Terima kasih kak Rubei' atas dukungan Gem-nya. ini adalah bab kedua hari ini. bab ketiga akan rilis sore nanti. ditunggu(◠‿・)—☆
Klein bergerak bagai kilat, tubuhnya yang diperkuat Qi menerjang badai seolah-olah itu hanyalah angin sepoi-sepoi. Setiap langkahnya meninggalkan jejak energi yang berpendar, bukti kekuatan yang tersembunyi di balik sosoknya yang tenang.Akhirnya, di tengah amukan badai, Klein menemukannya–bom ketiga, tersembunyi dengan licik di dalam sebuah gua di tepi pantai yang terjal. Tanpa ragu, ia melesat masuk ke dalam gua. Namun, takdir seolah mengejeknya. Tepat saat ia melangkah masuk, serangkaian ledakan kecil mengguncang gua, menyebabkan reruntuhan batu besar menghalangi jalan keluar.Klein terjebak. Di dalam gua yang gelap dan lembab, bersama dengan bom yang siap meledak kapan saja, dan badai yang mengamuk di luar. Situasi ini akan membuat orang biasa panik dan putus asa. Tapi Klein bukan orang biasa.Dengan ketenangan yang mengerikan, Klein mulai bekerja. Jemarinya yang terlatih bergerak dalam kegelapan, meraba setiap inci bom untuk memaha
Melihat beberapa peserta acara Be The One berjuang di tengah badai, Klein langsung bergerak, menyelamatkan sebanyak mungkin orang yang bisa ia capai. Kekuatan fisiknya yang luar biasa memungkinkannya untuk melawan angin kencang dan membawa orang-orang ke tempat yang lebih aman. Ia bergerak dengan kecepatan yang mustahil, menerjang badai berkali-kali, setiap kali membawa seorang korban selamat.Saat itulah Klein teringat. Masih ada satu bom lagi yang belum ia temukan.Dengan penglihatannya yang tajam, Klein mulai memindai area di sekitarnya. Di tengah kekacauan badai, ia akhirnya menemukannya–bom terakhir, tersangkut di puncak sebuah menara komunikasi yang bergoyang hebat diterpa angin.Klein bergerak secepat kilat ke arah menara tersebut. Dengan susah payah, ia memanjat menara yang licin karena air hujan. Setibanya di puncak menara, Klein langsung mulai bekerja menjinakkan bom terakhir.Waktu terus berjalan. Badai semakin mengamuk, membuat menara bergoyang semakin hebat. Angin ke
Suara derum helikopter memecah keheningan yang mencekam di Pulau Aurora. Klein mengangkat wajahnya, matanya yang merah berkilat tajam menembus kegelapan malam. Ia bisa melihat tiga helikopter penyelamat mendekat dari arah timur, membawa harapan bagi para korban selamat yang masih terjebak di pulau. Namun, tepat saat helikopter-helikopter itu berada dalam jangkauan pandang, sebuah suara desing membelah udara. Klein hanya sempat melihat sekelebat cahaya melesat dari balik pepohonan sebelum salah satu helikopter meledak dalam bola api yang memekakkan telinga. "Tidak!" teriak Charles, wajahnya pucat pasi menyaksikan kehancuran di udara. Klein tetap tenang, matanya menyipit mengamati situasi. Dua helikopter lainnya berusaha menghindar, tapi terlambat. Dua rudal lagi melesat, menghantam mereka tanpa ampun. Dalam hitungan detik, langit malam diterangi oleh tiga ledakan dahsyat, diikuti hujan serpihan metal yang jatuh ke laut. Jeritan ketakutan memenuhi udara saat para korban selam
Dugaan Klein mengenai Mr. Brown yang tidak serius dalam melawannya saat pertemuan pertama mereka kini benar-benar terbukti. Semua pemberat yang dikenakan Mr. Brown menjadi bukti tak terbantahkan bahwa kemenangannya atas Mr. Brown sebelumnya hanyalah 'give away' darinya."Jadi, kau tidak serius melawanku saat itu?" tanya Klein, suaranya tetap datar meski ada sedikit ketegangan di dalamnya.Mr. Brown tersenyum dan mengangguk. "Sebenarnya aku bisa saja membunuhmu saat itu. Namun aku merasa, mengalahkan dirimu yang lemah sangat membosankan. Dan sekarang, saatnya memetik buah yang kutanam."Dalam satu kedipan mata, Mr. Brown menghilang dari tempatnya berdiri. Klein hanya sempat melihat bayangan kabur sebelum merasakan pukulan telak di perutnya. Ia terpental beberapa meter, menabrak pohon dengan keras hingga tumbang.Klein bangkit dengan cepat, matanya waspada mencari sosok Mr. Brown. Tapi lawannya terlalu cepat. Mr. Brown menggunakan teknik Wing Chun dengan keahlian yang menakjubkan. S
Klein tidak menjawab. Matanya yang merah kini berkilat bagai bara api. Udara di sekitarnya bergetar, menciptakan distorsi yang membuat sosoknya seolah bergoyang dalam pandangan.Tiba-tiba, sebuah bayangan matahari imajiner muncul di belakang Klein. Cahaya keemasan yang menyilaukan memancar dari tubuhnya, membuat Mr. Brown harus memicingkan mata."Ini... tidak mungkin," gumam Mr. Brown, untuk pertama kalinya terlihat ragu. "Teknik Matahari Surgawi? Bagaimana bisa?"Klein tidak memberi Mr. Brown kesempatan untuk berpikir lebih jauh. Dengan kecepatan yang bahkan melampaui Mr. Brown, Klein melesat maju. Kepalan tangannya diselimuti cahaya keemasan yang berpijar, panas yang luar biasa memancar darinya.Mr. Brown, meski terkejut, tidak kehilangan kewaspadaannya. Ia mengangkat kedua tangannya, bersiap menangkis serangan Klein dengan teknik Wing Chun terkuatnya.Namun, saat tinju Klein bertemu dengan pertahanan Mr. Brown, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Energi panas yang luar biasa d
Sinar mentari pagi menyusup melalui celah tirai, membelai lembut wajah Klein yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Perlahan, kelopak matanya bergerak, menandakan kesadarannya yang mulai pulih. Ketika akhirnya matanya terbuka sepenuhnya, pemandangan langit-langit putih rumah sakit menyambutnya.Klein mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih tercerai-berai. Ingatannya tentang pertarungan maut di Pulau Aurora mulai bermunculan, potongan demi potongan kejadian mengerikan itu berkelebat dalam benaknya. Namun, ekspresinya tetap tenang, tidak menunjukkan emosi apapun meski badai kenangan berkecamuk di dalam pikirannya."Klein!" Suara lembut yang familiar menyapa telinganya, diikuti oleh sentuhan hangat di tangannya.Klein menoleh perlahan, mendapati Rina Lee duduk di samping ranjangnya. Mata gadis itu berkaca-kaca, campuran antara kelegaan dan kekhawatiran terpancar jelas dari wajahnya yang cantik.Tanpa peringatan, Rina memeluk Klein erat, a
Klein mengerutkan dahinya mendengar informasi ini. "Pihak asing? Siapa?""Kami belum bisa memastikan identitasnya, Tuan Muda," jawab Lina. "Mereka menggunakan berbagai perusahaan cangkang untuk melakukan pembelian. Tapi dari pola pembeliannya, sepertinya ini adalah tindakan terencana."Klein terdiam sejenak, otaknya berputar cepat memikirkan implikasi dari informasi ini. "Baiklah, terus awasi perkembangan ini. Aku ingin laporan lengkap di mejaku begitu aku kembali ke kantor.""Baik, Tuan Muda," Lina mengangguk patuh."Satu hal lagi," tambah Klein. "Hubungi para reporter. Aku akan mengadakan konferensi pers siang ini."Lina terlihat terkejut. "Tapi Kleun, kwu baru saja sadar. Apakah tidak sebaiknya beristirahat dulu?"Klein menggeleng pelan. "Tidak ada waktu untuk itu. Kita harus segera mengendalikan narasi yang beredar di media. Siapkan segalanya.""Baik, Tuan Muda. Akan saya atur semuanya," ujar Lina sebelum undur diri.Siang harinya, Klein berdiri di podium konferensi pers dengan pe
Klein duduk dengan tenang di kursinya, matanya yang tajam memindai laporan keuangan terbaru perusahaannya.Meski wajahnya tetap tanpa ekspresi, ada kilatan kekhawatiran di matanya melihat grafik nilai saham yang terus menurun.Klein menghela napas pelan, satu-satunya tanda bahwa ia merasa tertekan oleh situasi ini.Laporan di hadapannya menunjukkan bahwa nilai saham Lion's Roar Entertainment belum pulih sepenuhnya pasca insiden Pulau Aurora.Lebih mengkhawatirkan lagi, 15% saham perusahaan kini berada di tangan pihak asing yang identitasnya masih misterius.Ia menutup map laporan dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap kota Riverdale yang mulai sibuk di pagi hari. Otaknya berputar cepat, memiki
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte