Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Rahasia Kekayaan Sang Barista: Chapter 181 - Chapter 190

233 Chapters

Buldozer dan Rumah Panti Asuhan – Part II.

“Pak Conan, ayo maju! Ini kesempatan yang bagus untuk merubuhkan bangunan tua itu!” teriak seorang pemuda yang duduk di atas salah satu buldozer. Wajahnya penuh semangat, berbeda dengan pria paruh baya bernama Pak Conan yang masih ragu-ragu.“Aku... aku tidak tega,” gumam Pak Conan. Tangannya yang gemetar menggenggam tuas kendali, tetapi hati kecilnya tak mampu memerintah dirinya untuk melanjutkan.“Ah, masa bodoh!” teriak si pemuda muda itu kesal. “Kalau Anda tidak mau melakukannya, biarkan aku yang menyelesaikan pekerjaan ini!”Dengan gesit, pemuda itu melompat dari buldozernya ke arah buldozer Pak Conan. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin. Suara alat berat itu meraung, dan buldozer mulai bergerak maju dengan kecepatan yang semakin bertambah.“Berhenti!” teriak Hannah Laksa, suaranya penuh kepanikan.“Tolong jangan hancurkan tempat tinggal kami!” ratap Ibu Mary, tangannya bergetar sambil menahan tangis.Anak-anak kecil pun menangis sejadi-jadinya, memohon agar tempat yang mereka sebut
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Pendekar Xianxia?

“Xander?” desis Dimas tak percaya. Wajahnya yang bulat dengan mulut terbuka lebar tampak lucu. Rasanya, jika ada telur ayam dilempar ke sana, pasti lolos tanpa hambatan masuk ke lambungnya.“Xander!” teriak Hannah, nyaris melompat dari tempatnya. “Mengapa aku merasa seperti sedang menonton adegan di drama Xianxia? Kamu masuk ke buldozer seperti pahlawan dalam cerita di film!”Xander turun dari ruang kemudi buldozer dengan tenang.Wajahnya berseri-seri, seolah-olah diselimuti cahaya pagi yang membuatnya tampak seperti tokoh abadi dari kisah fantasi Xianxia atau Wuxia di televisi Tiongkok.Anak-anak panti asuhan, yang sejak tadi menonton dengan penuh ketegangan, langsung bersorak gembira tanpa perlu dikomando. Tepuk tangan mereka riuh, bercampur dengan suara tawa kecil.“Hore! Pendekar Rajawali Sakti – Guo Jing!” teriak seorang anak dengan suara penuh semangat.“Ah, tapi wajahnya setampan Yang Kang!” sahut yang lain, sambil menunjuk Xander dengan penuh antusias.Serial Pendekar Rajawali
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Akhir Pertikaian

"Kamu meminta untuk tidak mematahkan tangan, bukan? Baiklah. Anggap saja aku sedang berbelas kasih," ujar Xander sambil mencibir, sudut bibirnya terangkat tipis seperti menikmati permainan sederhana.Petarung itu tampak lega sesaat, seperti menerima hadiah yang tak diduga. Namun, jauh di dalam hati, ia justru menertawakan Xander."Dasar bocah bodoh. Mau saja percaya mulut berbisa seperti milikku. Ini akan jadi hiburan memuaskan," pikirnya penuh kepuasan.Wajahnya ia poles dengan senyuman palsu, berharap akting penuh rasa terima kasihnya mampu menyentuh simpati penonton.Namun, sebelum rencananya berjalan sesuai harapan, sesuatu yang tak terduga terjadi.PLAK – PLAK – PLAK!Tiga tamparan keras mendarat di pipinya. Suara tamparan itu menggema seperti cambuk yang menyayat udara. Matanya membelalak, rasa perih menjalar panas ke wajahnya. Ia tertegun, sulit percaya Xander benar-benar melakukannya."Ini… ini…" gumamnya terbata-bata, suaranya serak karena syok. Kedua pipinya memerah menyala
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

The Tiger.

Sandy Setiawan memukul meja dengan keras. Dentuman kayu itu memenuhi ruangan, membuat dua petugas di hadapannya terkejut. Wajah Sandy memerah, sorot matanya menyala seperti bara api, siap membakar apa pun."Hanya untuk menggusur anak-anak kecil, seorang nenek tua, dan seorang gadis lemah, kalian gagal?!" bentaknya. Ia tidak percaya bahwa tugas sesederhana itu tidak bisa mereka selesaikan.Salah satu petugas, pria bertubuh kekar, berusaha menjawab meski suaranya terdengar gemetar. "Bos, ada seorang pemuda di sana. Dia menguasai ilmu bela diri, sepertinya seorang kultivator. Dia bahkan meninggalkan pesan untuk Anda."Sandy mengangkat alis, matanya menyipit. "Pesan apa?"Petugas itu menelan ludah. "Dia bilang namanya Xander dan yakin Anda tahu siapa dia."Ekspresi Sandy berubah drastis, wajahnya sekaku patung marmer. Napasnya tertahan, dan ruangan itu sunyi sementara kedua petugas saling pandang, bingung."Apakah Anda mengenalnya? Dia... orang dalam?" seorang petugas memberanikan diri be
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Insiden Campervan.

Masalah di panti asuhan untuk sementara terlupakan.Pihak kontraktor tampaknya menghentikan aksi mereka meneror Ibu Mary dan anak-anak panti. Kehidupan di panti perlahan kembali normal, meskipun bangunan tua itu kini menjadi satu-satunya yang tersisa di area tersebut.Rumah-rumah lain di sekitar panti telah diratakan, menyisakan hamparan tanah kosong yang mulai tertata rapi. Pekerja kontraktor hanya sibuk membersihkan sisa-sisa puing dan limbah dari kekacauan sebelumnya.Proyek besar yang katanya membawa perubahan justru meninggalkan ketidakpastian bagi penghuni terakhir kawasan ini—anak-anak panti yang tidak punya tempat lain untuk berlindung.Xander baru saja akan kembali ke ibukota setelah menginap semalam di pegunungan.Tidak seperti kebanyakan orang yang datang dengan mobil mewah atau campervan besar, Xander memilih sesuatu yang berbeda: sebuah campervan mini yang dimotori sepeda listrik. Kendaraan unik ini adalah hasil rakitan khusus, lengkap dengan gerbong kecil di belakangnya
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Kesempatan Hanya Sekali Seumur Hidup.

William Tjiang berdiri perlahan, tubuhnya masih terlihat lemah. Wajahnya pucat, dan sisa warna biru masih membayang di bibirnya. Namun, ekspresinya mendadak penuh percaya diri saat ia menatap gadis di sebelahnya.“Felicia,” serunya lantang, “anak muda ini sangat terampil dalam seni pengobatan. Mengapa kamu tidak memilih dia sebagai pacar saja?”“Kakek!” pekik Felicia Tjiang, wajahnya seketika memerah.Felicia, yang biasanya piawai menghadapi pemuda generasi kedua keluarga kaya, merasa aneh kali ini. Biasanya ia selalu memegang kendali, mampu menundukkan lawan bicaranya. Tapi entah kenapa, hari ini kata-kata kakeknya membuatnya salah tingkah. “Tapi dia terlihat lusuh dan miskin. Bukan tipe yang aku sukai!”Felicia langsung men“Lepaskan tangannya. Pemuda itu hendak pergi. Untuk apa Anda menahannya seperti itu?” tegur Felicia dengan nada dingin, meski tatapannya tak sepenuhnya bebas dari rasa canggung.William Tjiang tetap keras kepala, tidak melepas tangan Xander yang masih menjabat ta
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Malam Natal.

Namun, keangkuhannya membuat Felicia Tjiang tetap bersikeras bahwa Xander hanyalah pemuda biasa—pemuda kampung yang kebetulan muncul di jalanan.Meski William Tjiang berkali-kali memberi isyarat untuk mengajaknya bicara, bahkan meminta nomor telepon Xander, Felicia tetap menutup telinga.“Kakek, aku punya kriteria sendiri,” katanya dengan nada kesal, meski tampak canggung. “Seleraku itu yang berpenampilan rapi dan tampan, bukan sembarang orang yang kita temui di jalanan. Jangan buat aku malu.” Ia melirik Xander dengan tatapan penuh rasa tidak nyaman. “Lagipula, belum tentu dia tertarik padaku.”Xander sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Felicia. Ia sudah terbiasa dianggap remeh karena penampilannya. “Semua sudah beres. Silakan bawa Tuan William ke rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jawabnya ramah, tanpa embel-embel apapun.Xander lalu turun dari mobil campervan mewah itu dan menuju ke campervan mini sepeda listriknya. Tak lama kemudian, ia menghilang di tikung
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Pertemuan Keluarga?

Merasa tidak ada salahnya makan malam bersama William Tjiang, Xander akhirnya menerima tawarannya.Namun, di balik ajakan itu, ternyata ada sesuatu yang direncanakan. William Tjiang, dengan caranya yang halus, telah menyiapkan kejutan bagi Xander. Fakta ini baru terungkap setelah mereka duduk menikmati kopi pembuka di restoran mewah The Café.“Ngomong-ngomong, Tuan William,” tanya Xander dengan nada datar, meski matanya mengamati setiap gerak-gerik pria tua itu, “mana keluarga Anda yang tadi disebutkan akan makan malam bersama kita?”William Tjiang tersenyum kecil, lalu menggaruk kepalanya seperti seseorang yang tengah menyusun kata-kata.“Sebenarnya, aku ingin mengundangmu makan malam yang lebih istimewa di mansion kami. Tapi jangan khawatir,” katanya, mengangkat cangkir kopinya dengan santai.“Jika kau menginginkan menu masakan Prancis dari restoran ini, aku bisa mendatangkan chef-nya langsung ke mansion untuk memasak khusus buatmu.”Senyum William tampak tulus, tetapi Xander tahu i
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Hidangan Perancis Yang Mewah.

Merasa tidak senang dengan kehadiran Xander, Sandy langsung angkat bicara tanpa menahan emosinya.“Xander. Mengapa kamu bisa ada di sini? Siapa yang menyuruhmu datang ke makan malam anggun di kediaman Keluarga Tjiang?” tanyanya dengan nada yang penuh kecemburuan dan sinisme.Padahal, sudah jelas bahwa Xander datang bersama Tuan Tua William Tjiang. Namun, Sandy tetap saja melontarkan pertanyaan itu, seolah sengaja menunjukkan ketidaksukaannya.Xander hanya melirik santai ke arah Sandy, sorot matanya dingin namun tajam. Ia tak mau terpancing oleh emosi yang jelas-jelas dibuat-buat.“Aku diundang oleh Tuan William Tjiang sendiri,” jawab Xander tanpa basa-basi, dengan nada datar namun tegas. “Lalu kamu? Apa hubunganmu dengan keluarga ini? Mengapa kamu bisa duduk di meja makan keluarga Tjiang?” tambahnya, kali ini dengan sindiran yang halus tapi menusuk.Sandy tampak gelagapan, kehilangan kata-kata sesaat. Wajahnya memerah, seolah hendak mengucapkan sesuatu yang tak seharusnya.Hampir saja
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Minuman Anggur.

Setelah makan malam elegan itu selesai, acara berlanjut ke aula utama. Ruangan tersebut dipenuhi ornamen klasik namun modern, mencerminkan kemewahan keluarga Tjiang.Perapian elektronik besar dengan layar LED di tengah aula menampilkan gambar kayu api yang terbakar, lengkap dengan suara gemeretak yang terdengar begitu realistis. Aroma halus kayu cendana dari diffuser memenuhi udara, memberi kesan hangat yang mewah.Di tengah suasana itu, minuman premium mulai dihidangkan. Anggur merah vintage dituangkan ke gelas kristal, sementara kopi spesial Arabica dari Ethiopia menjadi pilihan mereka yang tidak ingin alkohol.Xander duduk sendirian di sudut ruangan. Tatapannya mengamati ke sekeliling dengan tenang, seperti seorang pemain catur yang memperhatikan bidak lawan. Di sisi lain, keluarga inti Tjiang berkumpul mengerubungi Tuan William Tjiang.“Kakek, aku punya sesuatu untukmu,” ujar Felicia penuh percaya diri.Semua mata tertuju padanya ketika ia menyerahkan sebuah kotak kayu antik beruk
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status