Home / CEO / Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama : Chapter 31 - Chapter 40

52 Chapters

Bab 31 Aditya tidak tenang

"Untung hanya bayangan saja!" Aditya tidak sadar bicara seperti itu sambil menyetir mobil. "Bayangin apa?" "Oh, enggak ada." "Udah, santai saja. Jika semua orang membicarakan tentang video tersebut. Biarkan aku yang atasi, kamu tinggal tidur di kamar." Aisyah bersenderan di kursi. "Mana bisa," balas Aditya kurang yakin kalau Aisyah yang akan hadapi."Bisalah, entar sesampai di depan rumah. Telinga kamu pasang kedua headset yang musiknya kamu sukai. Nah, baru kamu masuk ke dalam rumah." "Wah, ternyata istriku sangat cerdas." Spontan Aditya mencium kening sang istri lalu menstabilkan pandangan ke depan lagi. "Ih, kalau nyetir itu yang benar." Aditya membalas senyum dan tatapan tajam ke depan fokus menyetir.Setelah beberapa lama, suasana mulai berubah ketika di depan mereka mulai tampak sebuah rumah megah yang menjulang tinggi di kejauhan—rumah Glazer. Kesan kemegahan langsung terasa dari jauh; gerbang besar dengan detail besi berukir dan taman yang luas menyambut kedatangan mer
Read more

Bab 32 Ingin berbeda

"Aku hanya terpeleset, lalu tidak sengaja jatuh di depan Delon." Entah mengapa tiba-tiba Aisyah menjelaskan kejadian tersebut. "Benarkah? Kamu tidak tergoda dengan dia?" Aditya tersenyum setelah mendengar penjelasan dari istrinya. Aisyah membelalakkan matanya melihat tingkah sang suami."Kita wik wik yuk!" Aditya menarik lengan istrinya. "Kita makan dulu," ajak Aisyah.Mereka berdua keluar dari kamar dengan langkah perlahan. Malam itu udara terasa sejuk, angin lembut menyapu kulit mereka. Di sepanjang koridor yang diterangi lampu temaram, mereka berjalan berdampingan tanpa banyak bicara, menikmati momen kebersamaan yang tenang. Sesekali Aisyah menoleh, tersenyum tipis kepada Aditya, sementara Aditya balas tersenyum, tatapannya hangat. Mereka menuju ruang makan yang sudah disiapkan, di mana aroma masakan yang lezat mulai terasa. Malam itu, suasana terasa lebih intim dan nyaman, seolah-olah waktu bergerak lebih lambat hanya untuk mereka berdua."Wow, kalian ini pasangan serasi," kata
Read more

Bab 33 Manusia biasa mana yang jujur dan mana yang bohong

Suara tangisan Sera di luar pintu masih terdengar. Di tengah malam yang sunyi, suara ketukan masih terdengar di luar pintu kamar. "Aku coba lihat," kata Aisyah beranjak memakai semua pakaiannya.Aditya ingin mengabaikan suara gaduh tersebut, tetapi ketukan itu semakin keras. Membuatnya tidak nyaman di tempat tidur. Aisyah, yang juga terbangun, segera melirik jam dinding—pukul dua pagi.Aditya bangkit dari tempat tidur dan menuju pintu, membuka sedikit. Di balik pintu, memang Sera dengan wajah penuh air mata. Wajahnya memucat, rambutnya acak-acakan, dan matanya sembab akibat tangisan."Sera, ada apa?" Aisyah langsung menghampiri terlihat tubuh Sera bergetar."Aku... aku nggak tahu harus ke mana lagi," isak Sera, suaranya serak, dia pun lanjutkan bicaranya, "Delon... memukuliku. Aku takut."Aisyah terdiam, seketika marah sekaligus bingung. Aditya memandang mereka dengan wajah serius, mencoba menenangkan situasi yang tampaknya semakin rumit."Di mana Delon?" tanya Aisyah. "Dia di kama
Read more

Bab 34 Dimana pun berada tetap bisa menikmatinya

Di suatu malam yang gelap, Aisyah merasa tubuhnya lemas dan tak berdaya saat ia tersadar dalam sebuah mobil. Pandangannya kabur, namun ia bisa melihat sekilas seorang pria bertopeng di kursi kemudi. Pria itu tampak tak peduli pada ketakutannya; tatapan matanya dingin dan penuh rencana. Aisyah mencoba bergerak, tapi tali di pergelangan tangannya membuatnya tak bisa melawan.Mobil melaju kencang di jalanan berkelok yang sepi, dengan jurang terjal menganga di sisi jalan. Aisyah semakin panik ketika menyadari tujuannya bukanlah sebuah tempat aman , melainkan menuju jurang yang bisa merenggut nyawanya. Saat itulah ia menyadari bahwa ini semua adalah ulah Shintya—wanita yang ingin mencelakakannya dengan segala cara.Detik-detik mencekam terasa begitu lambat, sementara mobil makin mendekati tikungan yang tajam. Aisyah mengumpulkan keberanian terakhirnya, menendang keras-keras kursi di depannya. Pria bertopeng itu kaget, sedikit mengurangi laju mobil. Kesempatan itu tak disia-siakan Aisyah. D
Read more

Bab 35 Mencari jalan keluar

Di tengah hutan lebat, Aisyah dan Aditya bergegas mencari tempat berlindung saat hujan deras tiba-tiba mengguyur. Deru angin dan suara gemuruh petir menambah suasana mencekam malam ini. Mereka akhirnya menemukan sebuah gua kecil, cukup sempit tapi mampu menampung mereka berdua.Dengan pakaian yang masih basah dan tubuh menggigil kedinginan, mereka duduk berdekatan, mencari kehangatan satu sama lain. Cahaya samar dari senter kecil menjadi satu-satunya penerang di dalam kegelapan gua. Suara hujan yang terus mengguyur di luar menjadi latar belakang yang menenangkan di sela-sela percakapan mereka."Mudah-mudahan besok pagi cuaca sudah membaik," ucap Aditya, mencoba menyemangati Aisyah yang terlihat cemas.Aisyah mengangguk pelan, lalu menatap keluar gua yang dipenuhi kabut malam. Meski rasa takut sempat menghantui, kehadiran Aditya di sampingnya membuat merasa lebih aman. Mereka pun berusaha untuk beristirahat, berharap pagi segera datang dengan membawa sinar matahari dan cuaca yang cerah
Read more

Bab 36 Bermain di sungai

Sebelum malam tiba, Aditya dan Aisyah berencana pergi dari desa tersebut. Mereka duduk bersebelahan di kamar sederhana di tempat para tamu yang tersedia, merasakan kecemasan yang menggantung di udara. Mereka baru saja mendengar kabar tentang tradisi mengerikan di desa terpencil tempat mereka menginap.Warga desa itu mempercayai bahwa setiap tahunnya, mereka harus melakukan "upacara pembersihan" yang melibatkan pengorbanan jiwa. Mereka meyakini bahwa tradisi ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah kutukan yang akan menimpa desa jika tidak dilakukan.Aisyah dengan wajah pucat dan tangan gemetar, menatap suaminya dan berkata dengan suara tertahan, “Aditya, aku nggak bisa tinggal di sini lebih lama lagi. Ini gila! Kita harus pergi sekarang juga, sebelum semuanya terlambat.”Aditya mencoba menenangkan istrinya, meski di dalam hatinya dia juga dilanda ketakutan. Namun, jauh di lubuk hatinya merasa mereka memang harus segera pergi."Jika kita pamit, pasti tidak boleh." Aditya masih berfi
Read more

Bab 37 Aditya terjebak

Setelah sampai di kota, Aditya dan Aisyah turun dari angkot tersebut. Tidak jauh dari mereka, seorang pria misterius juga turun dari kereta, sosoknya tertutup bayangan, dan langkahnya tenang.Mereka berdua tidak menyadari bahwa pria itu telah mengamati mereka sejak mereka melewati hutan. Matanya yang tajam menelusuri setiap gerakan mereka dari jauh. Dia berhentis. sejenak, menunggu mereka melangkah lebih jauh menuju pusat kota, sebelum akhirnya dia mulai mengikuti dengan langkah yang begitu halus, nyaris tanpa suara.Pria itu menyatu dengan keramaian malam, seperti bayangan yang sulit dipahami, sementara Aditya dan Aisyah masih menunggu Adre. Mereka merasa ada sesuatu yang aneh, tetapi tidak dapat memastikan apa. Sesekali, mereka berhenti untuk melihat ke sekeliling, namun pria itu selalu berhasil bersembunyi di balik bayangan bangunan atau pepohonan. Tanpa mereka sadari, bahaya semakin mendekat dari belakang. Ketika mobil Adre tiba, Aditya langsung menarik lengan istrinya untuk ma
Read more

Bab 38 Pingin manja

Shintya mendengar hinaan dari wanita kampung seperti Aisyah dia tidak tinggal diam. Wanita licik itu beranjak dari ranjang, lalu berkata, "Hey, jalang. Kamu yang merebut Aditya dariku." Shintya dengan marah ingin menarik jilbab yang melekat padanya, "Kamu nggak tahu diri ya, Aisyah? Udah ambil kekasih orang, masih berani berkata buruk kepadaku? Dasar perebut, nggak punya malu! Kamu itu perempuan jalang, nggak punya moral, apa nggak malu jadi perempuan kayak gitu?"Aisyah terdiam, sekarang dia bukan wanita penakut seperti dulu lagi. Dia hanya menahan tawa atas perkataan Shintya. "Shintya, aku tidak pernah berniat untuk merebut siapa pun dari siapa pun. Jika menurutmu seperti itu? Silahkan maki-maki dan hina diriku, yang penting aku tidak merasa, keh keh keh." Aisyah hanya terkekeh saja mendengar wanita yang terlalu obsesi dengan suaminya.Shintya semakin marah mendengar Aisyah tidak merasa sakit atas perkataannya, "Kamu, memang benar-benar jalang! Aku akan membuat Aditya membenci dir
Read more

Bab 39 Masalah satu persatu berdatangan

Aditya menarik lengan istrinya menuju kamar mandi. Lalu, dengan lembut menggandeng tangan sang istri, mengajak menuju kamar mandi. Senyum hangat terukir di wajahnya saat mereka berjalan bersama. Di sana, di dalam kamar mandi yang diterangi cahaya lembut, Dengan sabun wangi, handuk bersih, dan air hangat yang sudah di atur, dia memastikan semuanya siap. Kamar mandi itu menjadi tempat di mana Aditya bisa berbagi waktu yang damai dan penuh kebahagiaan, hanya berdua, terlepas dari kesibukan dan rutinitas sehari-hari. Di tengah keheningan itu, Aditya ingin istrinya merasa nyaman dan dihargai, karena bagi Aditya, kebahagiaan kecil inilah yang membuat hidup semakin berarti."Entar kamu sakit lagi!" kata Aisyah sedikit mencemaskan suaminya."Dengan air hangat, aku tidak begitu pusing. Kemaren saja, aku sudah merasakan tidak enak badan. Ah, tambah ada masalah di perusahaan." "Baiklah. Aku akan memandikan kamu seperti anak kecil," ucap Aisyah.Aditya bersiap melepaskan semua pakaian yang me
Read more

Bab 40 Rasa penat di kepala

Aditya duduk di ruang CEO dengan wajah yang penuh kebingungan. Banyak masalah bertumpuk di pikirannya, membuat semakin sulit untuk fokus. Di rumah, situasi tak kalah rumit—seorang wanita yang mengaku sebagai kekasihnya. Dia beralih mondar-mandir dengan gelisah, menambah kekacauan dalam hidupnya. Aditya merasa terjebak, seolah semua masalah datang bertubi-tubi tanpa memberinya ruang untuk bernapas. Dia memijit pelipisnya, berharap menemukan solusi, tetapi semakin dia mencoba berpikir, semakin buntu rasanya.__________________Di sisi lain, Aisyah berbincang dengan seorang wanita yang mengaku sebagai kekasih suaminya, Aditya. Wanita itu tampak tegas saat menceritakan hubungannya dengan Aditya. Dengan nada percaya diri, dia mengatakan bahwa dirinya memang benar-benar kekasih Aditya.Wanita itu berkata dengan nada keras, "Kamu mungkin nggak percaya, tapi aku benar-benar kekasih Aditya."Aisyah mencoba menenangkan diri, "Maaf, kamu siapa? Kenapa kamu bilang begitu? Aditya suami aku.""Aku
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status