. “Dek Isha, jadi menggemaskan kalau lagi kesal gini. Abang suka,” ucapnya.“Bang, lepas ih!” Isha coba melepaskan tangan Satrio yang melingkar di badannya.“Ga mau! Abang masih mau kaya gini.” Satrio tetap memeluk istrinya, bahkan lebih erat.“Bang, aku sesak kalau begini! Bang Satrio mau aku pingsan?” protes Isha.“Kalau pingsan nanti Abang kasih napas buatan, Dek.” Satrio tersenyum jahil.“Bang, tolong jangan kaya gini. Aku beneran sesak. Nanti kalau aku kehabisan napas gimana?” lontar Isha.“Eh, jangan, Dek!” Satrio langsung mengendurkan pelukannya. Kesempatan itu tak disia-siakan Isha untuk melepaskan diri. Namun gerakannya kalah cepat dengan sang suami. Meskipun lepas sejenak, Satrio bisa kembali memeluknya.“Dek, udah Abang bilang ‘kan kalau Abang masih mau kaya gini. Aban
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-27
Baca selengkapnya

Bab 116

Satrio seketika membelalakkan mata mendengar pertanyaan Isha yang begitu di luar dugaan. Bagaimana bisa istrinya memikirkan hal-hal seperti itu? Apa tampangnya terlihat seperti seorang kriminal?“Abang bukan orang seperti itu, Dek!” tukas Satrio dengan cepat. “Abang ga pernah melakukan hal yang melanggar hukum seperti yang disebutkan Dek Isha tadi,” sambungnya.“Terus kenapa, Bang?” Isha tampak mengerutkan kening.“Persaingan bisnis, Dek. Ada orang yang ingin menjegal perusahaan dan mengincar posisi Abang. Dunia bisnis itu kejam, ada yang main jujur, tapi tidak sedikit yang berbuat curang,” jelas Satrio. Isha jadi bergidik setelah mendengar penjelasan suaminya. “Ternyata banyak ga enaknya jadi orang kaya ya, Bang,” cetusnya.Pria berambut ikal itu menggeleng. “Tergantung gimana kita menyikapinya, Dek.”“Tapi lebih enak hidup sederhana, Bang,” tukas Isha.Satrio mengulum senyum. “Itu karena Dek Isha tidak pernah mengalami permasalahan berat selain konflik dengan Ibu dan Vita.”Isha me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-28
Baca selengkapnya

Bab 117

“Dek, dulu Abang punya angan-angan dipakein dasi sama istri,” lontar Satrio saat mengancingkan kemeja yang sudah disiapkan sang istri saat dia mandi tadi.Isha memandang Satrio. “Aku ‘kan ga bisa, Bang. Malah jelek dan ga rapi nanti kalau aku yang pasangin,” timpalnya.“Ya belajar. Abang ajarin kalau Dek Isha mau. Gapapa ga langsung bisa, namanya juga belajar, pasti ada prosesnya. Nanti lama-lama Dek Isha juga akan bisa karena terbiasa. Gimana?” Satrio balas memandang istrinya.“Tapi nanti kalau jelek gimana, Bang?” Isha tampak ragu.“Gapapa, nanti Abang rapiin kalau belum rapi. Mau ya belajar?” Satrio memberi tatapan memohon.“Ya udah, aku mau belajar biar Bang Satrio senang. Tapi jangan diledek kalau ga bagus ya,” putus Isha.“Iya, Dek. Percaya sama, Bang. Sekarang tolong ambilkan dasinya,” pinta pria berambut ikal itu.“Yang mana, Bang?” Isha menuju lemari yang isinya berbagai macam warna dan motif dasi milik suaminya.“Mana aja yang menurut Dek Isha bagus dipasangkan dengan kemeja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 118

Satrio mengedikkan bahu. “Abang belum tahu, Dek. Mungkin kalau Dek Isha minta Abang berambut pendek, baru dipotong. Mungkin juga kalau kita sudah punya anak. Tapi bisa jadi selamanya begini,” paparnya. “Dek Isha, ga masalah ‘kan?” Isha mengangguk. “Senyamannya Bang Satrio saja. Aku ga masalah Bang Satrio mau berambut panjang atau pendek.” “Alhamdulillah.” Satrio tampak menghela napas lega. Tak salah dia mencintai Isha yang bisa menerimanya apa adanya.“Mau nambah lagi ga, Bang?” tanya Isha saat melihat piring suaminya sudah bersih.Pria berambut ikal itu menggeleng. “Sudah cukup, Dek. Kalau terlalu kenyang nanti Abang malah ngantuk di kantor,” jawabnya. “Bang Satrio, mau berangkat sekarang?” Isha memandang sang suami yang sedang meneguk minumnya.“Ga, Dek. Ga usah buru-buru makannya biar ga tersedak. Abang mau cek email dulu,” ucap Satrio usai mengelap mulut dengan tisu.“Ya, Bang.” Isha pun meneruskan makannya. “Jangan lupa kunci pintu dan cek siapa pun yang ada di sini lewat CCT
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-30
Baca selengkapnya

Bab 119

Satrio dan Isha berdiri di depan gerbang kos menanti kedatangan Baskoro dan juga Lina. Karena Satrio yang memesan taksi, jadi dia bisa memantau perjalanan sang mertua. Begitu sudah dekat, pria berambut ikal itu mengajak Isha menunggu di depan.“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Apa kabar, Pak, Bu?” sapa Satrio saat kedua mertuanya sudah turun dari taksi daring. Dia langsung menyalami mereka dengan takzim. Begitu juga dengan Isha.“Alhamdulillah, sehat. Kalau tidak sehat, Bapak tidak mungkin sampai di sini.” Senyum mengembang di wajah Baskoro kala melihat anak dan menantunya menyambut dengan gembira.“Mari masuk, Pak, Bu.” Satrio pun mempersilakan kedua orang itu memasuki area kos. “Berapa harga sewa kos di sini?” tanya Lina sambil melihat-lihat sekeliling kos.“Macam-macam, Bu. Tergantung luas dan fasilitas kamarnya,” jawab Satrio tanpa menyebutkan dengan gamblang biaya sewanya.“Maksud Ibu harga kamar yang kalian sewa. Bukan harga semua kamar di sini,” tukas Lina.“Alhamdulillah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya

Bab 120

“Maaf, Pak, Bu, kita makan siangnya di luar saja ya karena alat masaknya masih terbatas,” lontar Satrio saat sudah memasuki waktu makan siang.“Tadi katanya Isha masak kalau di rumah, kok sekarang malah ngajak makan di luar?” sindir Lina.“Kalau cuma masak buat berdua cukup, Bu. Kalau masak besar ga ada alatnya.” Isha beralasan. “Tuh, rice cooker-nya aja kecil. Panci juga kecil. Dulu cuma dipakai Bang Satrio buat bikin mi instan di kontrakan,” imbuhnya sambil menunjuk alat dapur yang ada di sana.“Memangnya kalian belum belanja alat masak?” tanya Lina.“Belum sempat, Bu. Kami ‘kan baru pindah. Lagi pula saya juga ga masalah kalau beli makanan jadi karena saya ga mau Dek Isha kecapekan.” Satrio membela sang istri.“Bukannya nanti pengeluaran kalian jadi lebih banyak kalau beli makanan jadi atau makan di luar?” cecar Lina.“Selama saya masih mampu, tidak masalah, Bu,” tukas Satrio.“Bu, sebenarnya mau atau tidak diajak makan di luar?” Isha lama-lama kesal juga pada ibu tirinya yang sejak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status