All Chapters of Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan: Chapter 121 - Chapter 130

195 Chapters

Bab 121

"Sat, kamu ga salah ngajak kami masuk ke restoran ini?" Lina menatap lekat Satrio usai melihat-lihat buku menu. Satrio mengulum senyum. "Tidak salah, Bu. Kenapa memangnya? Apa ada masalah? Atau tidak ada menu yang Ibu dan Bapak suka?" Dia balik bertanya setelah menjawab sang mertua. Wanita paruh baya itu menggeleng dengan cepat. "Bukan begitu, Sat, tapi harga makanan sama minuman di sini mahal-mahal. Masa harga es teh saja lima puluh ribu, palingan rasa tehnya juga sama saja kaya yang biasa Ibu bikin di rumah," balasnya. "Coba saja pesan es teh di sini, Bu, biar tahu rasanya sama atau tidak dengan yang biasa dibuat di rumah," sahut Satrio seraya menahan senyum. Lina berdecak. "Masa di restoran mahal begini pesannya cuma teh manis, Sat? Ga ada bedanya sama makan di warung dong." "Kalau begitu pesan saja yang tidak ada di warung, Bu, biar tidak sama," timpal pria berambut ikal tersebut. "Tapi kamu beneran bisa bayar harga makanan dan minuman di sini 'kan, Sat? Ibu ga mau ya disuruh
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 122

Lina sontak menyembunyikan tas yang berisi boks makanan ke belakang tubuhnya. Dia tidak mau Isha merebut dan mengembalikan makanan itu ke restoran. "Tidak bisa! Enak saja mau dikembalikan. Lagian juga sudah dibayar sama Satrio," ketusnya."Nah itu Ibu tahu sudah dibayar sama Bang Satrio, kenapa masih bisa bilang belum dibayar lunas? Ibu tuh memang ga pernah menghargai aku sama Bang Satrio, cuma Vita dan Surya yang paling baik di mata Ibu padahal apa-apa selalu minta sama aku atau Bang Satrio." Saking kesalnya, Isha sampai mengungkit pemberiannya dan Satrio pada Lina."Ibu tadi cuma bercanda, kenapa kamu menanggapinya serius sekali? Jangan terlalu kaku jadi orang, Is," kilah Lina agar sang suami tak ikut menegur apa yang dilakukannya tadi."Aku juga tahu kali Bu, mana yang bercanda, mana yang sengaja merendahkan. Aku memang tidak pintar, tapi aku cukup tahu mana orang yang tulus, dan mana yang modus." Isha kemudian membuka kunci mobil dengan remote yang tadi diberikan suaminya begitu t
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 123

"Ternyata Mbak Isha sama Bang Satrio yang datang, kirain siapa tamunya," celetuk Vita saat masuk ke rumah dan mendapati kakak tiri dan suaminya sedang duduk di ruang tamu bersama Baskoro. "Mereka tadi yang ngantar Bapak sama Ibu pulang. Beri salam sama mereka," tukas Baskoro. Mau tak mau Vita pun menyalami Isha dan Satrio atas perintah sang kepala keluarga. Berbeda dengan Surya yang tampak santai saja menyalami kedua kakak iparnya. Dia memang merasa tak ada masalah dengan mereka. Sebagai adik, sudah jadi kewajibannya menghormati yang lebih tua. "Ibu ke mana, Pak?" tanya Vita pada Baskoro karena tak melihat batang hidung Lina dan tak mendengar suaranya. "Arisan di rumah Bu RT," jawab Baskoro. "Ibu ga masak dong, Pak, padahal aku lapar banget ini," keluh Vita sambil mengelus perutnya. "Kalau lapar kenapa ga mampir makan dulu baru pulang," celetuk Isha. "Makanan rumahan lebih sehat daripada di luar, Mbak," kilah Vita yang sebenarnya ingin menghemat pengeluaran. "Tadi sih Ibu bawa
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 124

“Rasa makanan restoran mahal memang beda ya. Bikin pengen makan terus,” ucap Vita sambil terus mengelus perutnya. Dia masih duduk di ruang makan dan malas beranjak dari sana karena kekenyangan.“Jangan nyidam makan di sana ya, Beb. Kita ga kuat bayar makanannya.” Surya berbisik pada sang istri agar tidak didengar oleh Lina yang sedang mencuci alat makan di dapur.“Ya, kita minta traktir Mbak Isha sama Bang Satrio lah. Kan mereka yang pertama beliin, jadi harus tanggung jawab kalau aku sampai ketagihan,” timpal Vita dengan santai.“Itu ‘kan restoran mahal, Beb. Belum tentu mereka punya uang buat makan di sana lagi. Mungkin tadi Bang Satrio baru ada rezeki jadinya bisa mengajak Ibu dan Bapak ke sana.” Surya coba memberi pengertian pada istrinya.“Ya, ga bisa gitu dong, Beb. Nanti kalau anak kita jadi suka ngeces karena ngidamku ga diturutin gimana? Kamu mau punya anak yang suka ngeces setiap saat?” Vita menatap suaminya tak suka.“Itu hanya mitos, Beb. Ga ada korelasi antara ngidam ga d
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 125

“Bang, sudah lihat story Ibu belum?” Isha bertanya pada Satrio saat mereka baru saja berbaring di atas peraduan.Satrio menggeleng. “Belum, Dek. Abang mana sempat buka hape. Memangnya Ibu bikin story apa?” tanyanya seraya menoleh pada sang belahan jiwa.“Vita hamil, Bang,” jawab Isha dengan wajah sendu. Tentu saja Isha merasa sedih karena adiknya yang nikah belakangan sudah hamil, sedangkan dia yang nikah terlebih dahulu sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau sedang hamil.Melihat wajah sang istri, Satrio sontak mendekat dan memeluk erat kekasih hatinya itu. “Dek Isha, ga usah sedih karena belum hamil. Allah pasti punya rencana yang indah buat kita, Dek. Bisa jadi kita disuruh pacaran dan bulan madu dulu, kalau sudah puas berduaan baru dikasih rezeki anak,” ucapnya seraya mengelus punggung Isha yang tertutup gaun tidur berbahan sutra halus.Isha memukul lengan suaminya sambil tertawa kecil. “Kalau bulan madu terus itu ‘kan keinginannya Bang Satrio.”Pria berambut ikal itu iku
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 126

"Bang, bagaimana penampilanku? Sudah bagus apa belum?" Isha meminta pendapat suaminya setelah mengenakan baju dan hijab yang dia pilih dari lemari.Satrio mengacungkan dua jempol pada istrinya. "Cantik sekali istri Abang, bikin pangling aja," pujinya dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya."Bang, jangan bercanda! Aku tanya serius ini!" Isha tak mau percaya begitu saja pada ucapan suaminya."Abang jawabnya serius loh, Dek. Mana ada Abang bercanda. Memang Dek Isha jadi tambah cantik dan anggun pakai baju dan hijab itu." Satrio berdiri seraya memandang sang istri dari ujung kaki sampai kepala. "Pakaiannya sudah sempurna. Dandannya yang natural aja, Dek, biar ga banyak yang melirik. Abang takut banyak pria yang naksir Dek Isha. Nanti abang jadi ga tenang kerjanya kalau begitu," sambung pria berambut ikal itu."Bang Satrio, bisa aja ngomongnya. Siapa juga yang mau naksir gadis kampung kaya aku gini?" kilah Isha."Ada Abang loh yang ga cuma naksir, tapi juga jatuh cinta setengah mati
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 127

“Assalamu’alaikum.” Suara seorang wanita sontak membuat Satrio dan Isha menoleh ke arah datangnya suara.“Wa’alaikumussalam,” balas Satrio dan Isha bersamaan. Mereka berdua seketika berdiri begitu melihat sosok yang datang.“Sudah, duduk saja! Teruskan makan kalian.” Wanita paruh baya dengan penampilan anggun tersebut menghampiri Satrio dan Isha. Pasangan pengantin baru itu pun bergantian menyalaminya dari tempat duduk mereka.“Makan dulu, Ma.” Satrio mengajak sang mama makan pagi bersama.“Mama sudah makan di rumah tadi.” Laksmi duduk di hadapan anak dan menantunya.“Mama, ke sini sendiri apa diantar sopir?" tanya Satrio kemudian."Bareng sama Papa tadi ke sininya, tapi Papa keburu meeting, jadi ga mampir dulu," jelas Laksmi."Mama, mau teh, kopi, atau yang lain?" tawar Isha. Dia merasa tak enak hati karena mama mertuanya hanya duduk tanpa makan atau minum apa pun.Wanita paruh baya itu menggeleng. "Tidak usah. Mama sudah banyak minum tadi waktu sarapan, nanti malah beser di jalan ka
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 128

“Selamat datang, Bu Laksmi. Suatu kehormatan bagi kami, Ibu, berkenan datang ke kantor.” Seorang wanita berambut cepak menghampiri Laksmi dan Isha yang duduk di sofa. Dia lantas menyalami keduanya.“Kamu ini berlebihan kaya aku jarang datang saja, Jeng. Tapi sekarang aku ke sini memang karena ada perlu,” sahut Laksmi.“Apa yang bisa kami bantu untuk Bu Laksmi.” Wanita yang mengenakan setelan blazer hitam itu mulai tampak serius.“Sebelumnya kenalkan dulu ini Isha, menantuku. Istrinya Bhumi.” Laksmi mengenalkan sang menantu dengan wanita kenalannya tersebut.“Hai, Isha. Kenalkan saya, Dyah. Saya salah satu pengajar di sini.” Wanita bernama Dyah itu mengulurkan tangan terlebih dahulu pada Isha.“Saya Isha,” sahut Isha dengan malu-malu. Dia jadi minder melihat penampilan dan cara bicara Dyah.“Bu Laksmi, kok saya tidak tahu kalau Bhumi sudah nikah? Apa saya terlewat beritanya ya?” tanya Dyah.“Memang belum diumumkan, Jeng. Mereka baru akad, belum resepsi. Insya Allah dua atau tiga bulan
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 129

Sesudah menyelesaikan pembayaran administrasi, Laksmi mengajak menantunya pergi ke salah satu salon kecantikan yang menjadi langganan para artis. Rencananya untuk bertemu dengan salah satu fashion stylist ditunda karena orangnya sedang tidak ada di tempat. Mereka janji bertemu esok hari sesudah Isha mengikuti kelas di sekolah kepribadian. “Mama, mau perawatan di sini?” tanya Isha saat mengikuti mertuanya masuk ke salon.“Kita berdualah. Masa Mama saja. Kamu juga harus perawatan. Pasti Bhumi tidak pernah ‘kan ngajak kamu ke salon kecantikan?” timpal Laksmi.“Pernah, Ma. Kan saya juga punya krim perawatan wajah dari salon,” jelas Isha.“Oya? Mama kok ga lihat tadi. Apa kelewat ya?” Laksmi tampak berpikir.“Mungkin kelewat, soalnya tadi Mama fokus sama baju dan aksesori saja,” terang Isha.Laksmi mengangguk-angguk. “Benar juga. Produk apa yang kamu pakai?” Isha pun menyebut merek yang biasa dia pakai.“Baguslah Bhumi sudah tahu mana merek yang bagus. Sekarang kita perawatan wajah saja
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 130

“Sini, Dek. Abang kangen.” Satrio menepuk kursi malas di sampingnya saat Isha menyusul ke ruang tengah.“Kangen? Masa sih, Bang?” Isha sengaja mengoda suaminya. Dia tak langsung duduk di samping pria yang sudah menghalalkannya itu.“Dek, duduk sini! Atau Abang gendong ke kamar nih!” ancam Satrio yang tak sabar ingin segera memeluk istrinya. Beberapa jam tak bersama membuat pria berambut ikal itu merasa sangat rindu pada sang belahan jiwa.“Ih takut!” Isha berpura-pura ketakutan hingga membuat Satrio merasa gemas. Dia mengangkat tubuh sang istri lalu membawanya ke kamar. “Loh, Bang! Kita mau ke mana? Katanya mau duduk santai di kursi malas!” protes Isha begitu Satrio naik ke kamar mereka.“Kita di kamar saja biar Abang bisa langsung eksekusi. Salah siapa tadi kelamaan berdiri? Abang sudah bilang ‘kan duduk atau Abang gendong ke kamar,” jawab Satrio dengan tegas.“Bang Satrio, ga bisa diajak bercanda ah.” Isha pura-pura cemberut.“Abang pulang kerja capek, Dek. Abang cuma pingin dekat
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status