“Tuan dewa penolong...” kata William Tjiang, menegaskan sapaan itu dengan nada menghormati. Matanya menatap Xander yang hanya berdiri diam, seolah ragu menjawab.“Apa Anda sudah lama tiba? Mengapa tidak langsung masuk menemuiku? Kita sudah janjian, bukan?”Wajah William menggelap, jelas tidak senang dengan situasi ini.Xander tetap tenang. Ia memang bukan tipe orang yang suka mengadu, meskipun Anna, sang resepsionis, telah mempersulitnya dan Ibu Mary dengan sengaja.Rasa belas kasih masih menguasai dirinya. Namun, Ibu Mary, meski dikenal welas asih, memiliki caranya sendiri menghadapi situasi seperti ini. Ketulusannya sering kali berubah menjadi senjata yang mematikan.Dengan sikap penuh kerendahan hati, Ibu Mary maju memperkenalkan diri. “Tuan William Tjiang, saya Mary, pemilik yayasan panti asuhan.”Tersentak oleh sikap sopan wanita tua itu, William segera menjabat tangannya dengan hangat. Ia sadar bahwa wanita ini adalah tamu istimewa yang dibawa oleh Xander, sosok yang ia hormati.
Last Updated : 2025-01-13 Read more