Semua Bab Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal: Bab 121 - Bab 130

167 Bab

Bab 121 - Rencana Jahat Richard

James, yang berdiri di sudut ruangan, hanya bisa diam melihat atasannya mengamuk. "Tuan Muda Richard," ujarnya hati-hati, "mungkin kita perlu memikirkan strategi baru."Richard menoleh dengan tatapan tajam. "Strategi baru? STRATEGI BARU?! Kita sudah mencoba segala cara, James! Kita sudah menggunakan semua koneksi kita, menghabiskan miliaran untuk promosi, tapi tetap saja... tetap saja Klein berhasil mengalahkan kita!"Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Richard merasakan ketakutan yang begitu besar. Ia yang selalu menjadi yang terbaik, yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, kini harus menghadapi kenyataan bahwa ada orang yang bisa mengalahkannya berulang kali."Apa... apa yang salah denganku?" gumam Richard, suaranya bergetar. "Mengapa aku tidak bisa mengalahkannya?"James, melihat atasannya yang biasanya angkuh kini terlihat begitu rapuh, merasa tidak nyaman. "Tuan Muda, mungkin kita perlu istirahat sejenak. Menenangkan pikiran dan—""Aku tahu!" Potong Richard. Ia menghela
Baca selengkapnya

Bab 122 - Pencarian

Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, Raven perlahan-lahan mulai sadar. Kepalanya terasa berat dan pandangannya masih kabur. Ia mencoba menggerakkan tangannya, hanya untuk menyadari bahwa tangannya terikat di belakang punggung."Akhirnya kau bangun juga," sebuah suara asing terdengar.Raven mengerjapkan matanya, berusaha memfokuskan pandangannya. Ketika ia akhirnya bisa melihat dengan jelas, ia melihat sosok pria tua dengan janggut putih panjang berdiri di hadapannya."Siapa... siapa kamu?" tanya Raven dengan suara serak. "Apa yang kamu inginkan dariku?"Pria tua itu–Tetua Xie–tersenyum dingin. "Kau tidak perlu tahu siapa aku. Yang perlu kau tahu adalah, kau akan menjadi kunci untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari orang itu."Raven merasakan ketakutan mulai merayap di dadanya. Ia tahu, situasinya sangat berbahaya. Tapi lebih dari itu, ia khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.'Klein,' pikir Raven, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.Tetua Xie m
Baca selengkapnya

Bab 123 - Menggunakan Kemampuan Mata

"Sederhana," jawab suara itu. "Serahkan Stempel Kuno itu dan batalkan acara Be The One. Kau punya waktu tiga jam untuk membawa Stempel itu ke tempat yang akan kuberitahukan nanti. Jika tidak... ya, kurasa kau cukup pintar untuk membayangkan apa yang akan terjadi pada Nona Whitefeather yang cantik."Klein terdiam sejenak, otaknya berputar cepat. Dari cara bicara dan tuntutan yang diajukan, ia yakin bahwa ini adalah ulah Richard dan Tetua Xie. "Bagaimana aku bisa yakin Raven masih hidup?"Terdengar suara gemerisik, lalu suara Raven yang lemah terdengar. "K-Klein...""Raven!" seru Klein, untuk pertama kalinya menunjukkan emosi dalam suaranya."Waktumu tiga jam, Klein Lionheart," suara asing itu kembali terdengar sebelum sambungan terputus.Klein menatap ponselnya dengan tatapan dingin. Ia tahu ia tidak punya pilihan selain bermain mengikuti aturan mereka, setidaknya untuk sementara."Sonny," panggil Klein melalui headsetnya. "Hubungi CEO Lex. Minta dia mengumumkan kemungkinan adanya pemb
Baca selengkapnya

Bab 124 - Penyergapan

Tetua Xie berdiri diam di sudut gudang, matanya yang tajam mengawasi setiap gerakan Richard yang berjalan dengan penuh percaya diri. Meski wajah Tetua Xie tetap tenang, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Instingnya yang telah diasah selama puluhan tahun sebagai salah satu tetua klan Xie memberitahunya bahwa ada yang tidak beres.Richard, di sisi lain, tampak puas dengan dirinya sendiri. Senyum angkuh tersungging di bibirnya saat ia berjalan mondar-mandir, sesekali melirik ke arah Raven yang terikat di kursi. Keyakinannya bahwa rencananya akan berhasil terpancar jelas dari sikap tubuhnya yang santai dan percaya diri."Richard," panggil Tetua Xie dengan suara rendah. "Apa kau yakin tempat ini aman?"Richard menoleh, alisnya terangkat dengan ekspresi meremehkan. "Tentu saja, Tetua. Tempat ini terpencil dan jarang dikunjungi orang. Lagipula, Klein tidak mungkin bisa menemukan kita dalam waktu sesingkat ini. Kita sudah memenangkan permainan ini."Tetua Xie hanya mengangguk pelan, na
Baca selengkapnya

Bab 125 - Pertarungan Yang Tak Terhindarkan

"Klein," isak Raven. "Aku tahu kau akan datang."Klein tidak membalas pelukan itu, namun ia membiarkan Raven memeluknya sejenak sebelum akhirnya melepaskannya dengan lembut. "Kita harus pergi dari sini. Ikuti aku."Sementara itu, asap mulai menipis. Richard panik melihat pasukannya kalah jumlah dan mulai terdesak. Ia mencari-cari sosok Raven, hanya untuk mendapati kursi tempatnya diikat sudah kosong."Tidak!" teriaknya frustasi. "Di mana wanita itu?!"Berbeda dengan Richard yang panik, Tetua Xie tetap tenang. Matanya yang tajam menyapu ruangan, dan untuk sesaat, tatapannya bertemu dengan Klein yang berdiri di antara kerumunan, Raven aman di sampingnya.Tetua Xie mendecih pelan. Ia tahu situasi sudah tidak menguntungkan mereka
Baca selengkapnya

Bab 126 - Kekuatan Cornelius

Saat pukulan Tetua Xie tinggal beberapa sentimeter dari wajahnya, Klein merasakan waktu seolah melambat. Dunia di sekelilingnya menjadi buram, hanya pukulan Tetua Xie yang terlihat jelas di matanya. Kalung giok naga di dadanya berdenyut kuat, seolah memberikan sinyal tanda bahaya. Dengan gerakan yang nyaris tak terlihat mata, Klein memiringkan kepalanya, membiarkan pukulan Tetua Xie melewati telinganya hanya beberapa milimeter. Angin dari pukulan itu bahkan mampu merobek sedikit kulit pipinya, menunjukkan betapa kuatnya serangan tersebut. Cairan merah menetes dari kulit pipinya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka di pipi Klein langsung menutup dalam hitungan detik. Tetua Xie, yang menyaksikan hal ini, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Regenerasi?" gumam Tetua Xie. "Kau penuh kejutan, Anak Muda. Bahkan Praktisi Bela Diri sepertiku, tidak mudah melakukannya." Klein tidak menanggapi. Matanya yang merah berkilat tajam, menganalisis setiap gerakan lawannya. I
Baca selengkapnya

Bab 127 - Kekuatan Cornelius (II)

Cornelius Lionheart berdiri tegap, tangannya menangkap pukulan Tetua Xie dengan mudah. Aura keemasan yang kuat memancar dari tubuhnya, menciptakan tekanan udara yang luar biasa. Di sekelilingnya, sembilan bola api kecil berputar dengan kecepatan tinggi, menciptakan pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan. "Maaf aku terlambat, Klein," ujar Cornelius, suaranya tenang namun penuh otoritas. Ia menatap Tetua Xie dengan tajam. "Sudah lama kita tidak bertemu, Xie Lie." Tetua Xie melompat mundur, matanya menyipit waspada. "Cornelius Lionheart. Aku tidak menyangka kau masih hidup, apalagi masih bisa menggunakan Teknik Matahari Surgawi dengan sempurna." Cornelius tersenyum tipis. "Ada banyak hal yang tidak kau ketahui, Xie Lie. Termasuk betapa bodohnya tindakanmu menyerang cucuku." Klein, yang masih terkejut dengan kemunculan kakeknya, berusaha bangkit. Namun, tubuhnya masih lemah akibat pertarungan sebelumnya. Cornelius menyadari hal ini dan berkata tanpa menoleh, "Istirahatla
Baca selengkapnya

Bab 128 - Kejatuhan Longbottom Entertainment

Sore itu, suasana di kantor pusat Lion's Roar Entertainment dipenuhi ketegangan yang pekat. Wartawan dari berbagai media berkumpul di ruang konferensi pers, kamera dan mikrofon siap merekam setiap kata yang akan diucapkan oleh CEO Lex. Di balik panggung, Lex menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, apa yang akan ia sampaikan hari ini akan mengguncang industri hiburan Riverdale, bahkan mungkin seluruh Nexopolis. "Anda siap, CEO Lex?" tanya seorang staf. Lex mengangguk mantap. "Ya, ayo kita mulai." Begitu Lex melangkah ke atas panggung, blitz kamera langsung menyambutnya. Ia berdiri di belakang podium, menatap lautan wartawan di hadapannya dengan tenang. "Selamat sore, hadirin sekalian," Lex memulai dengan suara yang tegas namun tenang. "Terima kasih atas kehadiran Anda semua di konferensi pers dadakan ini. Ada beberapa hal penting yang perlu saya sampaikan." Lex menarik napas sejenak sebelum melanjutkan. "Pertama-tama, saya ingin mengklarifikasi rumor yang b
Baca selengkapnya

Bab 129 - Rencana Klein

Di kediaman keluarga Lee, Elisia duduk tegang di ruang kerjanya. Matanya terpaku pada tablet di tangannya, membaca berita demi berita tentang skandal Longbottom. Ia menggigit bibirnya, campuran antara kekhawatiran dan kemarahan berkecamuk di dadanya."Bodoh," gumamnya pelan. "Richard, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Mengapa kau melakukan tindakan gegabah seperti ini? Sungguh mengecewakan."Elisia tahu, rencana perjodohan antara Rina dan Richard kini harus dikubur dalam-dalam. Jika ia nekat meneruskan rencana itu, bukan hanya nama baik keluarga Lee yang akan tercoreng, tapi juga seluruh bisnis mereka bisa hancur.Matanya beralih ke foto Klein yang terpampang di berbagai media online. Klein Lionheart, pemuda yang tadinya ia remehkan, kini menjadi pahlawan yang menyelamatkan Raven Whitefeather. Elisia masih enggan mengakuinya, tapi dalam hati ia tahu, Klein telah memenangkan kontes ini dengan telak."Jika melihat dari sepak terjang Klein di Zephir," gumam Elisia, matanya dingin meli
Baca selengkapnya

Bab 130 - Negosiasi

Sore itu, tepat pukul 6, Klein Lionheart duduk dengan tenang di ruang kerjanya di Paviliun Lionheart. Matanya yang tajam menatap layar komputer, menganalisis setiap detail laporan keuangan Longbottom Entertainment yang berhasil ia dapatkan melalui koneksinya. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan dingin di matanya yang menunjukkan tekadnya yang kuat.Suara ketukan pelan terdengar dari pintu. "Masuk," ujar Klein singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Charles Steele, Shun Akiyama, dan Rian Lee melangkah masuk ke dalam ruangan. Ketiga pria itu, meski terlihat sedikit bingung karena dipanggil mendadak, tetap memancarkan aura wibawa dan kekuasaan."Selamat sore, Tuan Muda Lionheart," sapa Charle
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status