Home / Romansa / PLAYER / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of PLAYER: Chapter 121 - Chapter 130

200 Chapters

121 Aku, Kamu, Jelas Mantan Pacar

“Kamu dapet nomorku dari mana?” tanya Nadia begitu duduk di hadapan Ervin yang telah menunggunya di sebuah cafe. “Ngapain mau ketemu aku?”Sengaja Ervin memilih café milik Bastian sebagai tempat bertemu agar pertemuannya tidak terkesan rahasia. Bastian dan Adit juga ada di lantai dua café itu, pegawai café itu juga sebagian besar mengenalnya. Ia hanya ingin mengesankan kalau pertemuan itu hanyalah pertemuan biasa dengan teman lama.“Bisa santai dikit, Nad? Aku nggak akan minta ketemu kamu kalo bukan karena permintaan Arla.”“Oh wow! Seorang Ervin melakukan sesuatu karena permintaan cewek!”Menanggapi Nadia dengan sama kerasnya tidak akan membuahkan apa-apa, jadi Ervin memutuskan untuk sedikit menurunkan egonya. Setidaknya, Ervin harus mengingat masa SMA mereka yang tidak terlalu buruk. “Apa kabar, Nad?”“As you see, baik-baik aja.”“Masih ke psikiater?”“Nggak ada pertanyaan yang lebih … biasa aja gitu, Vin?” Mata Nadia menatap Ervin dengan nyalang. Kesal karena diingatkan masa-masa d
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

122 Kisi-Kisi

“Udah denger sendiri kan apa kata Nadia? Hubunganku sama dia udah kelar dari dulu. Meskipun nggak diucapkan pake ‘ok, kita putus’, pada prinsipnya ya … memang udah putus aja.”Arla menatap Ervin dengan kesal. Malunya setengah mati saat sadar Ervin meneleponnya hanya agar ia bisa mendengar sendiri apa yang disampaikan Nadia.“Malu tau, Vin. Mikir apa coba Nadia? Ntar dikira aku posesif—”“Bukannya memang begitu?” Ervin mencolek dagu Arla.“Masa sih? Nggak ah! Mana ada ceritanya seorang Arla posesif ke cowok."Ervin tergelak mendengar tingkat kepercayaan diri Arla yang di atas rata-rata."Kamu nggak suka aku posesif?” tanya Arla ragu-ragu. Bukannya ia tidak merasa, belakangan ini memang ia 'sedikit' cemburuan, sensitif, dan posesif.“Selama nggak berlebihan, I’m ok. Suka malah. Posesif kan bagian dari rasa memiliki. Selama nggak berlebihan ya.”“Dih. Kalo gombalin jangan nanggung dong.”“Aku nggak gombal, aku ngomong sebenernya termasuk realitanya. Kalau level posesif kamu udah sampe ng
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

123 Pecinta Adrenaline

"Ervin, udah berani ngajak cewek ke rumah?" ledek omanya yang berada di teras rumah untuk mengamati tanaman hias milik menantunya."Oma, udah lama Oma nyampenya?""Lumayan, nggak lama setelah kamu pergi tadi." Wanita yang kini telah memasuki usia lanjut itu menatap gadis yang berdiri kaku di samping cucunya. "Oma nggak dikenalin, Vin?"Tangan Ervin beralih ke punggung Arla, mengusapnya pelan untuk memberikan ketenangan yang memang sedang Arla butuhkan. “Kenalin, Oma. Arla.”“Saya Arla, Oma.” Arla menggigit lidahnya sendiri setelah berhasil memanggil wanita di hadapannya dengan panggilan ‘Oma’."Ayo masuk, La. Yang lain pada di dalem. Tinggal pacarnya Yara yang belum datang.""Wah! Berani-beraninya Adam telat di acara keluarga!" ledek Ervin yang akhirnya bisa jemawa karena membawa 'partner' sendiri dan tidak akan menjadi bulan-bulanan keluarganya yang lain.Ervin bisa bernapas lega karena omanya tidak menunjukkan penolakan terhadap Arla. Karena dari semua orang yang hadir hari itu, sik
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

124 Bisa Tunggu Sebentar Lagi?

“Feeling dari mana?” tanya Arla dengan nada sarkasme yang kentara.“Feeling aja. Lagian kan ucapan itu doa,” ucap Ervin sambil membalik tubuh Arla agar menghadap padanya. “Kamar ini terlalu maskulin, butuh sentuhan wanita. Do it for me, for us.”Arla mengerjap bingung. Mungkin memang begini cara Ervin untuk mendapatkan seorang wanita, menyerang bertubi-tubi hingga sang wanita seperti kehabisan oksigen dalam darah dan tidak bisa berpikir, lantas mengiakan apa pun ucapannya.Karena beberapa saat kemudian Arla baru tersadar dengan keberadaan benda yang menjuntai di lehernya—sebuah kalung dengan bandul cincin.“Ini—”“Aku tau kamu masih belum yakin untuk melangkah lebih jauh. Tapi karena aku udah yakin, hmm … ini sebagai simbol kalau aku maunya kamu, aku udah nggak lirik-lirik yang lain. Jangan merasa tertekan karena ini. One day, kalo kamu memang merasa udah siap, pindahkan bandul cincin di kalungmu ke jari manis kamu.”“Tapi, Vin—”“Nggak usah merasa tertekan. Aku nggak maksa kok, cuma
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

125 Just Stay Here

-Beberapa hari sebelumnya-"Aku mau ke Mandailing."Ervin menatap Arla sambil mengernyitkan kening. "Ngapain sih? Kamu boleh balik ke apartemen lama bukan karena kamu udah aman, Nda. Aku sama Mas Pram mutusin itu dengan penuh pertimbangan.""Aku tau, tapi memang udah nggak ada kejadian aneh lagi kan. Mereka udah nggak berani macem-macem kan."Pada akhirnya Arla berhasil mendesak Ervin untuk memberitahunya dalang di balik peristiwa buruk yang terjadi belakangan."Aku nggak sendirian, kan pergi sama pegawai lain yang lebih ngerti tentang kopi juga.""Ya tapi kenapa jauh banget?""Opsinya cuma Mandailing, Flores, sama Aceh.""Dalam rangka apa sih?""Amigos mau kerja sama sama petani lokal supaya pasokan kopi untuk Amigos nanti langsung dari sana. Programnya bagus kok. Boleh ya?"Ervin memijat pelipisnya, Arla memang tidak bisa melihatnya karena saat ini mereka tengah bicara melalui sambungan telepon."Harus kamu yang berangkat?"Arla terdiam. Memang masih ada pegawai lain yang bisa beran
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

126 Artinya?

Ervin masih enggan membuka mata, meskipun ia merasakan tangan seseorang menyentuh keningnya. Sepertinya halusinasinya kali ini cukup kuat hingga membuatnya bahkan bisa menghidu parfum orang yang ada di dekatnya.‘Oh Damn! Apa sekangen ini sama Arla? Mana kepala gue masih berat benget, boro-boro ke kantor untuk ambil charger yang ketinggalan, turun ke counter hp depan apartemen untuk beli charger baru aja udah nggak kuat.’“Vin, makan dulu yuk. Aku udah masak.”No. Ini bukan halusinasi. Ini mimpi! Arla harusnya sudah ada di pesawat, bahkan mungkin harusnya mendarat sebentar lagi di Silangit, sebelum Arla dan timnya melanjutkan perjalanan darat ke Mandailing dengan supir khusus yang sudah 'disiapkan' mamanya.Lagipula Arla masih marah padanya. Ervin belum sempat meminta maaf malam itu dan sial, pagi harinya ponselnya kehabisan daya.“Vin, mau kupanggilin dokter aja?”Kali ini, dengan nyawa yang sudah terkumpul sepenuhnya, Ervin membuka mata dan tatapannya langsung bersirobok dengan mata
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

127 It's Worth to Try

"Ehem!" Arla berdeham sambil membersihkan tenggorokan untuk menutupi kegugupannya. "Aku mau nyuci piring dulu."Saking bingungnya Ervin dengan keadaan yang sedang dihadapinya, Ervin sampai-sampai membiarkan saja Arla berlalu dari hadapannya.Tidak banyak piring yang harus dicuci Arla sebenarnya, hanya piring bekas Ervin makan. Ia hanya ingin menyingkir untuk meredakan debaran jantungnya yang mulai tak beraturan."Sayang, piringnya yang dicuci cuma satu kan? Lama banget."Seruan dari Ervin itu membuat Arla akhirnya sadar kalau ia sudah terlalu lama di depan tempat cuci piring."Sini, kita ngomong dulu," ucap Ervin sambil menepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya."Apa nggak baiknya kamu istirahat lagi, Vin? Memangnya kamu sakit apa sih sampe dua hari nggak bisa dihubungi?""Sini dulu."Arla menghela napas, duduk di ujung sofa, tempat di mana tadi Ervin memintanya duduk.Begitu Arla duduk, Ervin bergegas mengambil posisinya sendiri, dengan merebahkan diri dan menjadikan paha Arla seba
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

128 Cuddling

“Vin, mau cuddling sampai kapan?”“Bentar lagi.”Arla menghela napas pasrah. ‘Bentar lagi’ yang diucapkan Ervin adalah ‘bentar lagi’ yang sudah ke sekian kalinya. Arla sampai tidak bisa menghitung seberapa banyak Ervin mengucapkan frasa itu.“Ini udah mau malem loh, aku mesti balik—”“Nginep sini aja. Cuddling sepanjang malam, aku rela.”“Harusnya kamu bilangnya ‘mau’, bukan ‘rela’. Rela tuh kesannya kayak aku maksa kamu gitu.”Ervin terkekeh pelan, sama sekali tidak berniat menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Arla.“Geli ih. Jangan ketawa di leher.”Ervin kembali tergelak merasakan pundak Arla yang bergerak-gerak, berusaha menghindar.“Di sini aja ya. Please.”“Jangan aneh-aneh. Aku temenin sampe makan malam dan kamu minum obat dari dokter. Abis itu aku pulang.”“Ya udah aku nggak minum obat. Kan kamu nemenin sampe aku minum obat. Kalo aku minum obatnya besok, berarti kamu nggak ke mana-mana kan malem ini?”“Ervin!” Arla mendengkus kesal. Ini bukan level manja lagi, Ervin benar-bena
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

129 Latar Belakang Arla

“Papa nggak mau denger kalo kamu masih main-main ya, Vin.” Naren menatap putranya dengan sungguh-sungguh.Usai Arla pulang dari unit apartemen itu, orang tuanya memang tinggal lebih lama. Ervin jelas tahu apa tujuan orang tuanya masih betah berada di apartemennya yang hanya seluas kamar tidur orang tuanya di rumah. Apa lagi kalau bukan menceramahinya.“Nggak, Pa.” Ervin menahan kantuknya yang mulai menjadi, mungkin efek obat yang diminumnya setelah makan malam, atau efek Arla sudah pergi dari apartemennya.“Kamu udah ngerasain gimana susahnya meluluhkan hati Arla kan. Jadi sekali aja kamu bikin dia kecewa, mungkin kesempatan untuk kamu nggak bakal ada lagi. Untuk dapetin lagi hati orang yang udah dikecewain itu lebih susah daripada untuk dapetin hati dia pertama kali.” Kali ini ganti Rhea yang memberi wejangan.Seketika Naren tersedak mendengar ucapan istrinya. Kenapa itu mengingatkannya pada masa lalu?“Tanya aja papamu kalo nggak percaya. Pengalaman papamu banyak, mulai dari ngecewa
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

130 Izin Menikah Duluan

“Alice bakal keberatan nggak ya, Nda?”“Keberatan gimana?”“Ya … keberatan kita duluan. Kan kalo di sini, adek harus minta izin dulu kalau mau nikah lebih dulu dari kakaknya.”Aaah, kini Arla tahu mengapa Ervin memintanya untuk mengatur janji temu dengan Alice. Arla pikir mereka hanya akan makan malam bersama, karena Ervin pastinya tahu di antara saudara-saudaranya, Alicelah yang paling dekat dengannya. Namun ternyata bukan itu alasannya.“Kamu mau minta izin ke Alice kalau kita mau duluan?”Ervin tentu saja mengangguk. Hal itu lumrah dilakukan di Indonesia. Ia bahkan pernah merasakannya. Yara dan Adam meminta izin padanya, walau nyatanya mereka berdua masih belum juga bergerak meskipun sudah mendapatkan izin darinya.Melihat Ervin yang mengangguk dengan raut gelisah, Arla seketika meledakkan tawa. “Ya ampun, Vin. Kalo aku sama kakak-kakakku aja bahkan nggak pake embel-embel panggilan ‘Kak’ dan semacamnya, kenapa kamu masih mikirin masalah begini sih? Takut banget nggak dikasih restu,
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status