Home / Urban / Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal: Chapter 141 - Chapter 150

167 Chapters

Bab 141 - Mencari Bom (II)

Suara ledakan dahsyat memecah keheningan malam, mengguncang seluruh Pulau Aurora hingga ke intinya. Klein merasakan getaran hebat di bawah kakinya, seolah-olah pulau itu sendiri menjerit kesakitan. Ia menoleh ke arah barat, matanya yang tajam menangkap kepulan asap hitam pekat yang membumbung tinggi ke udara, menelan kegelapan malam. Tanah bergetar semakin hebat, pohon-pohon tumbang bagai batang korek api, dan jeritan ketakutan membelah udara dari kejauhan. Klein bisa merasakan kepanikan yang merayap di sekitarnya, mengancam untuk melumpuhkan siapa pun yang tidak siap. Tanpa membuang sedetik pun, Klein melesat ke arah ledakan. Tubuhnya yang telah diperkuat oleh Qi bergerak dengan kecepatan yang melanggar hukum fisika. Angin badai yang mampu menerbangkan mobil pun tak mampu memperlambatnya. Setiap langkahnya meninggalkan jejak energi yang berpendar samar, bukti kekuatan yang tersembunyi di balik sosoknya yang tenang. Setibanya di lokasi ledakan, pemandangan yang menyambutnya
Read more

Bab 142 - Mencari Bom (III)

Klein bergerak bagai kilat, tubuhnya yang diperkuat Qi menerjang badai seolah-olah itu hanyalah angin sepoi-sepoi. Setiap langkahnya meninggalkan jejak energi yang berpendar, bukti kekuatan yang tersembunyi di balik sosoknya yang tenang.Akhirnya, di tengah amukan badai, Klein menemukannya–bom ketiga, tersembunyi dengan licik di dalam sebuah gua di tepi pantai yang terjal. Tanpa ragu, ia melesat masuk ke dalam gua. Namun, takdir seolah mengejeknya. Tepat saat ia melangkah masuk, serangkaian ledakan kecil mengguncang gua, menyebabkan reruntuhan batu besar menghalangi jalan keluar.Klein terjebak. Di dalam gua yang gelap dan lembab, bersama dengan bom yang siap meledak kapan saja, dan badai yang mengamuk di luar. Situasi ini akan membuat orang biasa panik dan putus asa. Tapi Klein bukan orang biasa.Dengan ketenangan yang mengerikan, Klein mulai bekerja. Jemarinya yang terlatih bergerak dalam kegelapan, meraba setiap inci bom untuk memaha
Read more

Bab 143 - Mencari Bom (IV)

Melihat beberapa peserta acara Be The One berjuang di tengah badai, Klein langsung bergerak, menyelamatkan sebanyak mungkin orang yang bisa ia capai. Kekuatan fisiknya yang luar biasa memungkinkannya untuk melawan angin kencang dan membawa orang-orang ke tempat yang lebih aman. Ia bergerak dengan kecepatan yang mustahil, menerjang badai berkali-kali, setiap kali membawa seorang korban selamat.Saat itulah Klein teringat. Masih ada satu bom lagi yang belum ia temukan.Dengan penglihatannya yang tajam, Klein mulai memindai area di sekitarnya. Di tengah kekacauan badai, ia akhirnya menemukannya–bom terakhir, tersangkut di puncak sebuah menara komunikasi yang bergoyang hebat diterpa angin.Klein bergerak secepat kilat ke arah menara tersebut. Dengan susah payah, ia memanjat menara yang licin karena air hujan. Setibanya di puncak menara, Klein langsung mulai bekerja menjinakkan bom terakhir.Waktu terus berjalan. Badai semakin mengamuk, membuat menara bergoyang semakin hebat. Angin ke
Read more

Bab 144 - Permainan Utama

Suara derum helikopter memecah keheningan yang mencekam di Pulau Aurora. Klein mengangkat wajahnya, matanya yang merah berkilat tajam menembus kegelapan malam. Ia bisa melihat tiga helikopter penyelamat mendekat dari arah timur, membawa harapan bagi para korban selamat yang masih terjebak di pulau. Namun, tepat saat helikopter-helikopter itu berada dalam jangkauan pandang, sebuah suara desing membelah udara. Klein hanya sempat melihat sekelebat cahaya melesat dari balik pepohonan sebelum salah satu helikopter meledak dalam bola api yang memekakkan telinga. "Tidak!" teriak Charles, wajahnya pucat pasi menyaksikan kehancuran di udara. Klein tetap tenang, matanya menyipit mengamati situasi. Dua helikopter lainnya berusaha menghindar, tapi terlambat. Dua rudal lagi melesat, menghantam mereka tanpa ampun. Dalam hitungan detik, langit malam diterangi oleh tiga ledakan dahsyat, diikuti hujan serpihan metal yang jatuh ke laut. Jeritan ketakutan memenuhi udara saat para korban selam
Read more

Bab 145 - Melawan Mr Brown

Dugaan Klein mengenai Mr. Brown yang tidak serius dalam melawannya saat pertemuan pertama mereka kini benar-benar terbukti. Semua pemberat yang dikenakan Mr. Brown menjadi bukti tak terbantahkan bahwa kemenangannya atas Mr. Brown sebelumnya hanyalah 'give away' darinya."Jadi, kau tidak serius melawanku saat itu?" tanya Klein, suaranya tetap datar meski ada sedikit ketegangan di dalamnya.Mr. Brown tersenyum dan mengangguk. "Sebenarnya aku bisa saja membunuhmu saat itu. Namun aku merasa, mengalahkan dirimu yang lemah sangat membosankan. Dan sekarang, saatnya memetik buah yang kutanam."Dalam satu kedipan mata, Mr. Brown menghilang dari tempatnya berdiri. Klein hanya sempat melihat bayangan kabur sebelum merasakan pukulan telak di perutnya. Ia terpental beberapa meter, menabrak pohon dengan keras hingga tumbang.Klein bangkit dengan cepat, matanya waspada mencari sosok Mr. Brown. Tapi lawannya terlalu cepat. Mr. Brown menggunakan teknik Wing Chun dengan keahlian yang menakjubkan. S
Read more

Bab 146 - Pukulan Matahari

Klein tidak menjawab. Matanya yang merah kini berkilat bagai bara api. Udara di sekitarnya bergetar, menciptakan distorsi yang membuat sosoknya seolah bergoyang dalam pandangan.Tiba-tiba, sebuah bayangan matahari imajiner muncul di belakang Klein. Cahaya keemasan yang menyilaukan memancar dari tubuhnya, membuat Mr. Brown harus memicingkan mata."Ini... tidak mungkin," gumam Mr. Brown, untuk pertama kalinya terlihat ragu. "Teknik Matahari Surgawi? Bagaimana bisa?"Klein tidak memberi Mr. Brown kesempatan untuk berpikir lebih jauh. Dengan kecepatan yang bahkan melampaui Mr. Brown, Klein melesat maju. Kepalan tangannya diselimuti cahaya keemasan yang berpijar, panas yang luar biasa memancar darinya.Mr. Brown, meski terkejut, tidak kehilangan kewaspadaannya. Ia mengangkat kedua tangannya, bersiap menangkis serangan Klein dengan teknik Wing Chun terkuatnya.Namun, saat tinju Klein bertemu dengan pertahanan Mr. Brown, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Energi panas yang luar biasa d
Read more

Bab 147 - Sadar

Sinar mentari pagi menyusup melalui celah tirai, membelai lembut wajah Klein yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Perlahan, kelopak matanya bergerak, menandakan kesadarannya yang mulai pulih. Ketika akhirnya matanya terbuka sepenuhnya, pemandangan langit-langit putih rumah sakit menyambutnya.Klein mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih tercerai-berai. Ingatannya tentang pertarungan maut di Pulau Aurora mulai bermunculan, potongan demi potongan kejadian mengerikan itu berkelebat dalam benaknya. Namun, ekspresinya tetap tenang, tidak menunjukkan emosi apapun meski badai kenangan berkecamuk di dalam pikirannya."Klein!" Suara lembut yang familiar menyapa telinganya, diikuti oleh sentuhan hangat di tangannya.Klein menoleh perlahan, mendapati Rina Lee duduk di samping ranjangnya. Mata gadis itu berkaca-kaca, campuran antara kelegaan dan kekhawatiran terpancar jelas dari wajahnya yang cantik.Tanpa peringatan, Rina memeluk Klein erat, a
Read more

Bab 148 - Konferensi Pers

Klein mengerutkan dahinya mendengar informasi ini. "Pihak asing? Siapa?""Kami belum bisa memastikan identitasnya, Tuan Muda," jawab Lina. "Mereka menggunakan berbagai perusahaan cangkang untuk melakukan pembelian. Tapi dari pola pembeliannya, sepertinya ini adalah tindakan terencana."Klein terdiam sejenak, otaknya berputar cepat memikirkan implikasi dari informasi ini. "Baiklah, terus awasi perkembangan ini. Aku ingin laporan lengkap di mejaku begitu aku kembali ke kantor.""Baik, Tuan Muda," Lina mengangguk patuh."Satu hal lagi," tambah Klein. "Hubungi para reporter. Aku akan mengadakan konferensi pers siang ini."Lina terlihat terkejut. "Tapi Kleun, kwu baru saja sadar. Apakah tidak sebaiknya beristirahat dulu?"Klein menggeleng pelan. "Tidak ada waktu untuk itu. Kita harus segera mengendalikan narasi yang beredar di media. Siapkan segalanya.""Baik, Tuan Muda. Akan saya atur semuanya," ujar Lina sebelum undur diri.Siang harinya, Klein berdiri di podium konferensi pers dengan pe
Read more

Bab 149 - Serangan Bertubi-Tubi

Klein duduk dengan tenang di kursinya, matanya yang tajam memindai laporan keuangan terbaru perusahaannya. Meski wajahnya tetap tanpa ekspresi, ada kilatan kekhawatiran di matanya melihat grafik nilai saham yang terus menurun.Klein menghela napas pelan, satu-satunya tanda bahwa ia merasa tertekan oleh situasi ini. Laporan di hadapannya menunjukkan bahwa nilai saham Lion's Roar Entertainment belum pulih sepenuhnya pasca insiden Pulau Aurora. Lebih mengkhawatirkan lagi, 15% saham perusahaan kini berada di tangan pihak asing yang identitasnya masih misterius.Ia menutup map laporan dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap kota Riverdale yang mulai sibuk di pagi hari. Otaknya berputar cepat, memiki
Read more

Bab 150 - Pertemuan

Keesokan harinya, di sebuah ruang pertemuan rahasia di gedung Lion's Roar Entertainment, Klein duduk menghadapi para kepala divisi dari perusahaan-perusahaan Lionheart yang sedang menghadapi masalah. Wajah-wajah tegang dan cemas memenuhi ruangan."Terima kasih atas kehadiran kalian dalam pertemuan rahasia ini," ujar Klein, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Aku tahu kalian semua bingung mengapa aku yang mengadakan pertemuan ini, bukan Cornelius."Dr. Zhang dari Lionheart Pharmaceuticals angkat bicara. "Tuan Muda Klein, dengan segala hormat, bukankah ini di luar wewenang Anda? Tuan Besar Cornelius telah memerintahkan kami untuk merahasiakan masalah ini."Klein menatap Dr. Zhang dengan tatapan dingin. "Aku mengerti kekhawatiran Anda, Dr. Zhang. Tapi situasi ini telah berkembang menjadi ancaman serius bagi seluruh Lionheart Group. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan berharap masalah ini akan hilang dengan sendirinya."Ia kemudian mempersilakan setiap kepala divisi untuk menjelask
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status