Sinar mentari pagi menyusup melalui celah tirai, membelai lembut wajah Klein yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Perlahan, kelopak matanya bergerak, menandakan kesadarannya yang mulai pulih. Ketika akhirnya matanya terbuka sepenuhnya, pemandangan langit-langit putih rumah sakit menyambutnya.Klein mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih tercerai-berai. Ingatannya tentang pertarungan maut di Pulau Aurora mulai bermunculan, potongan demi potongan kejadian mengerikan itu berkelebat dalam benaknya. Namun, ekspresinya tetap tenang, tidak menunjukkan emosi apapun meski badai kenangan berkecamuk di dalam pikirannya."Klein!" Suara lembut yang familiar menyapa telinganya, diikuti oleh sentuhan hangat di tangannya.Klein menoleh perlahan, mendapati Rina Lee duduk di samping ranjangnya. Mata gadis itu berkaca-kaca, campuran antara kelegaan dan kekhawatiran terpancar jelas dari wajahnya yang cantik.Tanpa peringatan, Rina memeluk Klein erat, a
Klein mengerutkan dahinya mendengar informasi ini. "Pihak asing? Siapa?""Kami belum bisa memastikan identitasnya, Tuan Muda," jawab Lina. "Mereka menggunakan berbagai perusahaan cangkang untuk melakukan pembelian. Tapi dari pola pembeliannya, sepertinya ini adalah tindakan terencana."Klein terdiam sejenak, otaknya berputar cepat memikirkan implikasi dari informasi ini. "Baiklah, terus awasi perkembangan ini. Aku ingin laporan lengkap di mejaku begitu aku kembali ke kantor.""Baik, Tuan Muda," Lina mengangguk patuh."Satu hal lagi," tambah Klein. "Hubungi para reporter. Aku akan mengadakan konferensi pers siang ini."Lina terlihat terkejut. "Tapi Kleun, kwu baru saja sadar. Apakah tidak sebaiknya beristirahat dulu?"Klein menggeleng pelan. "Tidak ada waktu untuk itu. Kita harus segera mengendalikan narasi yang beredar di media. Siapkan segalanya.""Baik, Tuan Muda. Akan saya atur semuanya," ujar Lina sebelum undur diri.Siang harinya, Klein berdiri di podium konferensi pers dengan pe
Klein duduk dengan tenang di kursinya, matanya yang tajam memindai laporan keuangan terbaru perusahaannya.Meski wajahnya tetap tanpa ekspresi, ada kilatan kekhawatiran di matanya melihat grafik nilai saham yang terus menurun.Klein menghela napas pelan, satu-satunya tanda bahwa ia merasa tertekan oleh situasi ini.Laporan di hadapannya menunjukkan bahwa nilai saham Lion's Roar Entertainment belum pulih sepenuhnya pasca insiden Pulau Aurora.Lebih mengkhawatirkan lagi, 15% saham perusahaan kini berada di tangan pihak asing yang identitasnya masih misterius.Ia menutup map laporan dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap kota Riverdale yang mulai sibuk di pagi hari. Otaknya berputar cepat, memiki
Keesokan harinya, di sebuah ruang pertemuan rahasia di gedung Lion's Roar Entertainment, Klein duduk menghadapi para kepala divisi dari perusahaan-perusahaan Lionheart yang sedang menghadapi masalah. Wajah-wajah tegang dan cemas memenuhi ruangan."Terima kasih atas kehadiran kalian dalam pertemuan rahasia ini," ujar Klein, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Aku tahu kalian semua bingung mengapa aku yang mengadakan pertemuan ini, bukan Cornelius."Dr. Zhang dari Lionheart Pharmaceuticals angkat bicara. "Tuan Muda Klein, dengan segala hormat, bukankah ini di luar wewenang Anda? Tuan Besar Cornelius telah memerintahkan kami untuk merahasiakan masalah ini."Klein menatap Dr. Zhang dengan tatapan dingin. "Aku mengerti kekhawatiran Anda, Dr. Zhang. Tapi situasi ini telah berkembang menjadi ancaman serius bagi seluruh Lionheart Group. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan berharap masalah ini akan hilang dengan sendirinya."Ia kemudian mempersilakan setiap kepala divisi untuk menjelask
Senja mulai turun di kota Riverdale, membuat gedung-gedung pencakar langit berkilau keemasan dalam cahaya matahari terbenam.Di lantai teratas gedung Lion's Roar Entertainment, Klein berdiri menghadap jendela besar di ruang kerjanya, matanya menatap jauh ke cakrawala yang perlahan berubah warna.Suara ketukan pelan di pintu mengalihkan perhatiannya dari pemandangan kota. "Masuk," ujarnya singkat, tanpa berbalik.Lina melangkah masuk, membawa tablet di tangannya. "Tuan Muda, saya memiliki informasi yang mungkin menarik minat Anda."Klein berbalik, menatap Lina dengan ekspresi datar namun penuh perhatian. "Apa itu?""Saya baru saja mendapat kabar tentang sebuah jamuan makan malam eksklusif yang akan diadakan malam ini di
Semua kepala menoleh ke arah sumber suara. Sheraphina Snow berdiri di sana, anggun dalam gaun malam berwarna perak yang berkilauan. Rambutnya yang berwarna perak disanggul rapi, membingkai wajahnya yang cantik dengan sempurna. Petugas keamanan segera membungkuk hormat. "Nona Snow. Kami sedang menangani seseorang yang mencoba masuk tanpa undangan." Sheraphina mengalihkan pandangannya ke arah Klein, dan untuk sesaat, ada kilatan terkejut di matanya. Namun, ia segera menguasai diri. "Oh, Klein," ujarnya dengan nada ringan namun penuh otoritas. "Aku sudah menunggumu. Maaf, sepertinya ada kesalahan dalam daftar tamu. Tuan Muda Lionheart ini adalah tamuku malam ini." Petugas keamanan terlihat bingung, tapi tidak berani membantah Sheraphina Snow. "B-baik, Nona Snow. Maafkan kesalahpahaman ini." Sheraphina tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya ke arah Klein. "Ayo, Klein. Kita sudah terlambat untuk acara utama." Klein, meski sedikit terkejut dengan bantuan tak terduga ini, tetap m
Setelah berpisah dengan Sheraphina, Klein terus bergerak dengan tenang di antara para tamu.Ia menangkap beberapa informasi menarik–bisikan tentang Richard Longbottom yang memiliki rencana untuk merebut kembali perusahaannya, rumor tentang aliansi baru antara beberapa keluarga besar, dan bahkan gossip tentang skandal yang melibatkan beberapa tokoh penting.Saat malam semakin larut, Klein merasakan seseorang menyentuh lengannya dengan lembut. Ia menoleh, mendapati Sheraphina berdiri di sampingnya."Kita perlu bicara," bisik Sheraphina. "Ikut aku."Klein mengangguk, mengikuti Sheraphina keluar dari ballroom menuju sebuah balkon tersembunyi. Di sana, jauh dari keramaian pesta, Sheraphina akhirnya berbalik menghadap Klein.
Mata pelayan itu tiba-tiba menjadi kosong, seolah-olah kesadarannya telah diambil alih. Saat ia mulai berbicara, suaranya monoton dan tanpa emosi."Aku... aku adalah anggota Keluarga Xie," ujarnya. "Aku diperintahkan untuk membunuh Sheraphina Snow atas permintaan Richard Longbottom."Klein merasakan amarah dingin mulai membakar dadanya, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi. Ia melirik ke arah Sheraphina, melihat bagaimana gadis itu bereaksi terhadap informasi ini.Sheraphina berdiri perlahan, matanya berkilat berbahaya. Untuk pertama kalinya, Klein melihat kemarahan sejati di wajah gadis yang biasanya tenang itu."Richard Longbottom," geram Sheraphina, tangannya terkepal erat di sisinya. "Berani-beraninya dia...""Apa yang akan kau lakukan?" tanya Klein, suaranya tetap tenang meski ia bisa merasakan ketegangan yang memancar dari Sheraphina.Sheraphina menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Awalnya aku ingin menyingkirkannya demi untuk membantumu. Tapi kali ini, aku benar-benar