All Chapters of Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola: Chapter 91 - Chapter 100

128 Chapters

91. Ayah Raditya?

Vanesha yang pergi meninggalkan Raditya karena malu, sendirian kearah parkiran mobil.“Kenapa Tuan Raditya tidak bisa mengerti sedikit saja. Aku… aku tahu kalau aku ada hutang dan harus aku bayar, tapi… haruskah aku dipermalukan seperti itu? Sekarang, semua orang, bahkan sutradaranya saja sudah melihatku didalam kamar, mereka pasti mengira, akulah yang merayu Raditya!” Vanesha bicara sendiri setelah duduk di kursi kemudi mobil.Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba ada suara, yang membuatnya mengangkat kepala dan melihat dua orang pria berseragam ala kantoran berdiri disamping mobilnya.‘Siapa mereka?’Vanesha hanya menurunkan sedikit kaca jendela mobilnya, asalkan suara mereka dan dia bisa terdengar.“Permisi, maafkan kami. Apakah anda Nona Vanesha? Asisten dari Tuan Raditya?”“Ya? Memangnya ada apa ya Pak?”“Atasan saya ingin bicara dengan anda, mengenai tuan Raditya. Bisakah anda meluangkan waktunya sebentar?” pinta mereka dengan ramah tanpa meninggikan suara.“Maaf Pak, saya gak kenal. Kalau m
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

92. Siapa Disana?

Raditya tidak tahu kalau Vanesha berada diantara mobil-mobil yang parkir. Tapi, Vanesha dan Surya melihat kebingungan Raditya yang mencarinya.“Kau lihat itu? Dia begitu panik, pasti dia sedang mencarimu.”“Tentu saja dia panik mencari saya, Pak. Saya kan asistennya. Saya juga harus mengemudikan mobil untuknya kemanapun tujuannya. Sekarang, biarkan saya pergi. Karena dia akan semakin marah kalau saya belum datang. Dia ingin pulang dan berisitirahat.”“Baiklah, kau sudah bisa pergi. Tapi, kau harus berjanji padaku.”“Janji? Janji yang seperti apa yang anda inginkan?”“Jangan katakan padanya tentang pertemuan kita. Dan berikan aku nomor ponselmu. Jika ada yang ingin aku bicarakan padamu, maka kau harus menerima panggilan teleponku.”“Maaf Pak, saya tidak bisa. Anda bermaksud saya menjadi mata-mata untuk anda kan? Saya tidak sekejam dan setidak tahu diri itu pada majikan saya.”“Baiklah. Kalau begitu aku akan menculik ayahmu yang berpenyakitan itu.”“Apa yang ingin anda lakukan padanya?
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

93. Buka Pintunya!

“Maafkan aku, Kak, Ayah. Aku… aku tahu kalau aku sudah banyak melakukan kesalahan pada kalian berdua.” Desi menangis dan minta maaf, berlutut melipat tangan didepan Vanesha dan Bayu.“Desi, apa yang kamu lalukan?! Ayo bangun!” Vanesha tidak tega ada orang yang berlutut padanya, walau orang itu pernah bersalah padanya, begitu juga dengan Bayu.“Desi, kami sudah memaafkanmu, Nak.” Bayu, begitu tulus dan ikhlas. Dia mengusap kepala Desi, “Tidak pernah sekalipun Ayah membeda-bedakan kau dan Vanesha, kalian bertiga, sama, adalah puteriku. Sekarang, asalkan kamu sudah baik-baik saja sekarang, itu lebih baik daripada kamu terpisah dari ibu dan saudaramu dan tidak punya tempat tinggal.”“Desi, apa kamu sudah makan? Mau Kakak bikinkan makanan?”“Gak usah Kak. Kakak juga kan, baru pulang bekerja, aku gak mau merepotkan Kakak.”Kkrryyuukkk…kkryyuukkk…“Gak kok, gak merasa direpotkan. Tuh, perutmu sudah bunyi. Tunggu sebentar ya, Kakak buatkan makanan.” Vanesha pergi ke dapur, lalu Desi mengikuti
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

94. Gadis Bodoh

Setelah menutup pintu, tidak ada gangguan lagi sehingga raditya bisa mencumbui Vanesha sesuka hatinya.Brugh!“Aduh…” dengan sengaja, Raditya mendorong Vanesha hingga jatuh dan berbaring di tempat tidur. Ketika dia ingin bangkit, Raditya sudah menahannya dengan berada diatas tubuhnya.“Tuan, lepaskan saya. Di luar, ada pak Hendrik.”Tapi Raditya tidak perduli. Dia menurunkan posisi tubuhnya untuk mencium Vanesha.‘Akh… sial. Apakah memang setiap hari, ‘Itunya’ akan selalu berdiri seperti sekarang?’ ucap Vanesha didalam hati. Dia merasakan ada tonjolan yang menyentuh perut bawahnya.“Buka mulutmu!” kata Raditya, mengarahkan wajah Vanesha, memegang kedua pipinya agar tidak dialihkan.“Tuan, sekarang anda harus segera berangkat ke lokasi syuting. Apa tidak bisa ‘Tradisi’ anda ini tidak kita lakukan dulu? Mengingat waktu anda-“Aku bilang buka mulutmu! Ingat! Kau sudah jadi milikku karena hutangmu. Sudah berapa hari ini, kau selalu melewatkannya.”“Tapi anda selalu melakukannya di lokasi
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

95. Dimana Puteri Saya?

Diam-diam, tanpa sepengetahuan Raditya, Vanesha dan Surya Bagaskara berkirim pesan.‘Aku sangat takut kalau ketahuan oleh Radit.’ Vanesha melihat dan harus mengetahui keberadaan Raditya, ‘Untunglah dia masih syuting. Lagipula, kenapa orang ini menanyakan kabar anaknya sendiri padaku, bukannya langsung bertemu dan bicara dengannya?’Ddrtdd… drttdd…“Aduh, padahal aku sudah bilang, gak usah menghubungiku, tapi kenapa dia malah menghubungiku sih?”“Hallo Pak?” Vanesha berpindah tempat untuk menjawab panggilan dari Surya, ayah dari Raditya. Setiap gerak-gerik Vanesha, selalu Radit pantau, ‘Dengan siapa lagi dia bicara?’ pertanyaan yang ada di dalam pikirannya.“Iya Pak, sekarang saya sedang menemani tuan Raditya syuting.”“Iya, dia sehat dan baik-baik saja.”“Tidak, pak Hendrik sudah membantu dan menangkap si penguntit itu.”“Pak, maafkan saya, tapi saya harus menutup teleponnya, saya takut kalau tuan Raditya curiga dan memarahi saya.” Vanesha masih melihat kalau Raditya sedang syuting, d
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

96. Lele Goreng

“Hey, bangun tukang tidur.” Raditya membangunkan Vanesha atas desakan Bayu.“Mm… makanannya ada di dapur…” oceh Vanesha yang masih dalam keadaan tidur.“Apa yang kau katakan? Cepat bangun, ada telepon dari ayahmu!”“Apa? Dari Ayah?” Vanesha bangun tiba-tiba, dan mata Raditya melihat jaket yang tadi Vanesha pakai terjatuh dibawah.“Ambil dulu jaketku itu. Keterlaluan sekali, setelah memakainya sampai puas, kau malah membuangnya? Tidak sopan.”“Ah… maafkan saya Tuan.” Setelah mengambil jaket tersebut, “Mana, berikan ponselnya pada saya, Tuan.”“Ck, ini! Kau terlalu terburu-buru.” Tapi Radit malah masuk ke dalam mobil, “Anda… tidak syuting lagi?” tanya Vanesha karena terasa canggung.“Jangan hiraukan aku, bicara saja pada ayahmu yang dari tadi mengomel. Aku mau tidur dulu.” dengan melipat tangan dan memejamkan mata, padahal dia sengaja disana untuk mendengar apa yang Vanesha bicarakan.‘Apa aku turun saja dan tidak mengganggunya yang lagi tidur?’“Jangan pergi ke mana-mana karena aku tid
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

97. Apa Kau Diancam?

“Iya Inayah, aku sudah membeli pesananmu, aku akan mengantarkannya sekarang.” Hendrik baru keluar dari mall yang tidak jauh dari café tempat Vanesha bertemu dengan Surya.Langkah kakinya berhenti ketika melihat seorang wanita yang dia kenal keluar dari tempat itu, ‘Itu… Vanesha kan? Apa yang dia lakukan disini? Apakah bersama Raditya juga?’“Hendrik? Hendrik, kamu kenapa?”“Maafkan aku Inayah. Hanya saja, sepertinya aku melihat Vanesha tadi, tapi dia tidak menyadari aku di sini.”“Memangnya kenapa kalau Vanesha dari sana? Mungkin ada yang dia beli juga karena permintaan Raditya.”“Hm… aku rasa bisa jadi. Baiklah, Inayah, mungkin aku sedikit agak lama bertemu denganmu ya, karena aku ingin bicara dulu dengan dia.”“Baiklah, tidak apa-apa.”“Terima kasih ya, sampai jumpa Sayang.”Setelah menutup teleponnya, Hendrik berjalan ingin menghampiri Vanesha sambil memasuki ponsel kedalam saku jas-nya, ‘Dia benar-benar sendiri.’“Vanesha!” Hendrik memanggil Vanesha yang hendak masuk ke dalam mobi
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

98. Pacaran Sejenis?

“Saya tidak tahu, apakah ini termasuk ancaman atau tidak. Tapi, pak Surya bilang, kalau saya tidak mau kerja sama dengannya, maka dia juga akan menyebarkan video-video saya bersama tuan Raditya, dengan editan yang lebih canggih lagi seolah kami berdua benar-benar melakukannya.”“Ya ampun, memang, bapak dan anak, otak kejamnya selalu sama. Apa yang dia inginkan darimu?” Hendrik ingin mendengarnya lebih serius lagi karena semakin penasaran.“Dia hanya memintaku untuk selalu memberitahukan tentang dimana dan apa yang tuan Raditya lakukan. Apakah dia sehat, sakit? Atau dengan siapa dia sedang dekat.”“Hmm… permintaannya tidak terlalu sulit ternyata.” Hendrik meneguk kopinya lagi, “Tapi, kenapa dia tidak melakukannya sendiri?”“Saya jug bertanya seperti itu, tapi bukannya menjawab, malah menyudutkan saya dengan ini dan itu. Apalagi, bawa-bawa tentang keadaan ayah saya.”“Hah… benar-benar rumit ya, hubungan anak dan orang tua ini.”“Pak, saya mau tanya, kenapa… kenapa pak Surya dan tuan Rad
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

99. Lahir karena 'Kecelakaan'?

“Apa? Rumor apa lagi itu?”“Anda tidak tahu?” Vanesha menatap tidak percaya, apalagi Hendrik menjawab dengan gelengan kepala.“Sudah banyak gosipnya. Saya.. sempat tidak percaya, karena saya tahu kalau anda juga sering mendapat ocehan dari tuan.”“Hahaha… ya, untungnya kau masih bisa berpikir waras ya. Mereka itu, selalu saja menerka-nerka sesuka hatinya saja. Bahkan, walau pun seandainya itu tidak benar, tapi mereka tidak perduli. Yang penting, bisa menghasilkan cuan, atau dibilang ‘Akrab’ dengan orang lain. Tapi Vanesh, rumor-rumor seperti itu, jangan dengarkan. Intinya, Raditya masih normal, masih menyukai lawan jenis. Buktinya, dia dekat dan mau disentuh olehmu kan?”“Iya.” Vanesha mengangguk kepalanya dengan cepat, karena bukan hanya dia yang menyentuh, Raditya-lah yang lebih banyak menyentuhnya.“Kau tahu, Vanesha? Saking Raditya tidak mau berhubungan dengan perempuan, dia sampai harus meminum obat perangsang untuk merangsangnya.”“Ya?”“Iya. Setiap adegan ranjang, dia harus min
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

100. Dasar Jorok!

Vanesha sesekali melirik Raditya yang duduk disampingnya, tertidur, sementara dia sedang mengemudikan mobil, perjalanan menuju pulang.‘Kalau dia tidur begini, rasanya dia anak yang sangat baik dan tenang. Tapi kalau sudah bangun… siapa yang bisa tahan dengan ocehannya.’Vanesha teringat juga dengan obrolannya ketika bersama Hendrik, rasa iba dan kasihannya muncul. Seketika, benci dan dendamnya pada Raditya menghilang.“Fokus pada jalannya, jangan melihatku.” Kata Raditya.“Ya? Anda kok tahu? Ups…”“Terkadang mulutmu bisa lebih jujur daripada otakmu.”“Ya maaf Tuan. Soalnya, kalau anda sedang tidur begini, rasanya tentram sekali.” Ucapnya sembari tertawa kecil agar tidak canggung.“Malam ini kau harus tidur di tempatku.”“Apa? Ti-tidak mau Tuan. Saya harus pulang karena mengurus-“Bukankah ada adikmu? Bahkan pulang sekali sebulan juga, tidak apa-apa kalau alasanmu untuk mengurus ayahmu.”“Tapi tetap saja Tuan. Adik saya harus berangkat sekolah, dan selama itu, ayah pasti sendirian di
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status