Home / Pernikahan / Pamanmu Adalah Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pamanmu Adalah Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

118 Chapters

11. Menyesal Melahirkanmu

Alena sudah ada di depan pintu masuk rumahnya. Dia membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia melihat rumahnya begitu sepi seperti tidak terjadi sesuatu yang menyedihkan. “Nona, Anda ada di sini?” tanya seorang pelayan yang melihat kedatangan Alena. “Bagaimana keadaan ibuku?” "Nyonya baik-baik saja,” jawab sang pelayan dengan raut wajah kebingungan. “Di mana ibuku sekarang?” Alena kembali bertanya. “Nyonya ada di kamarnya dan ....” Alena langsung menuju kamar sang ibu tanpa mendengarkan sang pelayan menyelesaikan kalimatnya. Dia berhenti sejenak saat sudah ada di depan pintu kamar yang ternyata sedikit terbuka. Sehingga dia bisa mendengar sang ibu yang tengah bicara dengan seseorang. Dia berniat untuk masuk tetapi diurungkannya karena dia sedikit terkejut dengan perkataan sang ibu. Dia memutuskan untuk tetap berdiri di balik pintu dan mendengarkan semua pembicaraan ibunya dengan seseorang yang ada di ujung telepon. Dia tersenyum sedih saat mendengar ibunya yang sedang membicarak
Read more

12. Keputusanku Sudah Bulat

Alena tersenyum lalu dia berkata, “Aku tidak peduli lagi.” Tanpa membalikkan tubuhnya dan dia juga tidak peduli dengan orang yang ada di belakangnya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan menjalankannya ke luar area rumahnya.  Sebenarnya dia sudah tahu s
Read more

13. Tante Muda

“Kamu ada di sini?” Alena kembali bertanya pada orang yang ada di sampingnya saat ini.  “Tante muda ....” “Tante muda ... tante mudah ... apakah kamu tidak bisa memanggilku Alena saja? Panggilanmu itu terasa tidak mengenakan telingaku saja!”  Alen
Read more

14. Jangan Mengancamku

"Sepertinya memang ada yang tidak beres,” gumam Alena. Lalu dia menjalankan motornya untuk mendekati Caca. Dia menghentikan motornya setelah ada di dekat Caca. Dia membuka helmnya. Lalu melihat ke arah Caca yang terkejut saat melihat dirinya. “Sebaiknya kamu pergi! Jika tidak kamu akan menyesalinya!” ancam seorang pria yang mengenakan anting di hidungnya. “Aku ingin lihat siapa yang akan menyesal nantinya.” Alena menimpali pria itu dan memperlihatkan jika dirinya sama sekali tidak takut dengan mereka semua. Dia juga melihat ke arah Caca yang saat ini sudah ada di dekatnya. “Tante, sebaiknya pergi saja! Aku bisa menyelesaikannya,” ucap Caca. “Siapa mereka sebenarnya? Mengapa kamu berhubungan dengan mereka? Apakah mereka mengancam kamu?” Alena melayangkan banyak pertanyaan pada keponakan suaminya itu. Meski dirinya belum mengenal baik Caca tetapi dia tidak membiarkannya dalam bahaya. “Jelaskan padaku!” Alena kembali berkata dengan nada sedikit menekan pada Caca yang ada di s
Read more

15. Rahasia Kita

Alena masih merasa kesal dan dia orang yang memintanya untuk bertemu. Padahal sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas dengan orang itu. Dia berusaha memejamkan matanya tetap saja tidak bisa. “Sungguh menyebalkan,” gerutu Alena. Lalu dia turun dari atas ranjang dan berjalan menuju balkon. Dia berdiri di sana. Dia menatap langit yang gelap tanpa ada bulan dan bintang-bintang. Setelah itu dia melihat jalanan yang ada di bawahnya. “Mengapa aku tidak bisa hidup dengan tenang? Apakah aku memang tidak pantas mendapatkannya?” gumam Alena. Alena menghela napasnya lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia berjalan mendekat ke arah ranjang dan kembali merebahkan tubuhnya. Dia memejamkan matanya dan tidak begitu lama dia pun akhirnya terlelap. Dia terbangun saat mendengar alarm ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan mematikan alarmnya. Alena mendengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamarnya dan mendengar suara Caca yang meminta izin untuk masuk. “Masuklah!” perintah Alena sembari tu
Read more

16. Kamu Bilang Cinta

Seketika Alena melihat ke arah belakang. Dia menatap seorang pria yang terlihat geram dengan kejadian barusan. Namun, entah mengapa dia merasa tidak sedang dengan kehadiran pria itu di kafenya. “Pergi! Jika kalian masih ingin tetap hidup bebas!” perintah pria itu dengan nada mengancam. Terlihat pria yang tadi bertengkar menarik wanita yang ada di sampingnya lalu pergi meninggalkan kafe. Sedangkan wanita yang memukul Alena masih ada di sana. “Apa kamu masih belum puas?” tanya Alena pada wanita itu. “Semua ini salahmu! Andaikan kamu tidak ikut campur mungkin aku tidak akan kehilangan kontrol dan menyerangmu!” timpal wanita itu yang masih tampak kesal. “Pergilah! Aku juga tidak ingin kehilangan kontrolku sebab itu bisa membuatmu tidak bisa berjalan lagi.” Kali ini Alena berkata dengan nada dingin. Sehingga membuat wanita itu pergi meninggalkan kafe. Namun, dia ikut merasakan betapa kecewa, sakit hatinya wanita itu dengan pengkhianatan kekasihnya. “Alena, kamu tidak apa-apa?”
Read more

17. Hari Penuh Kesialan

“Jangan berteriak!” geram pria itu sembari menutup pintu mobilnya. “Dasar pria tidak tahu berterima kasih! Padahal aku sudah membantumu!” Alena berkata dengan nada kesal. Alena berusaha membuka pintu mobil tetapi tidak bisa karena pria yang duduk di depan langsung menguncinya. Tidak begitu lama mobil pun meninggalkan lokasi saat ini. Tidak begitu lama ponselnya berdering. Dia mengambil ponselnya dari saku jaketnya. Alena mengangkat teleponnya karena yang menghubunginya adalah Caca. “Ca, bisa kamu membantuku? Ada orang gila yang menculik aku!” Alena langsung meminta tolong pada Caca. Alena terkejut karena pria yang ada di sampingnya langsung mengambil ponselnya. Dia mau merebutnya tetapi pria itu menjauhkan ponselnya. “Kamu jangan ikut campur! Aku tidak akan memaafkanmu jika membuat masalah untukku!” Pria itu berkata kepada Caca yang ada di ujung telepon. Dengan nada mengancam, setelah itu dia menutup sambungan teleponnya. “Kembalikan ponselku!” ujar Alena sembari terus ber
Read more

18. Pergi Dari Apartemenku

Alena turun dari atas ranjang dan berjalan ke luar dari dalam kamarnya. Dia melihat ada seseorang yang tengah berjalan mengendap-endap. “Seperti pencuri saja. Kenapa kamu ada di sini?” tanya Alena setelah dia tahu siapa yang masuk ke dalam apartemennya. “Tante Kecil, izinkan aku tidur di sini malam ini ya?” “Tidak.” “Kenapa? Apa aku berbuat salah padamu?” “Kamu pikir saja sendiri.” Setelah mengatakan itu Alena pun masuk ke dalam kamarnya. Dia mengabaikan Caca yang baru saja tiba di apartemennya. Dia masih merasa kesal dengan wanita itu karena sudah memberikan alamat apartemennya pada Brian. Serta memberikan nomor ponselnya yang baru pada Theo. “Keluarga yang menyebalkan!” gerutu Alena sembari melihat Brian yang tertidur pulas di atas ranjangnya. Dia termenung sejenak lalu kembali berkata, “Mengapa aku masuk ke sini?” Dia pun kembali ke luar dan melihat Caca yang masuk ke dalam kamar yang ada di seberang kamarnya. Alena terus menatap keponakan dari suaminya itu. “Tante K
Read more

19. Sebuah Penjelasan

“Kamu tunggu aku di sana!” perintah Alena pada orang yang ada di ujung telepon. Lalu dia memutuskan sambungan teleponnya.  Dia pun bergegas menuju ke kamarnya. Dia mengabaikan Brian yang sedang memandanginya. Alena mengambil pakaian dari almari lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya.  Alena ke luar dari dalam kamar mandi dan langsung mengambil kunci mobilnya. Kali ini dia tidak bisa menggunakan motornya karena semalam dia meninggalkannya di pinggir jalan.
Read more

20. Urus Saja Keluargamu

“Apa masalahmu dengan, Theo?” tanya pria yang tadi memanggil nama Alena. Alena terkejut saat melihat pria itu bukanlah Theo melainkan Brian. Namun, rasa kesal dan geram yang ada di hatinya malah semakin besar tatkala melihat Brian yang ada di hadapannya. “Untuk apa kamu datang ke sini?” jawab Alena dengan sebuah pertanyaan pada Brian. “Apa hubunganmu dengan, Theo?!” Brian kembali bertanya dengan nada sedikit menekan.“Itu bukan urusanmu! Kamu urus saja keluargamu sendiri!”Setelah mengatakan itu Alena pergi dan menuju ke ruang kerjanya dengan rasa kesal di hatinya. Dia tidak memedulikan pandangan orang-orang dan juga tidak memedulikan pertanyaan yang dilayangkan oleh Brian kepadanya. Dia membalikkan tubuhnya saat mendengar seseorang membuka pintu ruang kerjanya. Alena menatap orang itu yang tidak lain adalah Brian yang terlihat marah. “Ada apa lagi? Apakah masih belum cukup masalah yang keluargamu timbulkan padaku?!” Alena bertanya dengan nada
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status