Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Chapter 211 - Chapter 213

All Chapters of Rahasia Kekayaan Sang Barista: Chapter 211 - Chapter 213

213 Chapters

Memulai Bisnis Roti – Part II.

“Bagaimana kalau kita mempacking roti ini dengan pembungkus plastik yang cantik dan mulai menjajakannya?” tanya Yuto percaya diri.“Itu ide bagus,” jawab Hannah, matanya bersinar. “Aku masih punya sedikit waktu sebelum ke kafe. Aku akan manfaatkan untuk membantu penjualan roti!”Yuto dan Hannah sepakat dan segera bergerak. Ibu Mary mengamati mereka dari meja.“Ayo pergi! Ini waktu yang tepat untuk menjajakan roti,” kata Hannah.Mereka melangkah keluar dari dapur, membawa keranjang penuh roti berbagai topping—sekitar lima puluh potong. Wajah mereka mencerminkan optimisme, meski tantangan menanti.Seiring mereka pergi, meja makan yang kosong meninggalkan lima puluh potong roti lainnya.Beberapa anak panti asuhan, mungkin belum siap bergegas ke sekolah, mulai mendekat dengan mata berbinar penuh rencana.“Apa kamu yakin? Apakah kamu sudah bisa menghitung?” tanya Ibu Mary, nada khawatir namun masih penuh kepercayaan.“Tentu saja, Ibu Mary! Aku sudah kelas lima, dan pandai matematika!” jawa
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Insiden Hari Pertama.

Karena roti buatan Yuto menggunakan bahan berkualitas premium dan didukung teknik pembuatan adonan serta pemanggangan kelas internasional, dagangan mereka habis terjual dalam waktu singkat.Aroma mentega dan adonan segar yang terpanggang sempurna ternyata cukup untuk memikat pembeli di sekitar kawasan itu.Di ruang tamu sederhana panti asuhan yang dihiasi furnitur lama namun terawat, Xander duduk sambil membaca laporan singkat.Pandangannya terangkat ketika melihat Yuto dan Hannah muncul sambil tertawa-tawa, membawa energi ceria ke dalam ruangan yang sebelumnya sunyi."Apa yang kalian tertawakan? Semua dagangan hari ini habis?" tanya Xander, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Nadanya terdengar tenang, namun matanya memancarkan rasa ingin tahu.Uji coba ini penting untuk mengukur apakah usaha mereka memiliki masa depan."Tentu saja habis!" jawab Hannah ceria. "Semua pembeli memuji roti buatan Yuto. Katanya, rasanya sekelas dengan roti mahal di mal!""Kami bahkan mendapat perminta
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Toko Roti Abner.

Toko roti “Abner Bakery” berdiri dengan aura lusuh di pinggir jalan, mencerminkan kebangkrutan yang diam-diam merayap.Bangunannya tidak bisa dibilang megah, tapi juga tidak sepenuhnya buruk—hanya seperti rumah tua yang terlalu lelah untuk bertahan di tengah gemerlap toko-toko modern.Cat dindingnya mengelupas seperti kulit pohon tua, kusennya kusam, dan dekorasi murahan yang pudar menambah kesan suram yang sulit diabaikan.Kue dan roti di etalase kaca terlihat jauh dari kata segar. Permukaannya kering, retak, dan warnanya memudar seperti kehilangan semangat hidup. Beberapa bahkan tampak seperti penghuni museum sejarah kuliner, bukan barang yang siap dimakan.Di depan toko, ada setumpuk roti yang diletakkan sembarangan, plastik pembungkusnya buram, dengan jamur yang mulai samar terlihat. Jika ada yang masih membelinya, itu mungkin bukan karena kualitas, tapi karena tidak punya pilihan lain.Yuto berdiri seluruh anak panah di depan toko itu. Ia memegang tongkat kayu dengan santai, tapi
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status