Terima Kasih Kak Ma Tibun dan Kak Daffa atas dukungan Gem-nya. Untuk itu, besok othor usahakan UP 4 bab(✷‿✷) Di tunggu(◠‿・)—☆
Sore itu, suasana di kantor pusat Lion's Roar Entertainment dipenuhi ketegangan yang pekat. Wartawan dari berbagai media berkumpul di ruang konferensi pers, kamera dan mikrofon siap merekam setiap kata yang akan diucapkan oleh CEO Lex. Di balik panggung, Lex menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, apa yang akan ia sampaikan hari ini akan mengguncang industri hiburan Riverdale, bahkan mungkin seluruh Nexopolis. "Anda siap, CEO Lex?" tanya seorang staf. Lex mengangguk mantap. "Ya, ayo kita mulai." Begitu Lex melangkah ke atas panggung, blitz kamera langsung menyambutnya. Ia berdiri di belakang podium, menatap lautan wartawan di hadapannya dengan tenang. "Selamat sore, hadirin sekalian," Lex memulai dengan suara yang tegas namun tenang. "Terima kasih atas kehadiran Anda semua di konferensi pers dadakan ini. Ada beberapa hal penting yang perlu saya sampaikan." Lex menarik napas sejenak sebelum melanjutkan. "Pertama-tama, saya ingin mengklarifikasi rumor yang b
Di kediaman keluarga Lee, Elisia duduk tegang di ruang kerjanya. Matanya terpaku pada tablet di tangannya, membaca berita demi berita tentang skandal Longbottom. Ia menggigit bibirnya, campuran antara kekhawatiran dan kemarahan berkecamuk di dadanya."Bodoh," gumamnya pelan. "Richard, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Mengapa kau melakukan tindakan gegabah seperti ini? Sungguh mengecewakan."Elisia tahu, rencana perjodohan antara Rina dan Richard kini harus dikubur dalam-dalam. Jika ia nekat meneruskan rencana itu, bukan hanya nama baik keluarga Lee yang akan tercoreng, tapi juga seluruh bisnis mereka bisa hancur.Matanya beralih ke foto Klein yang terpampang di berbagai media online. Klein Lionheart, pemuda yang tadinya ia remehkan, kini menjadi pahlawan yang menyelamatkan Raven Whitefeather. Elisia masih enggan mengakuinya, tapi dalam hati ia tahu, Klein telah memenangkan kontes ini dengan telak."Jika melihat dari sepak terjang Klein di Zephir," gumam Elisia, matanya dingin meli
Sore itu, tepat pukul 6, Klein Lionheart duduk dengan tenang di ruang kerjanya di Paviliun Lionheart.Matanya yang tajam menatap layar komputer, menganalisis setiap detail laporan keuangan Longbottom Entertainment yang berhasil ia dapatkan melalui koneksinya.Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan dingin di matanya yang menunjukkan tekadnya yang kuat.Suara ketukan pelan terdengar dari pintu. "Masuk," ujar Klein singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Charles Steele, Shun Akiyama, dan Rian Lee melangkah masuk ke dalam ruangan. Ketiga pria itu, meski terlihat sedikit bingung karena dipanggil mendadak, tetap memancarkan aura wibawa dan kekuasaan."Selamat sore, Tuan Muda Lionheart," sapa Charle
Klein tetap tenang, matanya balas menatap Rian tanpa gentar. "Karena ini kesempatan bisnis yang sangat menguntungkan, Rian. Kau tahu betul potensi keuntungan yang bisa kita raih dari pengambilalihan ini." Rian mendengus pelan. "Potensi keuntungan? Ya. Tapi juga risiko yang sangat besar. Kau memintaku untuk menentang Longbottom Entertainment, salah satu kekuatan besar di Riverdale. Apa yang bisa kau tawarkan untuk mengimbangi risiko ini?" "25% saham perusahaan hasil merger," jawab Klein tanpa ragu. "Serta hak untuk menunjuk salah satu direktur di jajaran direksi Lion's Roar Entertainment." Rian mengangkat alisnya sedikit, tanda ia mulai tertarik. Namun, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Menarik. Tapi tidak cukup. Aku ingin 30% saham dan dua kursi direksi." Klein terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran Rian. Ia tahu bahwa dukungan Heaven Group sangat penting untuk rencananya. Namun, memberikan terlalu banyak kekuasaan pada Rian juga berisiko. "27% saham dan satu kursi direksi," bala
Tepat pukul 8 malam, Klein memberi sinyal untuk memulai operasi yang telah direncanakan. Dalam hitungan menit, seluruh aset Longbottom Entertainment dibekukan oleh bank dan departemen pemerintah terkait. Tim hacker yang disewa Klein menyusup ke dalam sistem perusahaan, mengumpulkan lebih banyak bukti kecurangan dan praktik ilegal.Di saat yang sama, Charles Steele dan timnya bergerak cepat, mengamankan gedung-gedung dan aset fisik milik Longbottom. Shun Akiyama sibuk menghubungi artis-artis top Longbottom, menawarkan kontrak yang lebih menggiurkan di bawah naungan Lion's Roar Entertainment.Rian Lee, dengan koneksinya yang luas di dunia bisnis, mulai menyebarkan rumor tentang kehancuran Longbottom Entertainment. Hal ini memicu kepanikan di kalangan investor, menyebabkan banyak pihak menjual saham mereka dengan harga murah.Di kediaman Longbottom, Rudeus terbangun oleh dering ponselnya yang tak henti-henti. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat panggilan demi panggilan yang membawa
Pagi itu, Klein melangkah mantap memasuki kediaman keluarga Lee. Wajahnya tetap tenang, namun ada kilatan determinasi di matanya yang tajam.Ia telah mempersiapkan diri untuk pembicaraan penting ini dengan Elisia Lee.Elisia menyambut Klein di ruang tamu dengan ekspresi yang sulit dibaca. Wanita paruh baya itu masih terlihat anggun dalam balutan gaun sutra berwarna pastel, namun kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang ia coba sembunyikan."Selamat pagi, Nyonya Lee," sapa Klein sopan, membungkuk sedikit. "Terima kasih telah bersedia menemui saya hari ini."Elisia mengangguk kaku. "Selamat pagi, Klein. Silakan duduk."Mereka duduk berhadapan, atmosfer tegang menyelimuti ruangan itu. Klein menatap lurus ke mata El
Cornelius terdiam sejenak, lalu berkata, "Aku sudah berjanji akan mengajarimu setelah kontesmu dengan Richard selesai. Jadi, aku akan mengajarimu." "Namun, sebelum itu, aku ingin bertanya padamu, Klein." Cornelius menatap Klein serius. "Teknik ini... tidak mudah dipelajari. Bahkan bisa dibilang sangat berbahaya. Apa kau yakin akan tetap mempelajarinya?" Klein mengangguk mantap. "Aku yakin, Kek. Aku harus menjadi lebih kuat. Untuk melindungi orang-orang yang kusayangi, dan untuk menghadapi ancaman yang mungkin datang di masa depan." Cornelius menghela napas panjang. Ia bisa melihat tekad yang kuat di mata cucunya. "Baiklah. Tapi aku harus memperingatkanmu, Klein. Fase pertama Teknik Matahari Surgawi sangatlah menyakitkan. Kau harus bermeditasi di bawah terik matahari untuk menyerap energi Qi matahari secara langsung." Klein mengangguk. "Aku siap, Kek." "Baiklah," ujar Cornelius, bangkit dari kursinya. "Ikuti aku." Mereka berjalan ke area terbuka di taman belakang. Cornelius berhen
Cornelius, melihat situasi yang semakin berbahaya, segera bertindak. Dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa, ia melesat ke arah Klein. Tangannya yang diselimuti energi keemasan langsung menyentuh beberapa titik akupuntur di tubuh cucunya."Tenang, Klein," ujar Cornelius dengan suara tegas namun menenangkan. "Lepaskan energinya. Biarkan mengalir keluar."Klein, meski dalam keadaan setengah sadar karena rasa sakit, berusaha mengikuti instruksi kakeknya. Ia membayangkan energi yang membakar tubuhnya sebagai air panas yang harus ia keluarkan.Perlahan tapi pasti, energi itu mulai mengalir keluar dari tubuhnya, menciptakan uap panas yang menyelimuti area di sekitar mereka.Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Klein akhirnya berhasil mengeluarkan sebagian besar energi yang tidak stabil dari tubuhnya. Ia terjatuh lemas ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Kulitnya yang tadi memerah kini tampak pucat dan berkeringat dingin.Meski kemampuan regenerasi Klein telah beke
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte