All Chapters of Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola: Chapter 71 - Chapter 80

128 Chapters

71. Diusir Dan Dicuri

Hari berikutnya, Vanesha sedang bersiap untuk pergi berangkat kerja. Dia tidak enak hati karena sudah berapa hari ini, tidak masuk kerja.“Kau sudah mau pergi, Vanesha?” tanya Hendrik. Hendrik, Inayah dan ayahnya, sudah berada di meja makan untuk sarapan. Yang menyiapkannya juga Inayah dan Vanesha sebelum dia mandi.“Vanesha, ayo makan dulu.” Ajak Inayah.Awalnya, Vanesha pikir kalau Inayah habis makan malam akan pulang, ternyata tidak. Malah menginap dan tidur bersama Hendrik. Tapi mereka berdua bersikap biasa saja, dan Vanesha tidak ingin menanyakan itu.“Ayah, gak apa-apa kan tinggal di sini?” tanya Vanesha.“Gak apa-apa. Kau kan sedang bekerja, Ayah tidak mau mengganggu waktu kerjamu.”“Maaf ya Pak, kami berdua juga harus pergi bekerja. Tapi, biasanya, jam sembilan pagi, ada orang yang datang untuk berberes di sini, sorenya orang itu akan pergi.” Kata Hendrik.“Iya, Tuan Hendrik.”Hendrik sudah melarangnya agar jangan memanggilnya ‘Tuan’, tapi karena Bayu bersikeras agar lebih sop
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

72. Tiga Gembok

“Makanya Bang, jangan terlalu baik sama orang kayak dia. Dia tuh memang sering banget bikin kesal. Padahal Bang Joko kan orang yang baik mau kasih tampung dan dua anaknya.”“Iya. Emang gak tahu diri banget tuh.”“Aku dituduh mencuri tas nya yang isinya pakaian dalam. Coba bapak dan ibu bayangkan, untuk apa aku mencuri pakaian dalam? Mereka malah mempermalukanku!”“Om… Om, sudah Om. Jangan… jangan menghina Ibuku lagi.” Dengan rasa ketakutan, Melody membujuk Joko. Dia memegang lengan pria itu. Saat Joko melihat wajah Melody, gadis itu semakin takut.“Om, ka-kalau Om ma-masih mempermalukan ibuku, ma-maka aku… aku akan katakan pada mereka semua ka-kalau Om su-sudah melecehkan aku dan… dan… Des-“Oh, lakukan! Lakukan saja! Bapa-bapak, Ibu-ibu, nih! Anaknya juga ikutan untuk menyerangku. Dia bilang kalau aku telah melecehkan dia dan adiknya. Ucapan tidak masuk akal apa itu?”Melody terkejut karena tidak menyangka Joko berani mengumumkan itu pada para warga. Malah sekarang dia yang merasa ma
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

73. Buka Kancing

“Maaf Tuan, saya merasa telinga saya gatal. Karena tidak tahan, saya mengoreknya dengan ujung jari. Saya akan pindah dulu supaya tidak mengganggu anda-“Berhenti disana!” Raditya melarang Vanesha untuk berpindah tempat.“Apa? Tapi, anda bilang, menjijikan?”“Duduk! Aku tahu itu hanya alasanmu saja supaya bisa nyantai kan?”“Bukan Tuan. Karena anda sendiri-“Jangan membantah! Duduk saja.”“Hah…” Vanesha kembali duduk di samping Raditya. Rasa gatal ditelinganya juga mulai berkurang. Raditya kembali fokus membaca naskahnya sambil angkat kaki.Karena merasa bosan, tidak ada perintah baru dari Radit, Vanesha hanya memainkan ponsel jadulnya. Sempat Radit melihat ponsel butut itu, dia berdecik, menggelengkan kepala.“Kalau gajian nanti, sebaiknya kau ganti saja ponselmu itu.” Ucap Raditya masih mengamati lembaran naskahnya.“Ya? Beli ponsel? Boro-boro beli ponsel baru, Tuan. Sekarang saja, hutang saya sudah banyak yang gak tahu berapa puluh tahun bisa saya lunaskan.”“Lebay.”“Saya gak lebay
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

74. Klimaks

Raditya mencium batang leher dibawah telinga Vanesha. Tentu saja dia merasa geli tapi tetap takut. Berusaha sekeras apapun untuk melindungi tubuhnya, tapi dia tetap pasrah ketika tangan Raditya yang besar itu menyentuh bagian-bagian sensitivenya.Vanesha menutup mata, mengalihkan wajahnya pada arah lain, sedangkan Raditya masih menikmati area itu.‘Sial! Padahal aku hanya ingin mencicipinya sedikit saja. Aku hanya ingin menggodanya, tapi kenapa aku merasa candu?’Merasa diabaikan, Raditya menarik kedua tangan Vanesha, dengan kedua matanya, melihat gundukan yang tidak terlalu besar itu. Agar tidak menghalangi bagian yang indah itu, Radit menahan kedua tangan Vanesha dibelakang punggungnya.Tali bra diturunkan, hingga hampir semua kelihatan, hanya bagian putingnya saja yang masih tertutupi.Lidah yang basah itu menyapu bagian gundukan itu. Vanesha berusaha menahan suaranya. Dan mereka masih sama-sama berdiri.Seperti binatang buas yang bergairah, Raditya terus meremas bokong Vanesha dan
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

75. Salad Atau Roti Selai?

Tengah malam, Vanesha diam-diam keluar dari kamarnya. Tubuhnya masih terasa lelah dan nyeri dibagian luar, terutama dadanya yang sampai meninggalkan bekas gigitan kecil berwarna merah.Hanya Raditya saja yang tidur, dan Vanesha tidak bisa memejamkan mata walau sebentar. Dia hanya menunggu dengan was-was sampai dia bisa kabur dari kamar Radit.Sedikit lagi dia akan sampai di pintu, tapi dia merasa kasihan ketika melihat majikannya yang tidur tanpa memakai selimut. Dan dia pun mendekati ranjang lagi hanya untuk menyelimuti Raditya.*Setelah pagi hari datang, Raditya turun berpakaian lengkap karena bersiap untuk syuting.Bayu juga sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Tuan Raditya.” Bayu berdiri dari kursinya untuk menyapa majikan puterinya.Vanesha mendengar ayahnya berbicara pada Radit, dan dia jadi gugup.“Dimana anakmu?” tanya Radit tanpa membalas sapaan Bayu.“Vanesha ada di dapur, dia bilang, sedang menyiapkan kopi untuk anda, Tuan. Sarapan juga sudah disiapkan, apakah anda ing
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

76. Raditya Minta Jatah

Belum juga keluar dari area halaman rumah, Raditya dengan sikap nakalnya malah sengaja menyentuh dan membelai paha Vanesha, yang mana kedua tangan gadis itu sibuk memegang kemudi mobil.“Tuan, anda tidak mau kita kecelakaan kan?”“Apa? Kau kurang konsentrasi? Padahal hanya memegang pahamu saja. Belum ketika aku memegang.. ini?” tiba-tiba tangannya naik kebagian dada.“Akh! Yang benar saja! Ayah saya masih berdiri dan melihat disana. Saya tidak mau dia curiga dan tahu!”“Jangan banyak memerintahku, Vanesha. Aku ‘Bos’ di sini, dan kau adalah bawahanku. Terserah aku menyentuhmu dibagian mana yang aku inginkan, karena yang kita lakukan tadi malam, untuk mengurangi bunga hutangmu saja masih jauh dari cukup. Jadi, fokus saja pada pekerjaanmu. Anggap, kalau kau mati, siapa yang akan mengurus ayahmu? Hm?”“Hah…” Vanesha menghela napasnya sambil geleng-geleng kepala. Mau tidak mau dia harus mengalah. Walau Vanesha tidak membertahukan apapun pada ayahnya, tapi Bayu mulai curiga, apalagi sejak m
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

77. Hendrik VS Raditya

“Bayu, kalian berdua ada dimana sekarang? Kata tetangga di sini, kalian pergi dengan seorang pria, ke mana?”“Gema, kenapa kau mencari kami sekarang?” suara tegas dari Bayu.“Bayu, kita masih suami dan isteri. Kau juga harus bertanggung jawab atasku dan anak-anak kita. Kalau pun kau dan Panes pergi, jangan menggembok rumah kita-“Rumah kita? Sejak kapan rumahku menjadi ‘Rumah kita?’ Sudah berapa kali kau melakukan ini, Gema? Kau selalu mengecewakanku.”“Bayu, aku minta maaf. Aku akan menjelaskan semuanya. Aku… aku melakukan itu karena… katanya, dengan uang yang aku pinjam bisa dibungakan menjadi lebih banyak lagi. Aku… aku rupanya tertipu, Bayu.” Gema pura-pura menangis agar Bayu mengasihaninya lagi.“Sekarang, kami berdua tidak tahu harus tinggal di mana lagi. Belum lagi, kami kehilangan Desi. Entah dimana dia sekarang. Pulanglah dulu, Bayu, tinggalkan saja kunci gemboknya. Biar aku yang menjaga dan merawat rumah kita… maksudku, rumahmu.”“Aku akan membahas ini dengan Vanesha, puteri
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

78. Hampir di pergok

“Berhenti! Tuan Radit, lepaskan kerah baju pak Hendrik! Anda bisa menyakitinya!” Vanesha berdiri ditengah untuk memisahkan mereka.“Kalian berdua! Ini di tempat umum, semua orang bisa melihat kalian sekarang, apa kalian tidak malu?!”Tidak ada perlawanan dari Hendrik, hanya Raditya yang masih menarik kerahnya dengan tatapan tajam mengancam pada Hendrik. Namun, pada akhirnya dia melepaskan Hendrik.Vanesha merasa lega, “Pak Hendrik, anda tidak apa-apa?”“Sini kau! Kenapa kau malah mengkhawatirkannya!” Radit menarik pergelangan tangan Vanesha kearahnya.“Vanesha, katakan padaku, apakah selama ini… dia memaksamu untuk melakukan itu?”“Me-melakukan apa, Pak?”‘Apa dia tahu yang kami lakukan?’“Memaksamu untuk membuat rumor itu agar rumor buruk tentangnya tertutupi dengan dia menjadikanmu pacarnya?”“A-apa? Pa-pacar? Saya dan… Tuan Radit?”“Iya. Dia pasti mengancam-mu kan?”Tidak ada ketakutan diwajah Raditya, “Tidak Pak. Saya… dia tidak memaksa saya. Dan… kami tidak ada hubungan apa-apa,
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

79. Klik!

Klik!Raditya duluan keluar dari mobil. Tanpa merapikan pakaiannya yang semua kancing sudah terbuka dari kemerjanya.“Tu-Tuan Radit, a-anak sa-saya?”“Kau lihat saja sendiri, Pak tua.” Ucap Raditya melewati Bayu.Bayu membuka lagi pintu mobilnya untuk melihat keadaah puterinya, “Vanesh?”“A-Ayah?” Vanesha berusaha untuk tetap tenang. Untungnya dia sudah merapikan pakaiannya dengan cepat sebelum ayahnya melihat penampilannya yang terbuka.Bayu ingin memeriksa Vanesha dengan penglihatannya sekilas, ‘Tidak ada yang terluka. Apa aku terlalu curiga ya?’ pikirnya.Vanesa turun dari arah berlawanan, “Ayah, kenapa Ayah masih di luar? Ayo masuk, Yah.”“Iya, Nak.” Bayu menutup lagi pintu mobil tempat Raditya duduk tadi.“Kenapa Ayah belum tidur?”“Ayah tadi sudah sempat tidur, Nak. Tapi, karena mendengar kalian baru pulang, Ayah ingin menyambutnya.”“Lain kali tidak perlu, Yah.”“Hey! Aku lapar! Cepat antarkan makanan ke kamarku!” suruh Raditya berdiri di tangga.“Iya, Tuan.”‘Bukankah sebelum
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

80. Aku Harus Pergi

Raditya menggeser posisinya. Dia maju dan berdiri didepan Vanesha. Karena tubuhnya yang tinggi, dia menurunkan posisi kepalanya untuk bisa melihat wajah Vanesha. Dengan paksaan dari tangan Raditya, Vanesha melihat wajah artisnya itu yang sudah memerah dan penuh nafsu.Selanjutnya, dia mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Vanesha. Karena takut dan malu, Vanesha menutup matanya dengan terpaksa. Raditya juga menutup matanya, tapi karena sedang menikmatinya.‘Kapan ini berakhir?’ pikir Vanesha.“Eh…?” sampai Vanesha membuka matanya karena tiba-tiba merasakan tubuhnya terangkat. Rupanya Raditya menggendongnya seperti karung beras.Brugh!“Akh…” rasanya punggung dan bokongnya terasa sakit.Sreeett…Dengan kedua tangannya, Raditya merobek kemejanya jadi dua bagian.Tatapan yang tajam dan bernafsu melihat Vanesha. Wanita itu ingin mundur, tapi segera kakinya ditarik Radit, “Kau mau ke mana? Aku sudah bilang kan? Kau harus memuaskanku sampai rasa ‘Lapar’ ku hilang.” Dia menarik kaki Vanesh
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status