Home / Romansa / PLAYER / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of PLAYER: Chapter 111 - Chapter 120

200 Chapters

111 Aku Masih Perjaka

“Emang di mana nyarinya mainan untuk wanita dewasa? Kamu nemenin nyari juga? Atau kamu malah yang jadi partner ‘main’ mereka?”Ervin menggigit lidahnya yang salah berucap. Niatnya hanya menggoda Arla, siapa sangka Arla menatapnya dengan tatapan kesal, lalu berjalan mendahuluinya.Kalau ada yang bertanya kepada Ervin alasannya meminta putus pada pacar-pacarnya terdahulu, jawabannya beragam. Mulai dari si wanita yang mulai bersikap menyebalkan, tuntutan dari wanita itu yang semakin tidak masuk akal, hingga Ervin yang ingin menghentikan hasratnya yang mulai terpantik dengan tindakan memancing dari para wanita itu.Dia laki-laki normal. Ada saatnya Ervin bertemu dengan wanita yang mengundang hasratnya sesekali. Ada kalanya wanita itu bersikap agresif dan membuat Ervin belingsatan. Saat itulah Ervin biasanya mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungannya.Dia tidak akan terjebak semudah itu untuk yang kedua kalinya.“Bercanda, Nda,” ucap Ervin akhirnya setelah berhasil menyejajari langka
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

112 Keluarga Arla

"Arla udah balik?" Aeriel bergegas mencuci tangannya saat mendengar suara ramai dari ruang tamu.Ia yang tinggal di Bandung sama sekali belum berkesempatan menjenguk Arla karena suaminya sedang tugas di luar kota, sementara Alice melarangnya ke Jakarta karena peristiwa buruk yang terus-terusan terjadi di keluarga mereka."Arla."Aeriel memeluk adiknya sambil memperhatikan bekas-bekas luka yang kini hampir tidak kelihatan. “Syukur banget ya kamu nggak apa-apa, nggak ninggalin banyak bekas juga.”Arla mengangguk sambil melemparkan senyum menenangkan.Barulah setelah sesi pelukan mereka selesai, Aeriel menyadari sesuatu. Anaknya tenang berada di gendongan seorang lelaki yang berdiri di dekat akuarium. Lelaki itu tampak menunjuk-nunjuk ikan yang ada di sana dan Lashira memerhatikannya dengan serius sambil kadang-kadang tersenyum.“Itu …?”Dari tatapan Aeriel pun, Arla bisa menangkap maksud pertanyaan Aeriel yang tidak diucapkan utuh.“Mon petit ami. Yeah, quelque chose comme ca.” (My boyf
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

113 Apa Pun Makannya, Minumnya Ludah Sendiri!

"Nda!" Ervin akhirnya menemukan Arla di kursi taman yang ada di seberang restoran. Satpam restoran yang memberi tahu kepada Ervin ke mana arah perginya Arla setelah Ervin menunjukkan foto Arla yang ada di ponselnya.Bersyukur Ervin tidak melihat ada jejak air mata di wajah cantik itu. Hanya raut kesal yang jelas membayang dan menghilangkan senyumnya.Arla duduk sambil menatap kosong ke kumpulan remaja yang sedang bercanda di dekat air mancur mini. Ia masih terlalu kesal dengan ucapan Abiel yang meremehkan Ervin, lalu paksaan Abiel kepada Ervin untuk segera menikahinya, padahal Abiel jelas tahu kalau konsep pernikahan di kepalanya bukanlah sesuatu yang indah.Apa jadinya kalau ia menikah, mencintai suaminya dengan sepenuh hati, melahirkan anak-anak mereka, lalu ia ditinggal pergi?"Tadi nyebrangnya lihat kanan kiri nggak?" Pasalnya dari restoran menuju taman itu, Arla harus melewati jalan raya dengan empat lajur kendaraan dan tanpa ada jembatan penyeberangan di sekitar situ.Arla menol
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

114 Tiga Menit

“Apartemenku aja deh, Vin.”Padahal Keduanya sudah sampai di depan pintu unit apartemen dan Ervin sudah memegang kunci di tangannya. “Tadi siapa yang nantangin? Kenapa sekarang berubah pikiran?”Ervin tetap saja melanjutkan gerakan tangannya untuk memutar kunci dan membuka pintu unit apartemen.Arla menghela napas, memang mulutnya perlu diberi pelajaran karena selalu berucap sesuai kata hatinya.“Vin, aku laper.” Itu kalimat pertama yang diucapkan Arla begitu memasuki unit apartemen Ervin.Ervin mengangguk paham, Arla memang tidak sempat menghabiskan makanannya karena pembicaraan tadi bergulir panas. “Aku cek dulu di kulkasku ada apa, siapa tau ada yang bisa dimasak. Kalo nggak ada, kita pesen aja ya.”Arla mengekori Ervin menuju dapur setelah sebelumnya meletakkan sling bag-nya di atas sofa.“Ada apa di dalem kulkas?” tanya Arla yang berdiri di belakang Ervin.“Ada frozen food dikirimin sama Kak Aileen.”“Nugget?”“Bukan, kayak udah paketan gitu, isinya karbo, sayur, sama lauk, tingg
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

115 Mau Naik Level?

“Apa semua orang tunduk dan ngelaksanain prenup yang mereka buat? Kan nggak juga, Vin.”“Mungkin memang nggak.” Ucapan Ervin terhenti setiap kali ia harus menyuapkan satu sendok makanan kepada Arla. “Tapi setidaknya … kamu terlindungi secara hukum.” Ervin harus bisa memasukkan logika berpikirnya kepada Arla kalau Arla belum juga tersentuh dengan perasaannya.“Emang kalau kamu mau bikin prenup, kamu mau isinya apa?” tanya Arla lirih.Sejujurnya Ervin tidak pernah memikirkan masalah perjanjian pranikah selama ini. Belajar dari kedua orang tuanya, ia merasa perjanjian pranikah atau prenuptial agreement—yang biasa disebut orang-orang dengan singkatan ‘prenup’—bukan hal yang menjadi fondasi utama dalam sebuah hubungan pernikahan.Ervin terlalu jemawa, tidak berpikir kalau kondisi setiap orang berbeda. Orang tuanya mungkin tidak memerlukan prenup karena issue yang mereka miliki tidak banyak, selain ketimpangan faktor ekonomi, meskipun keluarga mamanya juga tidak bisa dibilang tidak mampu, n
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

116 Rumah Calon Kakak Ipar

“Udah baikan sama Abiel?” tanya Ervin melalui sambungan telepon."Udah. Aku kan selalu begitu sama dia. Berantem, baikan, berantem, baikan, nggak usah terlalu dipikirin."Sudah dua hari Arla dan keluarganya pindah ke rumah Abiel agar tak merepotkan Ervin lagi—walaupun Ervin sendiri sama sekali tidak merasa direpotkan.Ervin tidak bisa menolak karena itu keinginan Abiel dan suaminya. Keamanan di rumah mereka juga terjaga karena Pramono sudah menempatkan beberapa polisi untuk mengawasi rumah itu, serta beberapa orang untuk mengikuti aktivitas keluarga mereka.“Aku mampir ke sana malam ini.” Ervin tidak tahu kalau di seberang sambungan telepon, Arla langsung mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk. “Aku bawa apa ya, Nda, enaknya?”“Nggak usahlah,” jawab Arla sambil menahan senyumnya yang mungkin merekah sempurna kalau ia lepaskan.“Nggak enaklah. Nanti dibilang nggak modal.”“Ya udah, samain aja kayak kamu pas bawa buat keluarga pacar-pacarmu dulu.”“Aku nggak pernah mau kenalan sa
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

117 Sejauh Mana Keseriusan Kamu?

Arla berjalan mondar-mandir di depan ruang kerja kakak iparnya. Lima belas menit yang diminta Ervin. Tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu sebentar.Kalau pembicaraan mereka tidak lancar, apa iya Arla harus benar-benar menghubungi atasannya yang juga adalah mama dari Ervin?Apa yang harus dikatakannya?Seketika otak Arla terasa buntu.'Oh, God, please apa pun asal jangan ada keributan di dalem.'Sepuluh menit berlalu. Arla semakin gelisah. Apa dia ketuk saja? Siapa tahu dirinya sudah diperbolehkan masuk.Arla sampai menempelkan telinganya ke daun pintu, tidak ada teriakan atau suara benda dibanting apalagi pecah, jadi harusnya semua aman terkendali di dalam sana.Tepat di menit lima belas, Arla yang diliputi kebimbangan mencoba menghubungi atasannya.Dalam dering ketiga, sambungan teleponnya diangkat. Seketika Arla merutuki dirinya yang tidak berpikir lebih panjang. Siapa tahu Ervin hanya mengusilinya seperti biasa."Arla, kenapa?"Suara lembut yang sarat dengan kekhawatiran itu a
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

118 Aku Mau Kamu Tanggung Jawab

Arla melirik Ervin dan Nadia bergantian. Jangan bodohi Arla untuk hal semacam ini. Ia tahu ada yang salah dengan ekspresi Ervin dan Nadia."Kok kamu bisa sama Nadia?" tanya Pram begitu melihat kedua wanita itu."Aku jemput Nadia dulu sebelum pulang," jawab Abiel."Oh.” Pram mengangguk, lantas memperkenalkan Ervin dengan Nadia. “Ervin, ini Nadia, adek saya. Nad, ini Ervin, pacarnya Arla."Keduanya masih terdiam, seperti enggan untuk mengangsurkan tangan satu sama lain.Ervin yang akhirnya lebih dulu mengalah dan mengulurkan tangannya. "Ervin.""Nadia." Usai menurunkan tangannya, Nadia langsung pamit pergi menuju kamarnya, beralasan kalau ia harus menaruh barang-barang belanjaannya lebih dulu sebelum bergabung makan malam.Arla ingin bertanya langsung pada Ervin tentang keanehan tingkahnya dengan Nadia, tapi Arla benar-benar tidak punya kesempatan karena selalu ada orang di sekitar mereka.‘Ya udah deh, masih banyak waktu,’ pikir Arla. Mungkin besok ia bisa bicara empat mata dengan Ervi
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

119 Antara Ervin, Nadia, dan Galuh

"Wah, tadinya aku sempet mikirin prenup yang kamu tawarin, tapi belum apa-apa udah ada yang minta tanggung jawab," sindir Arla yang berdiri di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Nda, kamu cuma denger sepotong. Aku mau jelasin semuanya ke kamu.”Arla menghela napas dalam-dalam. ‘Tenang, La! Cool! Jangan bertindak kayak cewek yang udah setengah mati jatuh cinta lagi cemburu buta.’“Bisa tinggalin aku sama Arla, Nad? Aku perlu bicara sama Arla.”“Sure. Siapa juga yang mau di sini.” Nadia kembali masuk ke dalam rumah, melewati Arla begitu saja bahkan tanpa meliriknya.“Ini udah malam, ngapain balik lagi? Bukannya tadi waktu pamit kamu udah yakin nggak mau ngomongin apa-apa sama aku? Atau … sebenernya memang mau ketemu Nadia berkedok mau ketemu aku?” Pada akhirnya Arla harus mengakui kontrol dirinya tidak sebagus yang diharapkannya.“Aku nggak mau kamu tidur dalam keadaan marah karena besok kemarahan kamu bisa jadi berkali-kali lipat lebih besar.” Dalam hatinya, Er
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

120 Ketakutan dan Rasa Bersalah

“Aku pernah jadi pembunuh, Nda.”Arla mengernyitkan dahi, tidak percaya dengan yang diucapkan Ervin. “Pembunuh apa sih, Vin? Nggak mungkin—”“Galuh. Galuh dan bayinya.”“Hah? Kamu—” Arla sampai tidak bisa mengeluarkan pertanyaan yang sudah ada di tenggorokannya. Tidak mungkin seperti yang ia pikirkan kan? Pembunuh mana yang bisa menceritakan dengan tenang kejahatan yang penah dilakukannya?“Dari bukti yang Papa kasih, aku bisa mengonfrontasi Galuh. Setelah perdebatan panjang di depan kedua orang tuanya, akhirnya Galuh ngaku kalau yang menghamili dia adalah pamannya sendiri, adik dari papanya.”Arla membekap mulutnya dengan tatapan tidak percaya. Mungkin tinggal di rumah yang berisikan seluruhnya wanita tidak terlalu buruk bila dibanding mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari keluarga sendiri.Ervin menyugar rambutnya dengan frustrasi sebelum melanjutkan ceritanya. “Galuh memohon, bahkan berlutut, minta tolong ke aku buat nikahin dia dan mengakui anaknya. Tapi aku … dengan keegoisank
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status