All Chapters of Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola: Chapter 81 - Chapter 90

128 Chapters

81. Mana Yang Kau Pilih?

“Ini adalah gajimu, Vanesha.” Hendrik baru saja memberikan gaji pada Vanesha.“Ada apa? Kenapa kamu malah kebingungan begitu? Aku sengaja menambahkannya karena bulan ini kamu begitu banyak lemburnya. Makanya, aku mentransfernya lebih dari gajimu.”“Anu… itu, Pak. Kenapa saya gajian?”“Hah? Ma-maksudnya bagaimana, Vanesha?” sekarang Hendrik pun ikutan bingung.“Maaf Pak, saya kan punya hutang pada tuan Raditya.”“Yang 200-an juta itu?”“Bukan, bukan hanya itu saja Pak. Sebelumnya saya sudah minta gaji bulan ini beberapa minggu yang lalu. Maksudnya, saya sudah minta gaji saya lebih cepat, tapi kenapa sekarang saya di kasih gaji lagi? Dan, anda sudah tahu hutang yang ratusan juta itu, seharusnya gaji saya dikurangi kan Pak?”Hendrik masih bingung dengan ‘Meminta gaji lebih dulu’, karena dia tidak tahu itu.“Mmm, mungkin karena… Raditya tidak memberitahukanku. Tapi… ambil saja.”“Ta-tapi Pak, kalau saya menerima gaji ini, hutang saya sama saja tidak berkurang, malahbertambah lagi.”“Gak a
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

82. Pindahan?

“Apa kau minum obat perangsang? Tapi, seharian ini tidak ada scene ranjang kan?” tanya Hendrik. Dia melihat ‘Pentungan’ artisnya tegak dan mengeras dari balik celananya.“Tidak. Memang ukuran milikku seperti ini kan?” bukan karena malu, Radit tidak mau reaksi bagian bawahnya dilihat Hendrik. Dia menurunkan ‘Senjatanya’ agar turun kembali.“Radit, jangan pikir aku tidak tahu seberapa besar ukuran milikmu walau belum bangun. Memang, belum bangun saja, sudah besar, tapi yang sekarang aku lihat, ini jauh lebih besar dari biasanya.”“Apaan sih kau. Kenapa malah membahas kelaminku?”“Radit, akhir-akhir ini, aku melihat hubunganmu dengan Vanesha aneh. Padahal dulu, kau begitu membenci gadis itu. Setiap hari kalian hanya bertengkar dan berdebat mempertahankan pendapat kalian. Tapi…“Kenapa? Bukankah itu baik? Kau sendiri bilang, agar kami tetap akur kan?”“Iya. Tapi ini terlihat aneh. Kedekatan kalian seperti memiliki hubungan rahasia. Apa kau dan Vanesha telah menjadi sepasang kekasih?”“Pft
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

83. Rumah Sakit

“Terima kasih pada Tuan Raditya karena mau memberi kami tumpangan untuk tinggal di sini. Saya, secara pribadi, tidak akan pernah melupakan kebaikan anda, pada saya, khususnya pada puteri saya.” Bayu menundukan kepalanya dihadapan Raditya.“Hm! Ya mau bagaimana lagi, karena menyangkut dengan asisten pribadiku, aku juga yang kerepotan nantinya.” Raditya melihat Vanesha, “Jadi, sudah diputuskan ya?”“Iya, Tuan. Saya akan hantarkan ayah dulu ke rumah, dan… saya akan kembali ke sini lagi.”“Vanesh? Apa kau tidak tidur di rumah kita?” tanya Bayu. Dia tidak tahu tentang perintah dari Raditya pada puterinya.“Tidak Ayah. Karena, besok pagi, tuan Raditya ada jadwal. Saya tidak boleh terlambat mengantarnya.”“Ka-kalau begitu, biar Ayah pulang sendiri saja.”“Tidak mungkin aku membiarkan Ayah pulang sendiri.”“Atau, bagaimana kalau kalian berdua tinggal disini saja?”“Tidak boleh!”“Tidak usah!”Serentak, ayah dan anak sama-sama memberi jawaban penolakan sampai Raditya terkejut dengan kekompakan
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

84. Radit Pingsan

Baru saja Raditya turun dari taksi yang dipinggir jalan, “Mas, Mas! Ongkosnya mana? Jangan asal pergi tapi ongkosnya belum dibayar!” teriak supir ketika Raditya baru turun tapi mau lari.“Sial! Aku lupa.”“Jangan bohong! Bilang saja mau nipu!”Radit mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan, “Ini! Cukup kan?!” tanpa menghitungnya, Radit berikan begitu saja dan diapun pergi ke dalam.“Wah… inimah lebih dari cukup.” Supir itu memungut uang yang berantakan. Tidak perduli diberikan dengan tidak sopan, yang penting uangnya banyak.Dengan berlari dan melihat disekitarnya, untuk mencari Vanesha.“Dimana Vanesha?!” dia bertanya pada salah satu suster yang tidak tahu siapa yang radit maksud. Orang-orang disana, terpesona sekaligus heran dengan penampilan Radit yang berantakan.“Bukankah dia seperti… aktor?”“Saya… saya tidak tahu siapa yang anda maksud. Tapi, lebih baik anda tanyakan saja dulu dibagian-“Tuan?”Radity melihat Vanesha dibelakang suster tersebut. Dia pun menghampiri Vanes
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

85. Raditya di Bopong

“Ya ampun, kenapa dia tega sekali mendorong seorang wanita yang sudah tua.”“Iya, aku juga tidak menyangka dia melakukan itu.”“Ckckckck, tampan pun dia, tapi hatinya jelek.”Mereka semua mengartikan betapa jahatnya Raditya. Ada yang merekam kejadian dan langsung disebar melalui media sosial.“Itu karena kalian semua yang tidak sopan!” Vanesha bersuara membela Raditya.“Dia sedang sakit dan baru keluar dari ruang pasien, tapi kalian malah menyerbunya untuk minta foto, dan kalian juga yang lebih dulu mendorongnya!”“Vanesh.”“Lalu, kenapa kalian juga yang sembarangan menilai orang lain?!”“Vanesh, hentikan.”“Ini rumah sakit, bukan tempat untuk jumpa fans!”“Ck, aku bilang berhenti! Ayo pergi!” Radit menarik tangan Vanesha. Walau sudah ditarik tangannya pun, Vanesha masih mengoceh memarahi mereka.Radit terus menariknya sampai di parkiran, “Apa yang kau lakukan?” dia memarahi Vanesha.“Saya kesal, Tuan. Mereka gak tahu apa-apa, tapi seenaknya saja menghina anda. Apa anda terluka lagi?”
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

86. Suara Apa itu?

“Aduh…?”“Ma-maafkan kami Non. Kami gak sengaja.” Mereka berdua panik. Karena terburu-buru, ketika hendak membaringkan Raditya, malah tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Untungnya, Radit jatuh ditempat tidur.“Iya Pak, gak apa-apa. Mungkin dia gak akan mengingatnya. Tapi, lain kali, pelan-pelan ya Pak.”“Iya Non. Anu, apa ada lagi?”“Enggak, gak ada Pak. Terima kasih ya Pak.”“Kami permisi ya Non.”“Pak, tunggu.”“Iya Non?” mereka berdua menoleh melihat kebelakang.“Ap… ada orang aneh yang berdiri didekat rumah gak?”Dua satpam itu saling melihat, “Maksudnya, Non?”“Maksud saya, ada orang yang suka mengintip didekat rumah? Wartawan, penguntit, atau apa gitu.”“Oh… kayaknya gak ada deh Non.”“Tapi waktu itu pernah ada seseorang, udah lama sih.” Kata satpam yang lain.“Apa pernah lihat wajahnya?” tanya Vanesha.“Tidak, tidak sempat lihat karena dia pakai masker yang menutupi wajahnya gitu. Tapi, udah lama juga Non. Kenapa Non? Apa Non lihat orang aneh di rumah ini?”“Mmm, gak yaki
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

87. Radit Gak Mau Lepas Memeluk

“Suara apa itu?” Vanesha mematikan kompornya dulu, namun lupa meninggalkan sendok sayur ditangannya. Dia berlari secepat mungkin, “Aduh…” tersandung kakinya sendiri, dan lututnya tergores. Tidak sempat untuk mengeceknya lagi, dia berdiri dan berlari sampai masuk ke dalam kamar majikannya, “Tuan, anda kenapa??”Rupanya Radit sudah bangun, berdiri di ujung ranjang. Ketika Vanesha datang, dia membalikan badan, berjalan cepat mendekati Vanesha.“Tu-Tuan?”Greb!Vanesha terkejut ketika pria itu memeluknya. Kedua tangannya terangkat, ragu untuk memeluknya juga.“Tuan, anda.. duduk dulu. Karena anda berat.” Masih dalam keadaan dipeluk, Vanesha berjalan menuju tempat tidur untuk meletakannya. Raditya menyandarkan kepalanya dipundak Vanesha.‘Dia kenapa? Apa dia mengigau?’Tap!Vanesha memerika kening Radit, “Kenapa anda semakin panas begini? Makanya sudah aku bilang untuk berbaring atau tidur! Anda keras kepala sekali.”Tok! Tok! Tok!“Vanesh?”“Eh? Pak Hendrik? Anda sudah datang?”Hendrik ma
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

88. Banyak Wartawan

Sementara Vanesha sedang sibuk di dapur, Hendrik berada di kamar Radit, bersama si empunya rumah.“Radit, kau harus melihat ini.” Dia yang tadinya duduk di sofa dan menonton video yang sedang viral di ponselnya, ditunjukan pada Radit.“Aku adalah pasien, kenapa kau memberi beban pikiran padaku?” tanya Radit menolaknya sebelum melihat video tersebut.“Kau lihat saja dulu! Memangnya siapa yang ada di dalam video ini? Kau dan Vanesha!”Raditya pun mau untuk melihatnya. Dia mengernyitkan keningnya ketika melihat, ada banyak video tentangnya dan Vanesha yang tersebar, bahkan video terakhir, ketika Vanesha dan Raditya berada di rumah sakit.“Apa ini ulah wanita itu?” tanya Radit.“Ya, siapa lagi.”“Tapi, sepertinya aku tidak melihatnya di sana.”“Dia pintar. Dia bisa bersembunyi dimana saja, juga bisa menyamar. Sudah aku bilang, kau harus berhati-hati bertindak. Sekarang, bukan hanya kau, Vanesha pun jadi ikut terlibat.”Raditya mengabaikannya.“Bagaimana kalau ayahmu tahu dan-“Jangan memb
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

89. Tenangnya Raditya

Tetap saja, mereka tidak pergi. Mereka menunggu didepan gerbang untuk bisa bertemu dengan Raditya, walau sudah malam, atau tengah malam.Hendrik juga sudah pergi, dan tinggallah Raditya dan Vanesha.“Apa yang kau lakukan?”Vanesha terkejut karena Raditya tiba-tiba memeluknya dari belakang, ketika dia sedang melihat mereka dari jendela kamar Raditya.“Tu-Tuan, apa sebaiknya saya buatkan kopi untuk mereka?” Vanesha tidak berani menoleh kesamping karena sang artis sedang mencium lehernya.“Biarkan saja. Untuk apa kau repot memikirkan mereka? Toh itu keinginan mereka sendiri kan?” leher belakang gadis itu juga tak luput dari ciumannya.“Ta-tapi, pasti itu karena desakan pekerjaannya juga.”“Ya, dengan menjadikanku sebagai bahan berita mereka. Biarkan saja.”Vanesha masih merasa kasihan. Raditya terganggu dengan cara Vanesha melihat mereka begitu perduli.Sengaja, Raditya mengganggu Vanesha dengan menggodainya lagi. Dia membuka satu persatu kancing kemeja Vanesha.“Tuan, hentikan!”“Kenapa
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

90. Vanesha Hilang?

Plak!“Apa lagi ini?” seorang pria tua, marah dan melempar majalah diatas meja, dihadapan sekretarisnya.“Andre! Bisa kau jelaskan ini? Kenapa anak itu selalu saja membuat masalah? Film porno?” Surya Bagaskara, pria berusia 56 tahun. Dia memarahi sekretarisnya, Andre, yang berusia 30 tahun.“Maafkan saya, Pak. Saya juga baru mendapat berita seperti itu.” Andre membungkuk berusaha mereda kemarahan atasannya.Surya duduk kembali di kursi sambil menarik dasinya. Karena tadi dia marah-marah, membuat urat sarafnya menegang dan kesulitan bernapas.“Cari dan selidiki wanita itu! Bawa dia dihadapanku, aku ingin bertemu dengannya. Kau dengar kan, Andre?”“Iya Pak. Saya akan segera membawanya.”“Hah… keluar sekarang.”“Baik Pak.” Andre pun keluar, meninggalkan bos-nya sendiri yang masih marah.“Hhuuff… anak itu tidak pernah bisa mengerti apa yang dia lakukan. Pergi dari rumah, malah membuatnya menjadi seorang pria brengsek! Kalau saja dia patuh padaku, dia bisa menggantikan posisiku sekarang.”
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status