"Klein," isak Raven. "Aku tahu kau akan datang."Klein tidak membalas pelukan itu, namun ia membiarkan Raven memeluknya sejenak sebelum akhirnya melepaskannya dengan lembut. "Kita harus pergi dari sini. Ikuti aku."Sementara itu, asap mulai menipis. Richard panik melihat pasukannya kalah jumlah dan mulai terdesak. Ia mencari-cari sosok Raven, hanya untuk mendapati kursi tempatnya diikat sudah kosong."Tidak!" teriaknya frustasi. "Di mana wanita itu?!"Berbeda dengan Richard yang panik, Tetua Xie tetap tenang. Matanya yang tajam menyapu ruangan, dan untuk sesaat, tatapannya bertemu dengan Klein yang berdiri di antara kerumunan, Raven aman di sampingnya.Tetua Xie mendecih pelan. Ia tahu situasi sudah tidak menguntungkan mereka
Saat pukulan Tetua Xie tinggal beberapa sentimeter dari wajahnya, Klein merasakan waktu seolah melambat. Dunia di sekelilingnya menjadi buram, hanya pukulan Tetua Xie yang terlihat jelas di matanya. Kalung giok naga di dadanya berdenyut kuat, seolah memberikan sinyal tanda bahaya. Dengan gerakan yang nyaris tak terlihat mata, Klein memiringkan kepalanya, membiarkan pukulan Tetua Xie melewati telinganya hanya beberapa milimeter. Angin dari pukulan itu bahkan mampu merobek sedikit kulit pipinya, menunjukkan betapa kuatnya serangan tersebut. Cairan merah menetes dari kulit pipinya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka di pipi Klein langsung menutup dalam hitungan detik. Tetua Xie, yang menyaksikan hal ini, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Regenerasi?" gumam Tetua Xie. "Kau penuh kejutan, Anak Muda. Bahkan Praktisi Bela Diri sepertiku, tidak mudah melakukannya." Klein tidak menanggapi. Matanya yang merah berkilat tajam, menganalisis setiap gerakan lawannya. I
Cornelius Lionheart berdiri tegap, tangannya menangkap pukulan Tetua Xie dengan mudah. Aura keemasan yang kuat memancar dari tubuhnya, menciptakan tekanan udara yang luar biasa. Di sekelilingnya, sembilan bola api kecil berputar dengan kecepatan tinggi, menciptakan pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan. "Maaf aku terlambat, Klein," ujar Cornelius, suaranya tenang namun penuh otoritas. Ia menatap Tetua Xie dengan tajam. "Sudah lama kita tidak bertemu, Xie Lie." Tetua Xie melompat mundur, matanya menyipit waspada. "Cornelius Lionheart. Aku tidak menyangka kau masih hidup, apalagi masih bisa menggunakan Teknik Matahari Surgawi dengan sempurna." Cornelius tersenyum tipis. "Ada banyak hal yang tidak kau ketahui, Xie Lie. Termasuk betapa bodohnya tindakanmu menyerang cucuku." Klein, yang masih terkejut dengan kemunculan kakeknya, berusaha bangkit. Namun, tubuhnya masih lemah akibat pertarungan sebelumnya. Cornelius menyadari hal ini dan berkata tanpa menoleh, "Istirahatla
Sore itu, suasana di kantor pusat Lion's Roar Entertainment dipenuhi ketegangan yang pekat. Wartawan dari berbagai media berkumpul di ruang konferensi pers, kamera dan mikrofon siap merekam setiap kata yang akan diucapkan oleh CEO Lex. Di balik panggung, Lex menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, apa yang akan ia sampaikan hari ini akan mengguncang industri hiburan Riverdale, bahkan mungkin seluruh Nexopolis. "Anda siap, CEO Lex?" tanya seorang staf. Lex mengangguk mantap. "Ya, ayo kita mulai." Begitu Lex melangkah ke atas panggung, blitz kamera langsung menyambutnya. Ia berdiri di belakang podium, menatap lautan wartawan di hadapannya dengan tenang. "Selamat sore, hadirin sekalian," Lex memulai dengan suara yang tegas namun tenang. "Terima kasih atas kehadiran Anda semua di konferensi pers dadakan ini. Ada beberapa hal penting yang perlu saya sampaikan." Lex menarik napas sejenak sebelum melanjutkan. "Pertama-tama, saya ingin mengklarifikasi rumor yang b
Di kediaman keluarga Lee, Elisia duduk tegang di ruang kerjanya. Matanya terpaku pada tablet di tangannya, membaca berita demi berita tentang skandal Longbottom. Ia menggigit bibirnya, campuran antara kekhawatiran dan kemarahan berkecamuk di dadanya."Bodoh," gumamnya pelan. "Richard, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Mengapa kau melakukan tindakan gegabah seperti ini? Sungguh mengecewakan."Elisia tahu, rencana perjodohan antara Rina dan Richard kini harus dikubur dalam-dalam. Jika ia nekat meneruskan rencana itu, bukan hanya nama baik keluarga Lee yang akan tercoreng, tapi juga seluruh bisnis mereka bisa hancur.Matanya beralih ke foto Klein yang terpampang di berbagai media online. Klein Lionheart, pemuda yang tadinya ia remehkan, kini menjadi pahlawan yang menyelamatkan Raven Whitefeather. Elisia masih enggan mengakuinya, tapi dalam hati ia tahu, Klein telah memenangkan kontes ini dengan telak."Jika melihat dari sepak terjang Klein di Zephir," gumam Elisia, matanya dingin meli
Sore itu, tepat pukul 6, Klein Lionheart duduk dengan tenang di ruang kerjanya di Paviliun Lionheart.Matanya yang tajam menatap layar komputer, menganalisis setiap detail laporan keuangan Longbottom Entertainment yang berhasil ia dapatkan melalui koneksinya.Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan dingin di matanya yang menunjukkan tekadnya yang kuat.Suara ketukan pelan terdengar dari pintu. "Masuk," ujar Klein singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Charles Steele, Shun Akiyama, dan Rian Lee melangkah masuk ke dalam ruangan. Ketiga pria itu, meski terlihat sedikit bingung karena dipanggil mendadak, tetap memancarkan aura wibawa dan kekuasaan."Selamat sore, Tuan Muda Lionheart," sapa Charle
Klein tetap tenang, matanya balas menatap Rian tanpa gentar. "Karena ini kesempatan bisnis yang sangat menguntungkan, Rian. Kau tahu betul potensi keuntungan yang bisa kita raih dari pengambilalihan ini." Rian mendengus pelan. "Potensi keuntungan? Ya. Tapi juga risiko yang sangat besar. Kau memintaku untuk menentang Longbottom Entertainment, salah satu kekuatan besar di Riverdale. Apa yang bisa kau tawarkan untuk mengimbangi risiko ini?" "25% saham perusahaan hasil merger," jawab Klein tanpa ragu. "Serta hak untuk menunjuk salah satu direktur di jajaran direksi Lion's Roar Entertainment." Rian mengangkat alisnya sedikit, tanda ia mulai tertarik. Namun, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Menarik. Tapi tidak cukup. Aku ingin 30% saham dan dua kursi direksi." Klein terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran Rian. Ia tahu bahwa dukungan Heaven Group sangat penting untuk rencananya. Namun, memberikan terlalu banyak kekuasaan pada Rian juga berisiko. "27% saham dan satu kursi direksi," bala
Tepat pukul 8 malam, Klein memberi sinyal untuk memulai operasi yang telah direncanakan. Dalam hitungan menit, seluruh aset Longbottom Entertainment dibekukan oleh bank dan departemen pemerintah terkait. Tim hacker yang disewa Klein menyusup ke dalam sistem perusahaan, mengumpulkan lebih banyak bukti kecurangan dan praktik ilegal.Di saat yang sama, Charles Steele dan timnya bergerak cepat, mengamankan gedung-gedung dan aset fisik milik Longbottom. Shun Akiyama sibuk menghubungi artis-artis top Longbottom, menawarkan kontrak yang lebih menggiurkan di bawah naungan Lion's Roar Entertainment.Rian Lee, dengan koneksinya yang luas di dunia bisnis, mulai menyebarkan rumor tentang kehancuran Longbottom Entertainment. Hal ini memicu kepanikan di kalangan investor, menyebabkan banyak pihak menjual saham mereka dengan harga murah.Di kediaman Longbottom, Rudeus terbangun oleh dering ponselnya yang tak henti-henti. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat panggilan demi panggilan yang membawa