Semua Bab Kontrak Cinta Dengan CEO Dingin: Bab 61 - Bab 70

115 Bab

Bab 61

Sore itu, setelah seharian berada di balik meja kasir kafe, Sandara merasa lega dapat menutup harinya dengan didampingi Bima yang dengan penuh perhatian menjemputnya usai kerja. Mobil melaju menuju rumah tua yang selama ini dipenuhi oleh ingatan-ingatan tentang ayahnya yang sangat dia cintai. "Ayah," suara Sandara bergetar saat mereka memasuki rumah. Langkahnya gontai menapaki kenangan yang terpatri di setiap sudut. Seorang pria paruh baya, Pak Sudiro, keluar dari ruang tengah dengan wajah yang menampakkan kerinduan. "Dara," suaranya serak dan hati-hati dia mendekat, kemudian memeluk putrinya erat-erat. "Kamu nggak apa-apa kan?" Pak Sudiro menelisik Sandara dari ujung kaki hingga ujung kepala, mencari tanda-tanda kecemasan. "Dara nggak apa-apa, Ayah," Sandara membalas dengan senyum yang terpaksa, sementara matanya tak kuasa menahan gumpalan air mata. Bima mengikuti di belakang dengan tatapan penuh perhatian. Dia mengerti betapa pentingnya momen ini bagi Sandara. Pak Sudi
Baca selengkapnya

Bab 62

Sandara terbangun dan kebingungan masih merajai pikirannya. Dia memeriksa sekitar kamarnya dan, dengan kaget, menyadari Bima terbaring di sampingnya. 'Ini benar-benar nyata,' pikirnya. Bukannya tadi malam dia tidur sendiri? Bima, suami kontraknya, seharusnya ada di kamarnya sendiri. Sementara dia tengah dilanda kebingungan, Bima, tanpa suara, menariknya lebih dekat dengan pelukan yang hangat. “Om, kenapa Om Bima tidur di sini? Kangen sama gue, ya?” tanya Sandara, suaranya bergetar pelan. Bima hanya menghela nafas, tetap dengan wajah tersembunyi dalam pelukan, meninggalkan pertanyaan itu menggantung di udara yang dingin. Seolah mencari perlindungan dari pertanyaan Sandara. Dengan napas berat, ia akhirnya bersuara dengan suara serak, "Maaf, Dara. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berakhir di sini. Aku... aku mungkin berjalan dalam tidurku." Sandara masih tidak percaya, matanya membulat seraya ia mencoba mengingat setiap detail semalam. Tapi memori itu kabur, tidak jelas. Rasa b
Baca selengkapnya

Bab 63

"Yuk Dara, hanya kali ini," Vino merayu sambil membukakan pintu mobilnya, berharap Sandara menerima ajakannya. Sandara, yang sedang mencoba menjaga jarak, merasa terpojok. Dia berpura-pura menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebelum segera menarik Alin yang berdiri di dekatnya. "Saya bawa Alin juga, Pak," katanya, berusaha mencari alasan untuk tidak bersama Vino saja. Vino hanya mengangguk, tampaknya bersedia menerima kondisi apa pun asalkan bisa bersama dengan Sandara. Mereka bergerak menuju pasar malam di alun-alun kota. Cahaya lampu mobil yang remang-remang menerangi wajah Sandara, membuatnya tampak lebih menawan di mata Vino yang sesekali melirik lewat spion. "Kenapa sih harus ajak gue? Seharusnya bilang aja kalau enggak mau," bisik Alin kesal. Sandara menghela napas. "Gue enggak tega menolaknya langsung, makanya gue ajak lo, biar nggak cuma berdua dengan Vino!" balasnya dengan nada frustrasi, merasa sahabatnya itu kurang peka dengan situasi yang dia hadapi. Alin m
Baca selengkapnya

Bab 64

Saat mereka baru saja duduk di dalam mobil, Bima langsung menyalak, "Sudah aku katakan jangan pernah memiliki hubungan dengan pria lain. Kamu itu istriku, Dara!" Nada suaranya meninggi, vein di lehernya terlihat menonjol. Sandara memiringkan kepala, kedua alisnya bertaut. "Gue nggak punya hubungan apa-apa sama Vino, Om," katanya sambil berusaha menenangkan Bima dengan nada yang lembut. "Nggak ada hubungan? Omong kosong," desis Bima tanpa menatap wajah Sandara, matanya tetap fokus di depan saat mesin mobilnya hidup dengan deru. "Kalau nggak ada hubungan apa-apa, kenapa kamu sama dia bisa di pasar malam?" sarkasme menggantung di ucapannya, sudut bibirnya tersungging seolah meremehkan. Sandara mengerucutkan bibir, menelan ludah, "Ya kan nggak enak gue nolaknya," sahutnya coba menjustifikasi sikapnya tanpa mengundang amarah lebih jauh. Bima mendengus, frustrasi. "Apa susahnya bilang kalau kamu nggak mau? Kamu bisa menolaknya dengan bilang kamu sudah menikah," tuntutnya, matanya
Baca selengkapnya

Bab 65

Sandara melangkah riang menuju mobil yang terparkir, senyum mengembang di wajahnya. Di tangannya bergelantungan kresek penuh jajanan yang Bima belikan. "Dara, awas jalannya," Bima memperingatkan saat Sandara nyaris tersandung seorang pengunjung di pasar malam itu. Sandara hanya menimpali dengan senyum nakal tanpa mengalihkan pandangan dari bungkusan di tangannya. Tiba di mobil, dia tidak bisa menahan diri lagi. Segera membuka salah satu kantong plastik, wajahnya berseri-seri saat aroma telur gulung hangat menyapa hidung, hampir membuat air liurnya menetes karena tergoda. Dia membuka bungkusan itu dengan cekatan, dan segera menggigit satu dengan penuh selera. Bima, yang sedang membuka bagasi mobil, melirik ke arahnya dan tersenyum melihat betapa bahagianya Sandara. "Enak?" tanya Bima, sambil menutup bagasi dan berjalan mendekati Sandara yang masih asyik mengunyah. "Mmm, enak banget!" sahut Sandara dengan mata berbinar, sebelum mengambil gigitan lain. Ia kemudian menawarkan satu k
Baca selengkapnya

Bab 66

Sandara merasakan senyumnya yang sebelumnya mengembang seketika luntur saat matanya menangkap sosok Reva yang berdiri di dalam apartemen dengan tatapan tajam. Ia segera meluncur turun dari gendongan Bima, suami kontraknya, dengan wajah yang mulai pucat. Reva, dengan rambut tergerai dan mata menyala-nyala, melangkah mendekat dengan kemarahan yang jelas terpampang. "Dasar wanita jalang! Kenapa kamu merebut kekasihku!" teriak Reva, tangannya terangkat dengan kuku panjang yang siap mencakar wajah Sandara. Namun, sebelum tangan Reva sempat menyentuh kulit Sandara, Bima dengan sigap menepis tangan tersebut. Gerakan tegas Bima membuat Reva terhenti, matanya terbelalak tak percaya. "Cukup Reva!" bentak Bima dengan suara yang menggema di ruangan tersebut, membuat Reva terkesiap. "Kamu membentakku? Kamu lebih membela dia?" raut wajah Reva beralih dari marah menjadi sakit hati, matanya berkaca-kaca menatap Bima yang berdiri tegak melindungi Sandara. Bima menatap Reva dengan pandangan ya
Baca selengkapnya

Bab 67

Sandara meremas tangannya dengan kuat, saraf-sarafnya tegang, dan jantungnya berdetak kencang. Ia menatap Bima dengan tatapan penuh pertanyaan, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi setelah Reva meninggalkan apartemen mereka. Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya suara deru napas mereka yang terdengar memecah keheningan. Akhirnya, dengan suara yang berat dan penuh keraguan, Sandara memutuskan untuk bertanya, "Om, apa benar gara-gara gue, Om Bima sama Reva putus?" Bima yang telah lama terdiam, memandang Sandara dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajahnya tampak lesu dan matanya yang sayu menandakan bahwa dia telah lelah. Dengan suara yang serak, Bima menghela napas panjang seolah berat untuk mengungkapkan kata-kata. "Semua nggak ada hubungannya sama kamu," ujarnya pelan. Ada getaran emosi yang terpendam dalam setiap kata yang diucapkannya. Dia menundukkan kepala, seolah berusaha mengeja kata-kata yang pas untuk mengungkapkan hal yang lebih menyakitkan. "Dia telah seli
Baca selengkapnya

Bab 68

Bima mencibir, sorot matanya tajam menembus Sandara, seolah bisa membaca kegundahan hatinya. "Kenapa kamu tanya? Cemburu, ya, karena aku sudah dapat pengganti Reva?" ujarnya, suaranya mengejek. Sandara, yang sedari tadi menunduk, mengepalkan tangan di samping tubuh, mencoba untuk tetap tenang meski hatinya berkecamuk. Ia berdiri di ruang tamu apartemen, cahaya dari jendela besar membuat siluetnya tercetak di lantai. Rambut panjangnya yang hitam tergerai, matanya memandang Bima dengan tatapan yang dingin dan jujur. "Gue cemburu? Ya nggaklah Om, gue sadar diri kalau kita cuma nikah kontrak," ucap Sandara, suaranya tenang namun tegas. Dia tidak mengerti mengapa Bima tiba-tiba bertanya seperti itu. Tangannya yang halus menyesap gelas teh yang belum habis. Bima yang duduk di sofa dengan posisi menyilang kaki, matanya tidak bisa menyembunyikan rasa kesal yang memuncak. "Kenapa kamu nggak peka sih, Dara? Kenapa kamu juga tanya hal seperti itu padahal kita sudah menghabiskan malam berdua
Baca selengkapnya

Bab 69

"Loh, kok bisa?" Sandara lagi-lagi terkejut sesaat setelah mengedarkan pandangannya dan mendapati kalau itu bukanlah kamarnya. Yang ia ingat, semalam ia tidur di kamarnya tapi kenapa sekarang saat terbangun ia berada di kamar Bima. Emang boleh seaneh ini? Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal namun setalhnya kedua matanya menyipit menatap curiga pada Bima. "Om Bima pindahin gue?" tuduhnya sambil menunjuk Bima yang masih terbaring malas-malasan di atas tempat tidurnya. "Kamu nuduh aku?" Bima menatap tajam pada perempuan yang tampak kebingungan itu. Sandara mengangguk. "Ya iyalah, kan yang ada di apartemen ini cuma ada gue sama Om Bima. Kan nggak mungkin kalau Leo yang pindahin gue!" seru Sandara dengan menyipitkan matanya. "Emang buktinya apa kalau aku yang pindahin kamu ke sini?" tanya Bima dengan duduk bersandar pada headboard dan melipat kedua tangannya di depan dada. Sandara mengetuk-ngetukkan jari telunjukknya di dagunya tanda berpikir. "Dara nggak punya bukti. Hehehe..
Baca selengkapnya

Bab 70

Sandara menghela napas berat, ketidakpercayaan terpancar dari raut wajahnya. "Iya, gue udah nikah," katanya dengan suara tenang namun dipenuhi ketegangan. "Dan orang yang menjemput gue kemarin, itulah suami gue, Bima." Matanya tetap terfokus pada Vino, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Vino menggeleng-gelengkan kepala dengan perlahan, rasa tak percaya bercampur kekecewaan terpancar jelas. Dia meraih tangan Sandara, mencoba meraih kembali masa lalu. "Tapi Dara, gue ingin kita kembali seperti dulu. Gue ingin memperbaiki segala kesalahan di masa lalu. Hati gue masih terikat sama lo," bisiknya dengan penuh harap. Sandara menatap tangan Vino yang memegang tangannya, bimbang. Sandara melepaskan tangan Vino dengan gerakan tegas, matanya menatap lurus ke arah Vino yang masih berdiri terpaku dengan raut muka yang terlihat kecewa. "Sory Vin, gue udah nikah. Jadi gue nggak bisa nerima lo," ucapnya dengan nada yang tetap tenang namun penuh kepastian. Tanpa menoleh lagi, Sandara berjala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status