Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Rahasia Kekayaan Sang Barista: Chapter 201 - Chapter 210

213 Chapters

Bermula Dari Dapur.

Xander tiba di Panti Asuhan Penuh Kasih tepat pukul sembilan pagi. Ketika ia membuka pintu, suasana ramai dan ceria menyambutnya.Namun, yang paling mengejutkan adalah melihat Yuto, yang dikenal dengan reputasinya, tampak berperilaku sangat baik. Ia berbicara dengan anak-anak panti dengan hangat, bahkan tampak akrab, sebuah pemandangan yang jarang dilihat dari sosok profesi seperti Yuto.Yuto melirik Xander sekilas, namun tidak melepaskan pelukannya pada seorang anak panti berusia lima tahun.Meskipun tidak ada kata yang diucapkan, Xander bisa merasakan pesan yang tersirat dalam tatapan Yuto.Seolah-olah Yuto memohon: "Tolong, jangan buka rahasiaku di depan anak-anak panti."Xander hanya mengangkat bahu, bersikap seolah tak peduli, tetapi dalam hatinya ia memahami beban yang ditanggung Yuto. Ada sesuatu yang menyentuh dalam interaksi ini, seakan Yuto menemukan kedamaian sesaat di tengah kehidupannya yang penuh gejolak."Oh, jadi kamu sudah duluan tiba?" kata Xander, mencoba mencairkan
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Kesenangan Di Pasar Mayomba.

Saat itu juga, Xander memutuskan untuk memulai bisnis roti. Ini bukan semata-mata langkah mencari keuntungan, tetapi sebagai strategi untuk menyelamatkan Panti Asuhan Penuh Kasih dari ancaman penggusuran oleh Setiawan Company.Perusahaan ini, di bawah kendali Tjiang Global Corporation, memiliki rencana besar untuk menghapus keberadaan panti tersebut."Jika tidak mulai sekarang, kapan pihak panti asuhan akan belajar menjalankan bisnis bakery?" pikir Xander, mengingat percakapannya dengan Tuan William."Aku telah berjanji bahwa panti akan bertransformasi menjadi gerai toko roti yang representatif, layak bersanding dengan bangunan mal dan pemukiman mewah masa depan."Dalam kabin mewah mobil Alphard, Xander melirik ke arah Yuto, yang sedang bercakap-cakap dengan Hannah. Keduanya tampak riang, seolah tidak ada beban.Namun, Xander tahu lapisan dalam yang mengelilingi Yuto; mantan pembunuh bayaran yang kini mengklaim dirinya seorang baker profesional dari Shanghai."Kita lihat saja," bisik
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Ini Salah Paham Belaka.

Keributan di kios Anom mulai mereda ketika seorang pria dengan aura tenang dan karisma menenangkan memasuki area yang padat. Suaranya rendah dan tenang, namun penuh wibawa, membuat kemarahan Yuto sedikit mereda.Kehadirannya membawa angin segar di tengah suasana yang panas.“Permisi. Ada apa ribut-ribut di sini?” tanyanya dengan sopan, senyumnya menenangkan. Di sekeliling, hiruk-pikuk pasar Mayomba tetap bergema—suara tawar-menawar, derap langkah kaki, dan tawa anak-anak yang bermain, menciptakan irama unik kehidupan urban.“Anda siapa?” Yuto bertanya, berusaha mempertahankan nada cool-nya, meskipun rasa ingin tahunya mulai muncul.“Kau datang untuk menasehati kami atau untuk ikutan berkerumun?”“Perkenalkan. Saya Anom, pemilik kios ini. Ada masalah yang kurang menyenangkan hati tuan muda sehingga terjadi keributan?” Koh Anom menjawab dengan nada penuh pengertian, matanya menatap Yuto dengan tulus, seolah berusaha membaca pikiran Yuto yang penuh ketidakpastian.Di sekitar mereka, kios
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Kyoto Mart Dengan Kemegahannya.

Tak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi melaju di tengah keramaian ibu kota Jatavia, melintasi jalan-jalan utama yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit. Cahaya matahari siang memantul dari jendela-jendela kaca gedung, menciptakan kilauan yang menyilaukan.Papan iklan elektronik dengan gambar-gambar dinamis bergerak menarik perhatian, menambah semarak suasana kota yang sibuk.Di kedua sisi jalan, butik-butik mewah dan kafe bergaya modern berjajar rapi, seakan berlomba menarik perhatian siapa pun yang melintas. Hiruk-pikuk klakson mobil bersahutan, mengiringi irama kehidupan kota yang tidak pernah tidur.Di balik kaca mobil, Hannah memandang keluar dengan ekspresi penuh keheranan.Kemacetan yang tampak seperti sungai besi itu membuatnya mengernyit, dan suasana sekelilingnya terasa sangat kontras dengan tujuan mereka.“Xander, kita hendak ke mana?” tanyanya, nada suaranya mencerminkan kebingungan.“Bukankah kita seharusnya pergi membeli peralatan membuat roti, seperti mixer, p
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Belanja di Kyoto Mart

Di dalam Kyoto Mart, udara dari mesin pendingin menyelimuti ruang dengan kesejukan yang kontras dengan hiruk-pikuk di luar.Lampu-lampu kristal bergelantungan di langit-langit tinggi, memancarkan kilau seperti berlian. Namun, kesejukan ini tidak membuat perasaan Hannah Laksa lebih nyaman.Sebaliknya, ia merasa gugup dan berkeringat dingin saat melangkah melewati lorong butik-butik mewah yang berjajar di kanan dan kiri. Setiap langkahnya terasa berat, seakan-akan tegel marmer yang mengilap menahan kakinya dengan beban tak kasatmata.“Xander, please. Aku tak punya uang banyak. Bahkan membeli mesin mixer saja mungkin aku tak sanggup,” ucapnya lirih, suaranya hampir tenggelam dalam deru obrolan pengunjung yang berlalu lalang.Xander berhenti melangkah dan menatap Hannah dengan senyuman kecil di wajahnya, tetapi matanya memancarkan keyakinan yang tidak bisa dibantah.“Untuk apa kamu takut? Aku sudah mendapat persetujuan dari Ibu Grace Song. Kami bisa berbelanja di department store khusus p
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Serudukan Miranda.

“Lepaskan kataku. Aku tak sudi berbagi udara dengan gadis miskin seperti kamu!” suara perempuan itu terdengar tegas, mengandung ejekan dan hinaan.“Kamu tidak akan punya uang membeli produk semahal mesin Hobart seharga ratusan juta rupiah ini!” Si nyonya gemuk dengan gelang bergemerincing itu menatap penuh ejekan, ia memindai dari rambut hingga kekaki Hannah, membuat gadis itu seketika hilang percaya diri.Perempuan gemuk itu bernama Miranda. Dia dan suaminya Nate adalah pengusaha yang cukup kaya, masuk dalam jajaran orang kaya level tiga. Namun tetap saja kaya.Usaha mereka bernama Miranda Aestetik Cake, yang menjual kue berkelas.Kembali suasan tegang didalam mall...“Kamu mungkin salah masuk kesini. Seharusnya kamu berbelanja di pasar tradisonal, yang menjual barang-barang kelas dua! Bukan disini!”Mendengar itu Hannah seketika hampir menangis.Sepanjang hidup, dia memang selalu direndahkan, karena anak yatim piatu. Namun baru sekali ini ia dihina dengan tatapan judes, dan kata-ka
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Kebangkitan Miranda.

Tak lama kemudian, lolongan Miranda, pengusaha kue aestetik yang selalu berlagak sombong, perlahan menghilang saat ia digiring ke kantor petugas keamanan untuk meredakan amarahnya.Sejenak, mall kembali sepi, terutama di bagian peralatan rumah tangga dan mesin pembuat kue. Musik lembut yang mengalun di speaker mengisi udara, menenangkan suasana yang sempat terganggu.“Ayo, kita ke kasir dan daftar barang-barang belanjaan,” kata Yuto, sudah tenang kembali.Namun, berbeda dengannya, Hannah Laksa masih gemetar, langkahnya pelan penuh keraguan. Ia tampak rapuh, seperti gadis kecil yang tersesat di dunia yang lebih besar.“Apakah kita tidak akan dipermalukan nanti di meja kasir? Belanjaan kita begitu banyak. Aku takut Ibu Grace Song tidak setuju memberi pinjaman untuk barang-barang ini.” Matanya berkilat karena kecemasan.Yuto menoleh dengan tatapan datar, tersenyum tipis. “Bukankah ada Tuan Xander yang jadi jaminannya? Kenapa takut?”Mereka semakin dekat dengan kasir, namun ketenangan itu
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Karma Itu Instant.

“Katakan siapa yang mengambil mesin yang diinginkan isteriku?” Suara Nate menggema di udara, keras dan menggelegar, menarik perhatian beberapa pengunjung mall yang baru saja melenggang.Kepalanya berputar mencari sasaran, matanya seperti api yang melotot. Wajahnya yang kurus semakin terlihat menyeringai, menambah kesan penuh kebencian.Sementara itu, di samping Nate, Miranda berdiri dengan wajah yang penuh amarah, meskipun terlihat sedikit lebih terkendali.Ekspresinya yang galak karena mendapat angin, aksinya penuh kepercayaan diri yang sombong.“Itu dia! Gadis berbaju lusuh dan miskin itu!” Miranda menunjuk dengan semangat yang menyala.“Dia penyebab aku dipermalukan di pos satpam!” Ekspresinya berubah dari kesal menjadi kegirangan, matanya berbinar melihat sosok Hannah yang tampak takut, berusaha menyembunyikan wajahnya di balik tubuh tinggi Yuto, seperti seekor anak kucing yang mencari perlindungan.Miranda semakin gembira.“Rasakan kamu! Suamiku Nate adalah pemilik beberapa perus
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Akhir Drama Di Kyoto Mart.

Ketika Nate melihat ekspresi Direktur Hui yang masih diliputi ketidakpuasan, wajahnya menegang. Dalam upaya memperbaiki situasi, ia semakin dramatis menghajar istrinya.Suara tamparan keras bergema di sekitar mereka, membuat suasana di Kyoto Mart yang biasanya elegan menjadi tegang.Pipi Miranda merah menyala akibat tamparan itu. Tubuhnya sedikit terhuyung, tetapi kemudian ia langsung merosot ke lantai.Dengan suara yang bergetar antara ketakutan dan rasa malu, ia memohon-mohon.“Ampun, suamiku. Ampun... Aku sungguh tidak tahu kalau gadis miskin itu—eh, Nona itu adalah orang penting bagi Boss Hui. Jika aku tahu sejak awal, aku tak akan mungkin bertindak sembrono seperti ini...”Miranda kini merayap dengan gemetar menuju kaki Hannah. Pandangannya penuh rasa putus asa, berbeda jauh dari sikap angkuhnya sebelumnya.Wajahnya memelas, mencoba menarik simpati dari Hannah agar menghentikan tamparan suaminya.“Aku – aku....” kata Hannah, tetapi suaranya terdengar ragu.Dia merasa bingung. Men
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Memulai Bisnis Roti – Part I.

Di dalam ruang dapur yang terang benderang, Yuto menunjukkan keahlian profesionalnya dalam pembuatan roti. Dengan gerakan penuh kepercayaan dan keterampilan, ia memimpin proses pembuatan roti yang rumit.Anita Damanik, yang sejak pertama kali melihat Yuto bekerja, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.Matanya terus mengikuti gerak-geriknya, hampir seperti seorang murid yang tak sabar menyerap ilmu dari gurunya.“Adonan roti ini harus diistirahatkan kira-kira setengah jam sebelum siap dipanggang. Aku serahkan pekerjaan memanggang pada Anita yang bersedia melakukannya,” seru Yuto dengan suara lembut namun tegas, memecah kesunyian dapur yang sibuk.Waktu menunjukkan pukul sembilan malam ketika oven dibuka. Seketika, udara dapur dipenuhi aroma harum roti panggang yang menyebar hingga ke ruang depan.Baunya yang menggoda, berbaur dengan kehangatan yang menghibur setelah seharian bekerja keras. Anak-anak yang sedang bermain di ruang tamu menoleh, seakan merasakan kenikmatan yang ada.Namu
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status