Semua Bab Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama : Bab 21 - Bab 30

50 Bab

Bab 21 Aisyah menikmatinya

Aditya memberhentikan mobilnya, dia menarik napas dalam-dalam. Tangannya memegang wajah Aisyah yang sangat cantik. "Aisyah, aku tetap percaya kamu melarikan diri. Aku sangat mencintaimu, entar kita melakukan versi terbaru seperti apa yang kamu inginkan. Gimana?" ajak Aditya melepas wajah cantik sang istri lalu melanjutkan perjalanan sambil tersenyum. Aisyah membelalakkan matanya seakan bola mata ingin keluar. "Kaki kamu sudah sembuh?" tanya Aisyah. "Sudah. Gimana nanti malam jadi yak?" 'Ada apa dengan pria ini?' batin Aisyah bertanya-tanya yang tidak ada jawabannya. _______________ Di lain sisi, Shintya marah pada Rakka. "Tinggal minumin obat kuat yang aku kasih. Bisa-bisanya saat Aditya ke sana wanita itu malah kabur." "Apa! Kamu ingin mencicipi punyaku apa? Walaupun aku dibayar tetapi kamu tidak berhak memarahiku." Seketika Rakka marah mendorong tubuh Shintya ke dinding meminumkan obat kuat yang dia kasih untuk Aisyah. "Dasar bajingan, aku ini bos kamu!" "Di
Baca selengkapnya

Bab 22 Mandi bersama

Setelah sedikit marah, Aisyah ingat tujuan utama kembali pada suaminya. Dia melihat kamar mandi yang megah dengan desain modern dan mewah. Dindingnya dilapisi marmer putih yang berkilau, dengan aksen emas di setiap sudut. "Ngapain mikir Aditya berbicara dengan wanita atau tidak. Lebih baik nikmati mandi. Hem, baru kali ini melihat kamar mandi begitu mewah." Aisyah melihat sekeliling, ya meskipun selama setahun lebih masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menikmati kemewahan di rumah itu. Sekarang dia putuskan untuk menikmatinya tanpa takut.Di tengah ruangan, terdapat bathtub besar berbentuk oval dengan air hangat yang sudah menguap tipis, memancarkan aroma lavender yang menenangkan. Di sebelahnya, shower kaca dengan pancuran air yang bisa diatur, mengalir dari langit-langit seperti hujan. Lampu-lampu kristal tergantung di atas, memancarkan cahaya lembut yang membuat suasana semakin nyaman. Rak-rak kecil di sekitar ruangan dipenuhi dengan handuk putih lembut dan perlengkapan mandi ekskl
Baca selengkapnya

Bab 23 Cemburu

Aditya duduk di sebelah Aisyah, matanya sesekali melirik ke arah istrinya yang sedang asyik berbincang dengan Aly, teman masa kecilnya. Hatinya terasa panas, rasa cemburu yang tak bisa dia kendalikan mulai menguasai dirinya. Dia melihat senyum lepas Aisyah, tawa ringan yang kerap dia dengar, kini terdengar begitu berbeda saat ditujukan pada Aly. Padahal saat bersama dirinya tidak pernah seperti itu.Aisyah dan Aly terlihat begitu akrab, seperti tak ada jarak di antara mereka. Mereka tertawa lepas, membicarakan hal-hal masa lalu, kenangan yang tak melibatkan Aditya. Piring lontong di depan Aditya tak lagi menggugah selera, meskipun aroma kuah santan yang harum memenuhi udara.Aditya berusaha menenangkan diri, tapi pikiran-pikirannya justru semakin liar. 'Apa yang mereka bicarakan? Apa Aisyah suka pria seperti Aly?' gumamnya dalam hati. Setiap detik yang berlalu, rasanya semakin berat baginya. Dia merasa tersisih, meski Aisyah tak sedikit pun bermaksud demikian.Aditya menggenggam sendo
Baca selengkapnya

Bab 24 Pura-pura tetapi menikmatinya

Sera dengan diam-diam mengikuti Aditya sampai di lantai hotel yang sepi, memperhatikan dengan saksama setiap langkah pria itu. Sesampainya di depan kamar Aditya, dia berhenti sejenak. Rencananya jelas—dia akan menginap di kamar yang tepat berada di seberang, menunggu kesempatan untuk mendekatinya. Dia sudah terbiasa mendekati pria. Sera merasa ini adalah satu-satunya cara untuk bisa lebih dekat dengan Aditya. Dia menunggu Aditya keluar lalu pura-pura menabrak tidak sengaja dengan baju yang kurang bahan.Brug "Oh, maaf!" Sera menabrak tubuh Aditya."Sera," ucap Aditya terkejut."Mas Aditya, di mana Aisyah? Kebetulan sekali kalian nginap di hotel sini?" Sera ingin masuk ke kamar Aditya. "Ngapain, jangan ganggu istriku." Aditya menarik lengan wanita itu agar tidak mengganggu Aisyah tidur."Hem, maukah ngobrol di loby sambil ngopi," ajak Sera. "Maaf, aku banyak kerjaan." Aditya langsung pergi dari hadapan wanita itu. Sera tidak tinggal diam, dia mengikuti Aditya dari belakang. "Mas,
Baca selengkapnya

Bab 25 Pagi-pagi menginginkan

Aisyah termakan oleh rayuan Sera, dia merasa kasian dengan kehidupan Sera saat ini. Dia menyuruh masuk ke kamar, padahal Aditya masih berada di dalam kamar mandi. "Entar suami kamu marah," kata Sera dengan wajah polos."Tidak apa-apa, kamu sudah baik kepadaku saat di rumah paman." Tiba-tiba Aditya keluar dari kamar mandi dengan langkah cepat, tubuhnya masih berbalut handuk, wajahnya memerah menahan emosi. Di depannya, Sera, wanita licik yang selalu membuat masalah, berdiri dengan senyum tipis penuh kepalsuan. Aditya langsung menatapnya tajam, tetapi pandangannya kemudian beralih kepada Aisyah, istrinya yang tampak terkejut dan bingung di sudut ruangan."Apa-apaan ini, Aisyah?" suaranya meledak, penuh kemarahan. "Kenapa Sera ada di sini?"Aisyah hanya bisa menggeleng, kebingungan, tak sempat menjelaskan apapun. Emosi Aditya memuncak. Dia langsung mengarahkan jarinya ke arah pintu kamar."Sera, keluar! Sekarang juga!" perintahnya tegas, tanpa sedikit pun keraguan.Sera menghela napas
Baca selengkapnya

Bab 26 Aisyah mulai jatuh cinta tanpa sadar

Aditya berdiri di depan Aisyah, tubuhnya yang atletis terlihat sempurna saat sinar matahari dari jendela menyentuh kulitnya yang kecokelatan. Otot-otot terlihat jelas, hasil dari kerja keras dan dedikasi dalam menjaga kebugaran. Pundak yang lebar dan dada bidang memperlihatkan kekuatan fisiknya, sementara garis-garis otot di perut semakin menegaskan betapa terjaga tubuhnya. Saat dia menarik napas dalam-dalam, otot-otot di lengan sedikit menegang, menciptakan siluet yang sempurna. Aisyah terpaku melihat jelas tubuh sang suami. Tangannya meraba-raba disetiap lekuk tubuh sang suami. Aditya menikmati apa yang dilakukan oleh istrinya."Hem, tambah lama kepolosan kamu sudah hilang. Aku tambah suka," ucap Aditya lirih. "Benarkah?" Aisyah bermain-main dengan bagian tengah sang suami. "Ahh ... Ahh ... sangat nikmat." Aditya meremas rambut istrinya dia sudah tidak tahan lagi. Tangan Aditya memegang bahu sang istri, lalu didorong pelan agar bersiap untuk menerima miliknya yang sudah membesar
Baca selengkapnya

Bab 27 Berbohong

"Ih, lepas ngapa!" Aisyah ingin mencoba melepas pelukan Aditya. "Enggak, aku tidak akan melepaskan pelukanku. Kamu harus janji dulu!" "Janji apaan?" "Mau janji dulu sore ini mandi bareng. Gimana?" "Aist ... dasar pria omes. Setiap hari ngajak anu mulu." Aisyah menggigit tangan yang melingkar di depannya. "Auh," rancau Aditya, seketika pelukan eratnya dia lepaskan.Aisyah duduk sofa, dia membuka laptopnya untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Aditya ikut duduk di sebelahnya."Aku akan menemanimu duduk, aku tidak akan menggangu kamu bekerja." Aditya memeluk tubuh istrinya lagi, entah mengapa tubuh istrinya seperti ada magnetnya. Dia ingin terus menempel dengan sang istri. Aisyah hanya menghela napas panjang, lalu membiarkan suami ingin menyentuhnya. Aisyah khusu' melihat layar laptop, sementara Aditya dengan nakal memeluk istrinya. Mencium punggung sang istri yang masih berpakaian lengkap.Setelah selesai Aisyah langsung menarik sang suami untuk masuk ke kamar mandi. "Kenapa saya
Baca selengkapnya

Bab 28 Bertengkar gara-gara menolak

"Apa kamu ingin menyiksaku seperti saat malam pertama?" tanya Aisyah dengan berani."Sayangku, memang dulu aku terlalu kejam. Aku sadar, tetapi tadi kamu menelpon siapa? Apakah aku suamimu tidak boleh tahu." Aisyah tersenyum manis, "Aku berbicara dengan Kakek Joseph." "Benarkah?" Aditya langsung memeluk istrinya dengan erat, lalu mencium kening sang istri.Cup! "Karena tadi sore tidak jadi bersenang-senang, seharusnya saat ini. Hem, gimana kamu mau?" Aditya mulai nakal lagi, tangannya menelusuri bagian-bagian intim. Aisyah menatap suaminya dengan sorot mata yang tegas, meskipun hatinya bergetar. Dia mengerti betul bahwa apa yang diminta suaminya mungkin dari napsu. Namun, ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak bisa menerimanya begitu saja. "Maaf," ucapnya pelan, penuh dengan kepastian, "Aku tidak bisa mengikuti keinginanmu kali ini." Aisyah beranjak tidur di sofa sebelah kanan.Aditya terdiam sejenak, tidak percaya dengan penolakan itu. Mereka telah melewati banyak hal bersama. K
Baca selengkapnya

Bab 29 Tanpa izinnya

"Em, itu rahasia. Hanya aku dan Aisyah baru kutanyakan. Jika tidak boleh, aku akan pergi." Delon ingin meninggalkan dari hadapan mereka berdua. "Oke, baiklah. Kalian boleh bicara, tetapi awas jika kamu menganggu istriku. Aku langsung menendangmu ke laut." Aditya mengizinkan Delon berbicara dengan istrinya."Heh, aku tidak mau. Kenapa kamu mengizinkan?" Aisyah protes dengan ucapan Aditya. "Sudahlah, ikuti saja keinginannya. Ikuti rencananya bila ingin tahu tujuan mereka," bisik Aditya, lalu dia yang pergi dari hadapan mereka berdua."Mari Kakak Ipar, Mas Aditya tumben baik banget." Delon melangkah menuju keluar dari area tersebut."Mau kemana?" tanya Aisyah."Udahlah, mumpung sama suami kamu diizinin kita ngopi bareng di cafe tuh." Delon menunjuk ada cafe di sebelah perusahaan Atelier.Aisyah merasa risih bila berhadapan dengan Delon. Andai saja, tidak ingat kata-kata suaminya untuk mengikuti rencana Delon. Dia tidak akan mau diajak ke cafe tersebut.Awalnya Aditya ingin tahu apa yan
Baca selengkapnya

Bab 30 Kesalahan yang membuat malu

Aditya sangat malu atas perbuatannya sendiri. Matanya mungkin tampak cemas dan gelisah, sementara rahangnya tegang, menandakan kemarahannya. Dia menundukkan kepala, sebagai tanda rasa malunya yang mendalam. Sementara itu, bibirnya terkatup rapat, menahan emosi yang semakin memuncak.Aditya merasa sangat malu karena Delon merekam tindakannya terhadap sang istri. Perasaan malunya semakin mendalam ketika Delon mengancam akan menyebarkan video tersebut, yang membuat Aditya merasa marah dan tertekan.Dalam suasana yang semakin panas, Delon mengeluarkan kata-kata yang membuat Aditya marah. Delon juga mengancam akan menyebarkan video tersebut. Namun, Aditya tidak gentar, dengan tatapan tajam, dia langsung melayangkan tinjunya ke wajah Delon. Suara dentuman itu menggema, dan Delon terhuyung, terkejut dengan keberanian Aditya. Seketika, suasana berubah menjadi hiruk-pikuk, menandai awal dari konflik yang tak terelakkan.Setelah tinju Aditya mengenai wajah Delon, suasana semakin tegang. Aditya,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status