Beranda / Romansa / PLAYER / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab PLAYER: Bab 131 - Bab 140

200 Bab

131 Permintaan Alice

"Kamu mau tinggal di mana setelah kita nikah? Di apartemen yang waktu itu ditinggalin sama Mom? Apa kita cari rumah?""Kita bahkan belum lamaran, Vin.""Aku cuma mau tau preferensimu. Nyiapin tempat tinggal kan nggak sebentar. Harus ngurus surat-suratnya, harus bangun atau renov, harus desain interiornya, harus ngisi barang-barang. Jadi mending kita pikirin dari sekarang."Arla bersandar di punggung sofa ruang tamu apartemen Ervin. Ke sanalah tujuan mereka setelah bertemu dengan Alice. Ervin masih belum ingin berpisah dengan Arla, hingga ia mengajaknya ke apartemen untuk mengobrol."Kalau tinggal di sini untuk sementara, boleh?""Yakin? Kecil loh apartemen ini.""Hm. Di sini aja sementara.""Kenapa? Nggak pindah ke yang agak lebih gede?"Arla menggeleng cepat. Jawabannya akan terdengar memalukan kalau sampai ia benar-benar mengucapkannya, jadi Arla memilih diam.Entah dari mana tiba-tiba keinginan itu muncul. Arla hanya ingin berdua di ruang yang tidak terlalu luas. Ke mana pun Ervin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

132 Dia yang Berani

“Kamu yakin, Vin?”“Kenapa nggak?” Ervin memang sudah menghentikan mobilnya di pelataran rumah tiga lantai milik Pramono—kakak ipar Arla, tapi Arla yang terlalu khawatir, masih berusaha menahan Ervin.“Tapi Mom lagi di Depok. Mending kita ketemu Mas Pram sama Abiel waktu ada Mom," bujuk Arla.“It’s ok, Sayang. Mas Pram juga nggak akan mungkin nembak aku.”“Nggak akan ada yang tau, Vin. Mas Pram bisa aja kalap. Nyingkirin kamu atau senggaknya ngelukain kamu bukan hal yang susah buat dia.”Ervin menautkan anak rambut Arla yang menutupi keningnya ke balik daun telinga. “Aku bukan bermaksud sombong, tapi kayaknya kamu harus sering inget-inget aku siapa.”Arla terhenyak di tempat. Puluhan mantan pacarnya juga bukan orang sembarangan, tapi tidak ada yang paket komplit seperti Ervin. Ia lupa itu.Meski mengabaikan latar belakang keluarga, kekayaan, serta kemampuan bela diri pun, Ervin masih memiliki banyak nilai lebih yang tidak dimiliki mantan kekasihnya dulu. Berani dan pantang menyerah. S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

133 Niat Terselubung

“Tanggung jawab seperti apa yang Mas Pram mau?” Ervin balik bertanya karena di otaknya sama sekali tidak bisa memikirkan wujud tanggung jawab dari kenakalan remajanya yang sekadar berciuman dengan adik dari laki-laki di hadapannya itu.“Sampe sejauh mana hubungan kamu sama Nadia? Kalau kalian sudah sampai melakukannya, nikahi Nadia. Kalian udah berani kayak gitu aja sebenernya saya udah harus nyeret kamu untuk nikah sama Nadia.”Semua orang di dalam ruangan itu tahu, kata ‘melakukannya’ yang dimaksud Pramono adalah intimate activities layaknya suami istri, dan ya … semua orang cukup kaget dengan ucapan Pramono itu, termasuk Abiel yang inginnya Ervin dijauhkan dari keluarga mereka.Nadia sampai kehilangan kata-kata. Ia tahu sosok Ervin sebenarnya benar-benar menggoda dari banyak hal, baik fisik, latar belakang keluarga, dan materi. Pun Ervin bukan orang jahat, sepanjang pengetahuannya. Tapi menikah dengan laki-laki yang sudah menyematkan nama perempuan lain di hatinya tentu tidak ada d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

134 Patah Hati Pertama

Arla tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Buktinya, kini ia tengah berada di apartemen Ervin, sibuk menggosok bibir Ervin dengan lips scrub yang baru saja mereka beli di mall.‘Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui,’ pikir Arla. Selain ia bisa melepaskan sedikit kekesalannya, siapa tahu bibir Ervin bisa benar-benar menjadi lembut,plumpy, dan merona seperti apa yang diiklankan salah satu produk perawatan bibir itu. Meskipun tanpa lips scrub pun bibir itu sudah kissable.“Kesel?” tanya Ervin yang sejak tadi pasrah, membiarkan Arla melakukan apa pun demi menuntaskan emosinya, yang penting Arla tidak membatalkan rencana pertunangan dan pernikahan mereka.“Nggak. I’m so happy, ngelihat foto kamu kissing sama Nadia. Mesra ya!” sindir Arla dengan sarkas. “Tapi sayang menurutku norak tau nggak, pake difoto segala.”“Bukan aku yang moto, Nda. Ngapain aku ambil foto begitu, freak banget. Nggak mesra-mesra amat juga kok. Lebih mesra kita.” Ervin sejujurnya merasa sulit bicara dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

135 Rumah Siapa?

“Mau ke mana sih, Vin?”“Aku juga nggak tau, Nda. Mom cuma minta aku nganterin kamu ke titik lokasi yang udah di-share sama Mom.”“Mom ada di sana juga?”“Nggak tau juga. Tadi suara Mom kurang jelas.” Ervin tidak perlu menceritakan kalau suara Mom seperti orang yang sedang menahan tangis atau baru saja menangis.“Mom tau dong kalo aku lagi sama kamu? Mom nanya kenapa aku nggak ngangkat telepon?”Ervin mengangguk sambil tetap mempertahankan fokusnya pada jalanan yang tidak terlalu padat. Justru karena jalanan sedang lengang, Ervin tidak bisa menurunkan fokusnya, di mana-mana semua orang sedang menggeber kendaraannya, berharap bisa sampai lebih cepat ke tempat tujuan. “Ya aku bilang kamu lagi tidur.”“Hah? Kamu bilang aku tidur?”“Iyalah. Emang nyatanya kamu lagi tidur. Masa aku bilang ke kamar mandi.”“Ervin, gimana kalo Mom mikir yang macem-macem?”“Eh?” Tadi Ervin sama sekali tidak berpikir ke arah sana. Ia benar-benar menjawab kalau Arla sedang tidur karena kelelahan ya memang karen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

136 Just Stay There!

“Ayo pergi, Vin.”“Arla, s'il te plaît! C'est ton père. Il veut juste voir sa famille pour la dernière fois.” (Arla, please! Dia papa kamu. Dia cuma mau ketemu sama keluarganya untuk yang terakhir kali)Suara yang keluar dari mulut Esther itu benar-benar seperti orang sedang memohon. Kekuatan wanita itu terasa seperti dicabut sampai ke akar-akarnya. Bahkan meskipun ia harus memohon kepada anaknya untuk berkumpul demi memenuhi keinginan lelaki yang sampai detik itu namanya masih tersemat di dalam hati, Esther rela melakukannya.Arla berbalik. Posisi mereka sudah berada di luar kamar. Arla sama sekali tidak berminat untuk melihat ke dalam kamar di mana laki-laki yang dicintai mamanya tengah terbaring dengan bantuan alat pernapasan. Ia juga tidak peduli laki-laki itu tadi sempat melihatnya atau tidak.Namun keraguan tiba-tiba saja membayang saat melihat wajah mamanya. “Mom—”“Arla, reste là, tu n'as rien à faire.” (Arla, just stay there, kamu nggak perlu berbuat apa-apa)“Ervin boleh iku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

137 I’m With You

Pernah merasakan sendiri betapa beringasnya wanita itu, Arla dengan cepat melangkah untuk melindungi mamanya. Namun ternyata langkah Ervin jauh lebih cepat hingga bisa membentengi keluarga Arla dari amukan seorang Amalia Pratiwi.“Tante maju satu langkah lagi, saya pastikan anak Tante akan kehilangan jabatannya di perusahaan dan nggak akan ada perusahaan yang mau nerima dia,” ancam Ervin.Amalia berdiri menatap anak muda di hadapannya yang berani-beraninya menghadang langkahnya. “Kamu siapa? Berani-beraninya—”“Ma.” Alan ikut merangsek masuk ke dalam kamar dan mencekal siku mamanya agar mamanya itu mundur. Mamanya mungkin juga akan mengerut kalau tahu siapa yang sedang mereka hadapi. “Udah, Ma. Mungkin Papa memang pengen ketemu sama semua keluarganya.”“Tapi mereka semua kurang ajar. Pasti mereka sama pengacara papamu kerja sama buat nyingkirin kita ke rumah kakek kamu, supaya mereka semua bisa diem-diem nemuin papa kamu.” Rentetan kalimat sepanjang itu diteriakkan Amalia dengan nada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

138 I’m a Monster

“Mandi dulu biar segeran,” Ervin mengangsurkan sebuah handuk bersih untuk digunakan Arla.Tadi mereka sempat mampir ke apartemen Arla untuk mengambil kebutuhannya. Risma memang sedang ada penugasan seminar di luar kota, karena itu apartemen itu dalam kondisi kosong. Ervin paham kenapa Arla tidak mau sendirian di apartemennya.Arla meraih handuk yang diangsurkan Ervin, karena benda itu yang terlupa ia bawa dari apartemennya. “Nggak apa-apa kalo malem ini aku di sini?”Ervin menghela napas dalam-dalam. “Ada syaratnya. Yang pertama, kita nggak sekamar. Yang kedua, jangan bilang siapa-siapa terutama orang tuaku, bisa digorok aku. Ok?”Terkekeh pelan, Arla tidak memberikan jawaban pasti untuk Ervin, ia malah melenggang begitu saja menuju kamar mandi. "Yakin ya nggak sekamar?" ledek Arla sebelum menutup pintu kamar mandi.Ervin menyugar rambutnya, "God, that girl!"Arla keluar dari kamar mandi sekitar tiga puluh menit kemudian, merasa kikuk karena sekarang ia tengah mengenakan piyama tidur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

139 Siksaan Terindah

Arla mengerjap pelan, kamar yang ditempatinya masih dalam keadaan pekat. Tirai di dalam kamar itu pun masih tertutup sempurna dan belum membiaskan cahaya dari luar. Mungkin memang masih tengah malam, pikir Arla saat itu.Merasakan dirinya memeluk sesuatu yang lembut dan empuk, Arla langsung terbangun dan meraih ponselnya yang ada di dekat bantal. Dari cahaya ponselnya, ia bisa melihat apa yang ada di atas kasur dan baru saja ia lepaskan dari pelukan.Guling.Serius hanya ada bantal, guling, dan selimut di atas kasur. Tidak ada Ervin di sana, padahal Arla masih ingat dengan jelas kalau Ervin memeluknya sebelum tidur.Melangkah lesu keluar kamar, Arla menemukan Ervin yang tidur di atas sofa ruang tamu.Arla menggeleng-gelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kenapa Ervin harus pindah tempat kalau mereka toh tidak melakukan apa-apa di kamar. Baru kali ini ia menemukan laki-laki yang tidak mengambil kesempatan walau kesempatan itu terbuka lebar.Memilih duduk di atas ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

140 You Matter, You are Loved, You are Worthy

Ervin menghentikan mobilnya di depan Locale Coffee—sebuah coffee shop di kawasan Jakarta Timur. Rupanya di sanalah Arla dan teman-temannya sering berkumpul selama ini.“Kamu kerja di coffee shop, pacarmu anak yang punya coffee shop, malah mampirnya ke coffee shop orang,” ujar Ervin yang menunjukkan wajah seriusnya meskipun sebenarnya hanya bercanda.Arla terkekeh menanggapi ucapan Ervin. “Kadang kita juga harus coba-coba coffee shop lain, Vin. Biar bisa bandingin langsung, sambil cari tau kita kurang apa, gitu.”Ervin mencibir, tapi begitu Arla keluar dari mobilnya, Ervin langsung gelagapan menyusul. Gadis itu terlalu sulit dikejar, baik secara harfiah maupun alegoris.Tanpa ragu Arla langsung menaiki anak tangga begitu masuk ke dalam coffee shop itu, terlihat sudah tau ke mana arah tujuannya."Udah sering ke sini?" tanya Ervin yang mengekor di belakang Arla."Udah lebih dari tiga tahun kayaknya kita sering ngumpul di sini.""Kenapa nggak di Amigos?""Ya ampun, Ervin. Aku dari pagi s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status