All Chapters of Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola: Chapter 101 - Chapter 110

128 Chapters

101. Aku Akan Memijitmu

Sebenarnya Vanesha belum selesai mandi, dia sengaja berbohong mengatakan akan selesai, karena takut Raditya memaksanya untuk masuk. Dan untungnya, dia lega karena Raditya percaya.Tapi, karena sudah ada pembicaraan dengan Raditya, jelas tidak bisa membuatnya berlama-lama lagi di kamar mandi.Dengan keadaan telanjang, karena jubah mandinya juga tidak sempat dia bawa. Dia mengendap keluar sembari mengintip, takut kalau orang yang paling ingin dia hindari, masih ada disana, ‘Akh.. syukurlah dia tidak ada di sini.’ Buru-buru dia pun mengambil piyama tidur, yang adalah milik Raditya.‘Haruskah mulai besok aku membawa satu atau dua pasang pakaian ganti dan pakaian dalam?’ dia bertanya pada dirinya sendiri.Memakai pakaian tidur didepan cermin, dan melihat bagian leher dan dadanya ada kissmark yang terlihat jelas. Tidak bisa disembunyikan karena kancing baju sangat rendah.‘Astaga, bagaimana ini? Besok pagi, aku harus pulang dulu untuk mengganti pakaian.’Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!Kali ini, R
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

102. Jangan Bergerak Tuan!

“Sejak awal kau memang sudah merencanakannya kan?”“Tidak! Eh? Kalau untuk memijit anda, memang saya berniat seperti itu, tapi tidak ada niat jahatnya kok.”Raditya yang masih duduk didepan cermin, merangkul pinggang Vanesha, dan menariknya duduk dipangkuannya.“Akhh….” Jeritnya, tapi hairdryer tetap erat digenggamannya.“Mm… Tuan? Rambut anda masih… hhmmpphh…” belum selesai bicara, Raditya mulai menciumnya.Semakin lama, tangannya melemah dan yang dia pegang pun jatuh. Karena mendengar suara keras dari alat pengering rambut itu, Raditya melepaskan ciumannya.“Cepat selesaikan.”“I-iya.” Dia tampak kebingungan karena Raditya yang berhenti menggodanya. Bukan tidak suka, hanya heran saja.Suara mesin pengering pun mulai terdengar. Dengan jari-jari tangannya dia mengacak-acak rambut Radity, yang hitam dan lembut itu.“Tuan, apa anda tidak pernah mewarnai rambut anda?” tanyanya agar ada obrolan.“Tidak. Aku tidak suka.”“Pantesan rambut anda sangat hitam dan sehat. Anda pasti rajin sekali
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

103. Kecelakaan Apa?

Raditya baru bangun dari tidurnya. Belum mandi, tapi dia keluar dari kamar mencari seseorang yang membuatnya tertidur sepanjang malam, ‘Dimana dia?’ tapi, dia tidak melihat Vanesha di bawah.“Selamat pagi Tuan, anda sudah bangun?” barulah Vanesha datang, membawa belanjaan ditangannya, bahan-bahan yang ingin dia masak.“Darimana kau?”“Saya pulang dulu untuk ganti baju, juga belanja untuk dimasak pagi ini. Maafkan saya karena tidak sempat memberitahu anda. Anda tidurnya nyenyak sekali, jadi saya tidak tega membangunkannya.”“Buatkan aku kopi.” Pintanya.“Baik Tuan. Mau saya antarkan ke kamar anda, atau-“Aku yang akan turun.”“Oke, Tuan.”Hanya melihat wajah Vanesha saja, sudah membuat Raditya senang. Padahal tadinya dia begitu ingin marah, tapi tiba-tiba kemarahannya menghilang.Ketika Raditya masuk ke kamarnya lagi, disitulah Vanesha melirik keatas, tempat dimana tadi majikannya mengamatinya, “Hhuuff…. Untung dia gak tahu aku ke mana saja tadi pagi.”Subuh-subuh, Vanesha menerima pes
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

104. Rumah Sakit Jiwa

“Nak, ada apa? Kenapa kau hanya diam saja?” ayahnya khawatir karena sejak tadi, Vanesha hanya diam tapi wajahnya tidak tenang. Rupanya, Vanesha teringat dengan pembicaraannya dengan Hendrik, mengenai asal-usul Raditya.“Ya Ayah? Ah.. gak apa-apa. Aku hanya duduk begini saja.” Barulah dia tersenyum agar ada ekspresi diwajahnya.“Apa pekerjaanmu semakin banyak? Apa kau jenuh?” ayah duduk juga di sofa bersama puterinya, Desi sudah berangkat sekolah.“Enggak kok Yah. Semuanya lancar. Hanya… ada yang membuatku tak habis pikir. Kenapa itu terjadi? Pantas saja kenapa dia memiliki sifat pemarah seperti itu.”Bayu bingung, siapa yang puterinya bicarakan, “Apakah… ini tentang tuan Raditya?” hingga dia memberanikan menduga siapa orangnya.“Tidak, lupakan saja, Yah. Aku hanya asal bicara saja. Ayah, aku pergi sebentar ya. Ada yang ingin aku cari.” Vanesha berdiri.“Baiklah, padahal Ayah mau kamu fokus istirahat di rumah dulu, tapi… ya sudah, kalau kau masih tetap sibuk.”“Maaf ya Yah. Mungkin kar
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

105. Kau Jahat!

Dengan bantuan Ivan, akhirnya Vanesha tiba disalah satu ruangan yang tidak terlalu luas, memiliki jendela dengan jeruji besi agar tidak bisa kabur atau melompat keluar, dan satu ranjang lengkap dengan alat tidur.“Apa anda mau masuk ke dalam?”“Mm… sebenarnya, saya takut Pak.”“sepertinya hari ini, Ibu sulastri sedang dalam mood yang baik.”“Biasanya, seperti apa?”“Hm… biasanya dia akan mengamuk, marah-marah, kadang menyakiti pasien lain.”“Aduh…” baru mendengarnya saja, sudah membuat rasa keberaniannya berkurang.“Kalau… kalau saya masuk, apakah pak Ivan bisa menemani saja ke dalam?”“Ya, tentu. Sepertinya ada sangat pensaran sekali ya.” dokter Ivan membuka pintu yang juga diberi pembatas besi agar tidak bisa diterobos.Mendengar suara pintu, wanita tua yang namanya Sulastri, menengok kebelakang.“Ehh…. Ada Ivan.” Wanita yang sudah memiliki banyak uban itu, berdiri dari kursinya, padahal tadinya dia melihat pemandangan diluar dari jendelanya. Wanita itu berjalan mendekatinya, “Ivan…
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

106. Kompak Berbohong

Gantian. Selang satu minggu, giliran Surya yang datang mengunjungi mantan isterinya, Sulastri.“Seorang wanita datang ke sini, katamu?” tanya Surya, berdiri didepan jendela kaca tempat dimana Sulastri dirawat.“Benar, Pak. Tadinya, saya tidak ingin memberitahukannya, tapi karena anda curiga dan terus bertanya pada saya, jadi saya pun memberitahukannya pada anda, sekarang.”“Siapa wanita itu? Mungkin, aku mengenalnya.”“Dia… mmm… nona Vanesha.”“Vanesha?” Surya mengamati punggung isterinya.“Iya. Mungkin karena anda yang memberitahukan perihal nyonya Sulastri, sehingga dia sendiri datang untuk bertemu langsung.”“Tidak, aku tidak pernah membahasnya. Apa mungkin… Raditya?”“Sudah pasti tidak. Karena, dia bilang, ‘Jangan kasih tahu saya pada tuan Raditya dan pak Surya mengenai kedatangan saya ke sini.’ Begitulah yang nona itu katakan.”“Jadi… siapa yang membertitahukannya ya? Sudahlah. Apa semuanya baik-baik saja? Mengenai mantan isteriku, apa ada tanda-tanda dia akan sembuh?”Dokter Iva
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

107. Layanan Tidur

“Hhooaamm…” Vanesha baru bangun dan keluar dari kamarnya.“Pagi Kak,” Desi menyapanya, sudah berpakaian seragam sekolah.“Pagi juga Desi.”“Kak, sarapan bareng yuk, kita kan sudah lama gak sarapan bersama. Kebetulan, aku sudah masak semuanya.”“Oke, sebentar Kakak cuci muka dan gosok gigi. Gak enak kalau jigongnya menempel.” Ketika dia ingin ke kamar mandi, kebetulan berpapasan dengan ayahnya, “Kamu sudah bangun, Vanesh?”“Pagi Yah. Iya.”Ayah sudah duduk dengan tenang menunggu Vanesha, dan sambil menunggu, Desi merapikan rambutnya dulu.“Kak, Yah, nanti siang, habis pulang sekolah, aku ada tambahan pelajaran, karena sebentar lagi mau ujian kelulusan sekolah.” Kata Desi.“Pulang jam berapa nantinya, Des?” tanya Ayah.“Mm, mungkin jam lima sore?”“Ya, gak apa-apa. Selama memang benar-benar buat sekolah. Tapi, kamu harus bawa bekal atau jangan lupa makan.” Ucap Vanesha memberi nasihat.“Iya Kak. Aku bawa bekal kok untuk nanti siang.”“Jangan sampai pulang malam. Kabari Ayah atau Kakak.”
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

108. Vanesha Terluka

Plak!Vanesha yang tersinggung, menampar Raditya dipinggir jalan.“Kau?! Berani sekali kau menamparku?” Radity memegang pipinya yang terasa pedas karena tamparan tersebut.“Itu karena anda bicaranya keterlaluan!”“Memangnya aku keterlaluan? Aku hanya tanya, apa kau juga melakukan-“Kalau anda mengulanginya lagi, maka saya akan menampar anda lagi!” ancam Vanesha.“Berani kau-“Cukup! Raditya, kau salah paham. Ayah memang kenal dengan Vanesha karena pernah bertemu beberapa kali.”“Apa? Pernah bertemu?” semakin marah, Raditya melihat sinis pada Vanesha, “Dan… apa kau menyebut dirimu, ‘Ayah’? Apa aku tidak salah dengar?”“Sebaiknya, mari kita bicara sebentar agar kau tidak menyalahkan Vanesha lagi.”“Persetan! Aku tidak perduli! Cepat ayo pergi!” Raditya menarik tangan Vanesha.“Tu-tunggu sebentar!” Vanesha menarik tangannya karena masih ingin berusaha membantu Surya. Juga, menurutnya, itu adalah kesempatannya agar ayah dan anak ini bisa bertemu dan berbicara.“Vanesh? Apa sekarang kau se
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

109. Berikan Hartamu Padaku!

Selama Vanesha diperiksa dokter, Raditya dan Surya hanya menunggu dan menyimak pemeriksaan. Surya ingin bicara pada Radit, tapi Radity seolah tidak ingin diajak bicara oleh Surya saking bencinya dia pada ayahnya sendiri.‘Kenapa mereka berdua hanya diam saja dan malah memelototiku?’‘Ada apa dengan mereka berdua? Apa mereka saling kenal dengan pasienku ini?’“Kalian… kenapa tidak menunggu diluar saja?” tanya Vanesha, ‘Supaya kalian bisa mengobrol berdua tanpa membuat kau dan pak dokter kebingungan.’“Tidak perlu! Sebentar lagi kau juga sudah selesai diobati kan?” Raditya menolak.‘Dasar, orang ini memang sulit untuk diajak bicara baik-baik.’ Pikir Vanesha.“Raditya, Ayah memang ingin bicara denganmu-“Aku bilang kau bukan ‘Ayahku’! Berapa kali aku harus katakan itu padamu?!” teriakan Raditya membuat dua orang didalam ruangan dokter itu terkejut.“Raditya! Pelankan suaramu! Apa kau tidak tahu sedang berada di mana kita sekarang?” Surya juga sama, sama-sama keras.‘Kalian berdualah yang
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

110. Dia Isteri Anda

“Baiklah.”Sedikit, Raditya memiringkan kepalanya ketika mendengar satu kata keluar dari mulut Surya. Tapi, dia masih belum paham sepenuhnya dengan makna kalimat itu.“Aku akan menyerahkan semuanya padamu.”“Apa?” barulah sepenuhnya Raditya membalikan badan, dengan ekspresi wajah yang tidak percaya dengan yang dia dengar.Surya mendekati puteranya, “Aku akan menyerahkan semuanya padamu, termasuk rumah yang aku tempati sekarang. Lagipula, untuk apa aku memiliki itu semua kalau aku tidak punya anak selain dirimu?”Kening Radit mengernyit memikirkan ucapan ayahnya.“Sejujurnya, sejak kau pergi, aku sengaja belum mencarimu karena aku pikir kau pasti akan kembali lagi. Tapi ternyata… selama bertahun-tahun, kau tidak pernah datang menemui ayahmu yang sudah tua ini.”“Dan Ayah… tidak memiliki anak darimana pun, termasuk ibu tirimu. Yah, Ayah tahu kau pasti masih sangat membencinya dan diriku. Jadi, apakah kau bisa memaafkanku dan memanggilku… ‘Ayah’?” pintanya berharap.‘Ayolah Tuan. Lembeka
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status