Share

109. Berikan Hartamu Padaku!

Penulis: Linilini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-27 06:54:12

Selama Vanesha diperiksa dokter, Raditya dan Surya hanya menunggu dan menyimak pemeriksaan. Surya ingin bicara pada Radit, tapi Radity seolah tidak ingin diajak bicara oleh Surya saking bencinya dia pada ayahnya sendiri.

‘Kenapa mereka berdua hanya diam saja dan malah memelototiku?’

‘Ada apa dengan mereka berdua? Apa mereka saling kenal dengan pasienku ini?’

“Kalian… kenapa tidak menunggu diluar saja?” tanya Vanesha, ‘Supaya kalian bisa mengobrol berdua tanpa membuat kau dan pak dokter kebingungan.’

“Tidak perlu! Sebentar lagi kau juga sudah selesai diobati kan?” Raditya menolak.

‘Dasar, orang ini memang sulit untuk diajak bicara baik-baik.’ Pikir Vanesha.

“Raditya, Ayah memang ingin bicara denganmu-

“Aku bilang kau bukan ‘Ayahku’! Berapa kali aku harus katakan itu padamu?!” teriakan Raditya membuat dua orang didalam ruangan dokter itu terkejut.

“Raditya! Pelankan suaramu! Apa kau tidak tahu sedang berada di mana kita sekarang?” Surya juga sama, sama-sama keras.

‘Kalian berdualah yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   110. Dia Isteri Anda

    “Baiklah.”Sedikit, Raditya memiringkan kepalanya ketika mendengar satu kata keluar dari mulut Surya. Tapi, dia masih belum paham sepenuhnya dengan makna kalimat itu.“Aku akan menyerahkan semuanya padamu.”“Apa?” barulah sepenuhnya Raditya membalikan badan, dengan ekspresi wajah yang tidak percaya dengan yang dia dengar.Surya mendekati puteranya, “Aku akan menyerahkan semuanya padamu, termasuk rumah yang aku tempati sekarang. Lagipula, untuk apa aku memiliki itu semua kalau aku tidak punya anak selain dirimu?”Kening Radit mengernyit memikirkan ucapan ayahnya.“Sejujurnya, sejak kau pergi, aku sengaja belum mencarimu karena aku pikir kau pasti akan kembali lagi. Tapi ternyata… selama bertahun-tahun, kau tidak pernah datang menemui ayahmu yang sudah tua ini.”“Dan Ayah… tidak memiliki anak darimana pun, termasuk ibu tirimu. Yah, Ayah tahu kau pasti masih sangat membencinya dan diriku. Jadi, apakah kau bisa memaafkanku dan memanggilku… ‘Ayah’?” pintanya berharap.‘Ayolah Tuan. Lembeka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   111. Dasar Parasit!

    “Nyonya Widya juga isteri anda. Bagaimana kalau dia marah dan kecewa pada anda?”“Hah…. Apa kau pikir aku tidak kecewa padanya? Bertahun-tahun aku menikah dengannya, tapi dia tidak memberikanku seorang pun anak. Pernah hamil, tapi katanya keguguran. Entahlah, aku tidak tahu, apakah dia benar-benar hamil saat itu, atau tidak. Mungkin ini adalah hukuman dan karma untukku karena mengabaikan anak dan isteriku. Itu makanya, rasa bersalah ini, membuatku akan memberikan apapun yang mereka inginkan sebagai penebusan.”‘Aku tidak menyangka sama sekali kalau pak Surya akan memutuskan itu.’“Pak, saya tidak bisa mengganggu keputusan anda, karena itu adalah hak anda sendiri. Yang ingin saya katakan, agar anda tidak menyesal nantinya. Kalau anda menyerahkan semuanya, anda mau tinggal dimana? Apakah isteri anda mau menerima keadaan anda jika tidak memilikinya lagi? Dan… saya berharap kalau saya masih bisa bekerja di sini.”“Aku tahu, kalau aku akan jadi gembel. Tidak apa-apa. Mungkin usiaku tidak l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   112. Wanita Murahan

    ‘Menyebalkan! Kurang ajar! Berani sekali anak kurang ajar itu menghinaku?! Aku sangat marah!’“Eh…? Orang itu, pengacaranya Surya kan? Kenapa dia masuk ke ruangan Surya? Biasanya, kalau mereka bertemu, ada pembahasan penting yang akan terjadi. Aku harus kesana agar tidak ketinggalan berita.” Widiya baru sampai di perusahaan surya, suaminya. Dia melihat Yudistira baru masuk ruang kerja Surya. Sengaja, atas suruhan Surya, Andre menghubunginya.“Selamat sore, Pak Surya. Apa kabar?”“Aku masih hidup, tapi sepertinya sebentar lagi mau mati.” Jawab Surya sembarangan.“Hahahaha, seiring bertambahnya waktu, anda mulai bisa bercanda ya.”“Duduklah. Karena obrolan ini sangat penting dan panjang. Andre, bawakan dua kopi ke sini.”“Baik Pak.”Mengetahui pintu ruangan Surya terbuka, Widya yang tadinya mengintip, bersembunyi lagi agar tidak ketahuan.‘Hhuf… untung dia gak lihat. Tapi, kenapa aku harus bersembunyi? Aku kan juga berhak untuk tahu apa yang suamiku ingin bahas.’‘Akh… tidak. Kalau aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   113. Raditya Gagal Fokus

    “Widya, apa kau sedang menghina Vanesha?” tanyanya tegas.“I-itu aku ti-tidak sengaja karena dia… dia membuat pakaianku kotor. Lihat, kau lihat ini,” Widya menunjukan sedikit, atau setitik noda diujung bajunya, “Lihat, kotor kan? Dia yang membuat ini dan tidak mau minta maaf padaku, malahan dia mau kabur tanpa minta maaf.”“Widya, aku tahu bagaimana sifat si Vanesha.”“Apa? Kau… tahu? Apa maksudnya? Kau… juga kenal dengannya? Akh… apa jangan-jangan kau dan wanita murahan itu-“Tutup mulutmu Widya! Dari dulu kau tidak bisa mengendalikan emosimu. Mulutmu selalu mengatakan kata-kata kasar, pada siapapun.”“Surya! Kenapa kau jadi menyalahkanku? Wajar kan, aku bertanya dan curiga padamu? Kau… bukannya khawatir pada isterimu, tapi kau malah memikirkan wanita lain? Apa… apa kau bermaksud untuk menikahinya juga?”“Widya!!” Surya membentaknya. Hanya membuat Widya terkejut saja, tapi tidak jera.“Aku tidak ada hubungan kotor seperti dugaanmu itu! Aku kenal dengan wanita itu, dia adalah asistenn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   114. Bikin Ulah

    Beberapa waktu yang lalu, Vanesha sebenarnya memang ingin pergi membeli kopi. Tapi, baru mengeluarkan mobil dari parkiran, dia melihat Surya sedang berdiri di depan mobil, seperti sedang menghadang mobilnya.‘Pak Surya? Kenapa dia ada di sini?’Maka dari itu, Vanesha pun turun dan menghampirinya, “Selamat siang, Pak Surya.” Sapanya.“Siang juga Vanesha. Apakah Raditya ada bersama-mu sekarang?”“Ada Pak, kebetulan mereka sedang break. Saya ingin membeli kopi untuknya. Karena keadaan mood-nya sedang tidak baik.”“Benarkah? Bagus kalau begitu.”“Ya? Ke-kenapa Pak?” Vanesha bingung karena pak Surya menunjukan ekspresi senang diwajahnya.“Karena yang kulakukan tidak sia-sia.”Vanesha semakin tidak mengerti sampai mengernyitkan keningnya.“Begini, kau tidak perlu pergi membeli kopi. Karena aku sudah menyiapkannya.”“Me… nyiapkannya?”“Ya. Lihat disana.” Surya menunjuk tidak jauh dari mereka, sebuah mobil pan, yang ternyata menjual aneka kopi dan minuman dingin. Dengan tulisan, ‘Semangat bek

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   115. Tidak Boleh Masuk

    Vanesha tidak bisa masuk kedalam rumah Raditya. Kenapa? Karena Radit sendiri yang menguncinya dengan mengganti jenis kunci. Vanesha, masih berdiri didepan rumah sambil mengetuk pintu. Sementara itu, Raditya melihat kedatangannya dari kaca jendela di lantai dua.“Pak, apa gak ada kunci cadangan yang Bapak pegang?” tanya Vanesha pada pak satpam.“Gak ada Non. Kemarin, setelah kuncinya diganti, gak ada dikasih walau satu. Kami juga gak bisa masuk Non.”“Tapi, apakah dia baik-baik saja, Pak?”“Mmm, setelah pulang, beliau tidak keluar lagi Non. Tapi, kami melihat pintu di kamar menyala, dan kadang mati. Sepertinya, beliau memang masih hidup di kamarnya. Aduh… ma-maaf Non.” Pak Satpam menutup mulutnya karena bicara tidak sopan.“Hm… aku sudah mengelilingi bagian belakang rumah, tapi tetap gak ada celah untuk bisa masuk. Bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dan bicara dengannya ya.”“Apa Non sudah menghubunginya? Waktu dia pulang, dia marah-marah terus. Sampai kami takut menyapanya.”Vane

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   116. Rumah Sakit

    Sudah dua hari, Raditya tidak melihat Vanesha datang dan berusaha untuk masuk ke rumahnya. Mau ditanyakan pada satpam, rasanya dia terlalu gengsi.“Kenapa perempuan itu tidak datang? Apa dia senang karena aku tidak mengijinkannya masuk dan dia bisa berleha-leha?”Dan selama dua hari juga, Raditya tidak pergi syuting. Setiap Hendrik datang membujuknya, tidak pernah berhasil. Jangankan membujuk, bertemu pun tidak. Jadi, hanya bisa membujuk dari telepon.Di hari ketiga, akhirnya Raditya pergi syuting, karena pikirnya, Vanesha pasti ada disana.‘Lihat saja, kalau aku melihatmu disana, akan aku beri hukuman padamu.’ Pikirnya memasuki area syuting. Tapi, yang dia temukan adalah Hendrik.Hendrik dan yang lainnya, termasuk sutradara, kaget melihat kedatangannya yang mereka pikir, kalau Radit tidak akan datang.“Radit, akhirnya kamu datang.” Betapa senangnya Hendrik akan kedatangannya.“Kalau kau tidak datang hari ini, peranmu akan diganti dan kita harus membayar semua ganti ruginya. Tapi, sek

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   117. Pertemuan Ayah Dan Anak

    “Hendrik!”“Ya, terima kasih Pak. Saya akan membicarakan itu pada Raditya.” Hendrik sedang berbicara dengan sutradara mengenai Raditya.“Kalau begitu, sampai jumpa besok, Pak.” Salam perpisahan Hendrik dan sang sutradara. Hendrik dengar, kalau Raditya sedang memanggilnya, “Ada apa Radit?”Raditya yang sudah menyelesaikan syutingnya, datang pada Hendrik. Karena rasa penasaran yang sejak tadi mengganggu pikirannya, akhirnya dia memutuskan untuk mencari jawabannya.“Ada apa? Apa kau ingin diantar pulang? Walau aku masih sibuk, aku akan mengantarkanmu pulang-“Dimana dia?” Raditya tidak perduli dengan yang dikatakan Hendrik sebelumnya.“Siapa?”“Ah… jangan pura-pura tidak tahu, Hendrik. Perempuan itu, ada di mana sekarang?”“Apa yang kau maksud adalah… Vanesha?”Tak perlu Raditya mengeluarkan suaranya untuk memberi jawaban. Hanya dengan arti dari tatapannya saja, sudah bisa ditebak.“Oh, aku pikir kau tidak perduli lagi padanya. Karena dia bilang, selama beberapa hari ini, kau mengabaikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   128. Ayah mertua

    Sudah dua minggu sejak Raditya mengutarakan perasaannya pada Vanesha, dan masih tidak berubah pikiran. Malahan, dia semakin manja dan bergantung pada Vanesha, setiap menit.“Permisi, dengan nona Vanesha?” seorang kurir menghampiri Vanesha yang sedang menunggu Raditya syuting.“I-iya? Itu aku?”“Ini, pesanan makanannya. Semuanya sudah dibayar, tinggal diterima saja.”“Oh iya, terima kasih Pak.” Setelah menerima pesanan yang ternyata isinya makanan, Vanesha melihat Raditya. Pria itu, melambaikan tangan dan tersenyum padanya.Karena disuruh untuk istirahat, Raditya datang dan menghampiri Vanesha, duduk disampingnya, dan menyandarkan kepala dibahunya, “Hah…”“Tuan, makanan ini, apa anda mau langsung memakannya?”“Sudah aku bilang jangan panggil aku ‘Tuan’. Aku kan sudah melarangmu.”“Mana bisa saya melakukan itu. Namanya tidak sopan.”“Kan aku yang suruh. Pokoknya, aku akan marah kalau kau melakukan itu lagi.”“Tapi-“Makanannya sudah datang kan? Tapi, kenapa tidak kau makan? Sampai sudah

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   127. Aku Bisa Gila

    Keadaan Sulastri sudah semakin membaik. Dia sekarang berbaring diranjangnya, dan Radtiya juga Vanesha masih disana untuk menjaganya. Raditya mulai bisa menyentuh dan dekat dengan ibunya, padahal sebelumnya belum pernah bisa berdiri dengan jarak yang dekat.Karena ibunya sudah tenang dan tidur, Dokter Ivan mengajak mereka berdua untuk pergi dan membiarkan Sulastri beristirahat sendiri.“Saya terkejut, karena hari ini, nyonya Sulastri lebih ramah dari sebelumnya. Walau sempat tadi dia mengamuk dengan pak Surya. Tapi saya tidak menyangka dia akan luluh dengan anda.” Kata dokter Ivan memberi pujian.“Tentu saja dok. Namanya juga hubungan ibu dan anak, darah itu pasti mengalir dan saling mengenal.” Kata Vanesha.“Sayang sekali, pak Surya sudah pergi karena katanya ada urusan yang harus dia kerjakan.”“Aku tidak perduli!”“Tuan..” Vanesha menegurnya pelan.“Kalau begitu, saya akan meninggalkan kalian dulu, permisi ya.”Sekarang hanya tinggal Vanesha dan Raditya.“Tuan, anda juga harus dioba

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   126. Aku Akan Menjagamu, Bu

    Beberapa hari kemudian. Surya merindukan mantan isterinya, Sulastri. Dia pun berniat untuk pergi lagi ke rumah sakit jiwa, padahal sebelumnya dia sudah menemui Sulastri walau mantan isterinya tidak mengetahuinya.“Dimana dokter Ivan?” tanya Surya pada rekan dokter Ivan karena dia tidak menemukan dokter yang biasanya mengurus Sulastri.“Dokter Ivan sedang mengantarkan dua orang untuk menemui pasien.”“Apa? Dua orang? Siapa mereka?”“Maaf Pak, saya tidak tahu. Hanya itu saja pesan dari dokter Ivan.”“Ya sudah, terima kasih.” Tapi, Surya sendiri yang akan pergi menemui Sulastri, juga dia tahu dimana tempatnya.Tap!Langkah kakinya berhenti ketika dekat dengan Sulastri, dan dua orang yang dia kenal, “Raditya?” dia memanggil nama puteranya.“Pak Surya?” tapi Vanesha yang merespon Surya, sedangkan Raditya hanya melihatnya saja.Surya mendekati mereka, disana juga ada dokter Ivan.“Apa yang kau lakukan di sini, Radit?”“Kau sendiri? Kenapa kau datang ke sini?” pertanyaan ketus dari Raditya.

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   125. Ada Apa Dengan Diriku?

    “Mmm… Tuan, apa yang kita lakukan di dapur ini?” Vanesa curiga.‘Apa sebentar lagi dia akan mencumbuku di sini? Selera yang aneh. Tapi… ah, biarkan sajalah. Yang penting hutangku berkurang dan dia tidak marah-marah.’“Buatkan nasi goreng untukku.”“Ya saya akan melakukan selera aneh anda…. Eh? Ma-maksudnya…. Nasi goreng?”‘Maksudnya gaya ‘Nasi goreng’ kah? Ba-bagaimana gaya itu ya?’Cetak!“Auuchh…” Vanesha memegang keningnya yang dijentik pelan oleh Raditya.“Apa yang kau pikirkan? Aku bilang, buatkan aku nasi goreng. Kau sudah banyak makan kan? Apa kau pikir aku tidak lapar?” Raditya berpangku tangan menunggu pergerakan Vanesha.“Nasi goreng… beneran nasi goreng kan? Beras yang sudah jadi nasi, lalu di goreng di penggorengan pakai garam-“Iya! Bawel banget sih. Cepat buatkan aku nasi goreng, dan harus enak. Telurnya dua, yang di mata sapi kan satu, lalu yang di orak-orek satu. Pedasnya sedang, dan jangan terlalu banyak minyak dan garamnya.”Vanesha masih bingung, “Dengar gak?” tanya

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   124. Dia Kan Mesum

    Padahal tadinya, suasana sedang hangat dan ramah. Tapi, entah apa yang Andre bisikan padanya, raut wajah Surya jadi murung bercampur kesal. Terasa sekali perubahannya.“Maafkan saya, sepertinya hari ini cukup di sini dulu. Lain waktu, mari kita berkumpul dan mengobrol seperti ini. Vanesha, kau juga harus tetap ikut ya.” Surya berdiri dari kursinya dan tetap berusaha untuk tersenyum ramah pada mereka.“Iya Pak, terima kasih. Tapi, anda belum makan loh.”“Saya bisa makan nanti. Karena ada urusan yang sangat mendesak sekali hari ini. Radity, Ayah pergi dulu. Jaga kesehatanmu.”Tapi Raditya tidak menjawabnya.‘Yah.. paling tidak, Tuan Radity tidak marah.’Buru-buru, Andre dan Surya pergi meninggalkan mereka.“Ya, kalau begitu, aku juga harus pergi.”“Anda mau ke mana, Pak Hendrik?”“Mau pulang menemui calon kakak iparmu. Sebentar lagi kan, kami akan menikah. Oh ya, mungkin selama aku menikah, Vanesha pasti akan semakin banyak kerjaan dan kerepotan. Mohon bantuannya ya. Nanti, kamu akan ak

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   123. Bisik-Bisik

    “Kenapa? Kau tidak mau menikah denganku?”‘Pertanyaan jebakan ini. Kalau jujur sih, enggak mau. Apalagi tempremental anda yang tinggi ini.’“Ah, sudahlah. Kau hanya diam saja, berarti memang tidak mau.” Raditya kembali melihat kedepan lagi.Vanesha tidak mau membahasnya lagi. Pokoknya, dia mau segera sampai di tujuan agar dia bisa lega.“Sekarang, kau tidak mau. Tapi, ketika mengetahui masa laluku, kau pasti semakin tidak mau, dan mungkin kau akan pergi jauh.”“Mm… Tuan? Memangnya.. ada masa lalu apa?”Raditya kembali melihat Vanesha, kau dengar kan tadi, kalau ibuku berada di rumah sakit jiwa.”“Ya saya tauh… ups…” dengan tangan kanannya ia menutup mulutnya.‘Astaga, kenapa aku tidak bisa mengontrol omongan yang keluar dari mulutku sih?“Apa? Kau tahu kalau ibuku ada di rumah sakit jiwa?” caranya melihat Vanesha seperti menangkap basah akan kesalahan Vanesha.“Itu… kan anda bilang tadi. Juga, disana, mulut anda sendiri yang bicara dan kebetulan saya mendengarnya-“Tidak. Dari cara re

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   122. Mengajukan Lamaran?

    “Saya… saya hanya anda nanti, tidak menyesalinya…?”Raditya tiba-tiba memeluknya. Vanesha kebingungan, dia pikir, dia akan mendapat perlakukan kasar dari bos-nya, ternyata tidak.“Tu-Tuan?” panggilnya dengan lembut.‘Apa dia… sangat sedih ya?’“Aku benci padanya. Dia… dia sudah menyakitiku dan ibuku. Aku… membencinya.” Suaranya memelan, masih menyembunyikan wajahnya dibahu Vanesha.Vanesha kasihan pada Radit. Dia jadi tidak bisa memaksa atau kecewa padanya lagi. Untuk menenangkannya, Vanesha mengusap punggung Radit, “Tuan, tidak apa-apa anda membencinya, tapi… anda yang akan terus sakit hati dan tidak tenang memiliki dendam pada ayah anda. Maaf, saya tahu, rasanya pasti sangat berat memaafkan orang yang sudah menyakiti kita dari dulu.”Raditya tidak mengatakan apa-apa, tapi dia mengeratkan kedua tangannya memeluk Vanesha.“Anda tahu kan? Kalau saya juga memiliki ibu tiri dan saudari tiri. Sudah berapa kali, saya sakit hati dan kecewa padanya. Sering berhutang, kabur, dan menyakitiku b

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   121. Maafkan Saya Tuan

    Vanesha bisa merasakan suasana yang menegangkan diantara Surya dan Raditya. Vanesha berharap, mereka berdua tidak bertengkar hebat dan membuat keributan.Untungnya Surya tidak membahasnya lagi, karena tangan Raditya sudah dikepalkan dan rahangnya mulai mengeras.“Radit, ini.” Surya mengeluarkan map berwarna cokelat yang masih dillitkan talinya, diberikan pada Raditya. Pria muda itu, hanya melihatnya saja, tanpa mau mengambilnya, ‘Apa itu?’ kecuali Vanesha yang penasaran.“Vanesha, tolong kau buka, dan bacakan apa isinya supaya Raditya tahu.”“Iya Pak-“Jangan menyentuhnya!” larangan dari Radity, membuat tangan Vanesha berhenti.“Kenapa, Tuan? Anda kan tidak tahu apa isinya.”“Pokoknya jangan dibuka! Walau aku tidak tahu, tapi aku tidak mau tahu isinya.”“Apa kau takut mengakui kemenanganku, Radity?”“Hmp!”“Aku juga ingin memberitahukan pada Vanesha. Memangnya salah? Vanesha, tolong buka dan bacakan.”“Ta-tapi…” Vanesha ragu dan melihat Raditya yang memancarkan aura bencinya.“Tidak a

  • Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola   120. Kapan Ulangtahunmu?

    Ceklek!Andre terkejut ketika melihat isteri atasannya tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kerjanya.“Nyonya Widya, apa yang anda lakukan di sini?” dirinya sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan yang Surya perintahkan.“Andre, dimana suamiku? Kenapa dia tidak ada di ruangannya?”“Ya? Apakah anda baru dari sana?”“Andre, kalau kau tidak tahu, aku tidak akan datang kesini dan menemuimu untuk buang-buang waktu.” Widiya berpangku tangan menatap rendah pada Andre.“Nyonya Widya, saya juga tidak tahu kemana pak Surya. Karena saya pikir, beliau memang masih ada di sana.”“Andre, tidak mungkin kau tidak tahu kemana dia. Cepat katakan!”“Hah… Nyonya Widya, apa anda pikir, kalau Pak surya tidak akan marah dan kecewa pada anda yang seperti ini? Seharian ini, saya diberi banyak pekerjaan dan tidak bisa keluar dari ruangan ini kalau belum menyelesaikannya. Jadi, bagaimana saya bisa tahu beliau ada di mana? Kalau di ruangannya tidak ada?”‘Benar-benar menyebalkan. Mentang-mentang dia adalah isteri da

DMCA.com Protection Status