Share

Pertemuan Keluarga?

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 15:21:38

Merasa tidak ada salahnya makan malam bersama William Tjiang, Xander akhirnya menerima tawarannya.

Namun, di balik ajakan itu, ternyata ada sesuatu yang direncanakan. William Tjiang, dengan caranya yang halus, telah menyiapkan kejutan bagi Xander. Fakta ini baru terungkap setelah mereka duduk menikmati kopi pembuka di restoran mewah The Café.

“Ngomong-ngomong, Tuan William,” tanya Xander dengan nada datar, meski matanya mengamati setiap gerak-gerik pria tua itu, “mana keluarga Anda yang tadi disebutkan akan makan malam bersama kita?”

William Tjiang tersenyum kecil, lalu menggaruk kepalanya seperti seseorang yang tengah menyusun kata-kata.

“Sebenarnya, aku ingin mengundangmu makan malam yang lebih istimewa di mansion kami. Tapi jangan khawatir,” katanya, mengangkat cangkir kopinya dengan santai.

“Jika kau menginginkan menu masakan Prancis dari restoran ini, aku bisa mendatangkan chef-nya langsung ke mansion untuk memasak khusus buatmu.”

Senyum William tampak tulus, tetapi Xander tahu i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Hidangan Perancis Yang Mewah.

    Merasa tidak senang dengan kehadiran Xander, Sandy langsung angkat bicara tanpa menahan emosinya.“Xander. Mengapa kamu bisa ada di sini? Siapa yang menyuruhmu datang ke makan malam anggun di kediaman Keluarga Tjiang?” tanyanya dengan nada yang penuh kecemburuan dan sinisme.Padahal, sudah jelas bahwa Xander datang bersama Tuan Tua William Tjiang. Namun, Sandy tetap saja melontarkan pertanyaan itu, seolah sengaja menunjukkan ketidaksukaannya.Xander hanya melirik santai ke arah Sandy, sorot matanya dingin namun tajam. Ia tak mau terpancing oleh emosi yang jelas-jelas dibuat-buat.“Aku diundang oleh Tuan William Tjiang sendiri,” jawab Xander tanpa basa-basi, dengan nada datar namun tegas. “Lalu kamu? Apa hubunganmu dengan keluarga ini? Mengapa kamu bisa duduk di meja makan keluarga Tjiang?” tambahnya, kali ini dengan sindiran yang halus tapi menusuk.Sandy tampak gelagapan, kehilangan kata-kata sesaat. Wajahnya memerah, seolah hendak mengucapkan sesuatu yang tak seharusnya.Hampir saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Minuman Anggur.

    Setelah makan malam elegan itu selesai, acara berlanjut ke aula utama. Ruangan tersebut dipenuhi ornamen klasik namun modern, mencerminkan kemewahan keluarga Tjiang.Perapian elektronik besar dengan layar LED di tengah aula menampilkan gambar kayu api yang terbakar, lengkap dengan suara gemeretak yang terdengar begitu realistis. Aroma halus kayu cendana dari diffuser memenuhi udara, memberi kesan hangat yang mewah.Di tengah suasana itu, minuman premium mulai dihidangkan. Anggur merah vintage dituangkan ke gelas kristal, sementara kopi spesial Arabica dari Ethiopia menjadi pilihan mereka yang tidak ingin alkohol.Xander duduk sendirian di sudut ruangan. Tatapannya mengamati ke sekeliling dengan tenang, seperti seorang pemain catur yang memperhatikan bidak lawan. Di sisi lain, keluarga inti Tjiang berkumpul mengerubungi Tuan William Tjiang.“Kakek, aku punya sesuatu untukmu,” ujar Felicia penuh percaya diri.Semua mata tertuju padanya ketika ia menyerahkan sebuah kotak kayu antik beruk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Permintaan Xander.

    “Apa yang sedang Anda bicarakan, Tuan Dewa Penolong?”Suara dalam namun tegas milik William Tjiang memotong ocehan tak bermutu Sandy, membuat suasana ruangan seketika membeku.Sandy tergagap. “Saya... saya hanya mengatakan bahwa dia tidak biasa minum minuman mahal, Tuan William. Sesungguhnya, dia hanyalah seorang miskin, udik pedesaan. Bagaimana mungkin Anda...?”“Diam!” ujar William Tjiang, suaranya seperti petir yang menggelegar. Ekspresinya berubah dingin, sedingin es yang menghantam dari Kutub Utara.“Tidak bisakah kamu berbicara sedikit lebih sopan kepada tamu istimewaku? Apa yang kamu tahu tentang Tuan Xander ini?” lanjutnya. Tatapan mata pria tua itu kini bagaikan belati tajam yang siap mengoyak harga diri Sandy.Namun, seperti kebodohan yang sudah menjadi sifat alaminya, Sandy keras kepala menjawab,“Tapi saya kenal dia. Dia bukan siapa-siapa. Kalau pun dia benar menolong Anda, Tuan Tjiang, itu pasti hanya kebetulan belaka! Dia ini dulu hanyalah—”PLAK!Tamparan keras melayang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Hasutan Sandy.

    "Nona Felicia, ini tak bisa dibiarkan. Pemuda miskin yang dulunya hanya tukang kopi itu mulai besar kepala. Bagaimana bisa dia menegosiasikan masalah proyek mega mall langsung dengan kakek Anda?" ujar Sandy, mencoba mengompori Felicia dengan nada penuh emosi. Ia tak senang melihat Xander berupaya menyelamatkan Panti asuhan, melalui Tuan tua.Namun, Felicia hanya menghela napas panjang. Kode dari kakeknya, William Tjiang, sudah jelas. Keputusan beliau adalah sesuatu yang tak bisa dibantah siapa pun."Semua terserah pada kakek. Dialah pemilik sesungguhnya perusahaan ini. Selama beliau masih hidup, kendali penuh ada di tangannya," jawab Felicia dengan nada dingin. Sorot matanya menunjukkan ketidaksenangan terhadap sikap Sandy yang tampak terlalu mencampuri urusan pribadinya.Semakin lama Felicia memperhatikan pembicaraan serius antara kakeknya dan Xander, hatinya semakin dipenuhi kegelisahan. Tak hanya karena hubungan profesional mereka, tetapi juga kekhawatiran pribadi yang ia simpan ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Aksi The Tiger Dimulai.

    Darmawan Tjiang tiba-tiba menyela pembicaraan antara ayahnya dan Xander tanpa basa-basi. Suaranya lantang, dipenuhi emosi yang sulit disembunyikan."Ayah! Aku tidak setuju. Pemuda ini bukan orang baik-baik. Dia seorang duda! Istrinya menceraikannya karena berselingkuh. Bagaimana mungkin Anda ingin menjodohkan dia dengan Felicia?"Nada bicaranya menggema di seluruh aula, menarik perhatian para tamu yang sebelumnya sibuk dengan gelas anggur mereka. Semua kepala menoleh ke arah mereka, memasang telinga untuk mendengarkan drama yang sedang terjadi.Tuan William Tjiang menatap putranya dengan tajam. Wajahnya memerah, menahan amarah yang hampir tak terkendali. Ia menarik napas panjang, lalu dengan suara yang lebih tenang namun tegas, menjawab tuduhan tersebut."Menjodohkan Felicia? Apa yang kamu bicarakan? Darmawan, sebaiknya kamu tidak ikut campur dalam pembicaraan kami. Aku dan Tuan Xander tidak sedang membahas perjodohan Felicia, apalagi menjodohkannya dengannya!"Sorot matanya yang taja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Magang Lagi Di Kafe.

    Setelah insiden di Panti Asuhan Penuh Kasih, Xander tak henti-hentinya memikirkan kecemasan yang membelenggu benaknya.Panti itu bukan sekadar tempat bagi anak-anak yang membutuhkan, tetapi kini telah menjadi simbol dari ketidakadilan yang harus ia lawan.Ancaman penggusuran dan proyek mal yang dipaksakan membuatnya tak bisa tinggal diam.Untuk lebih dekat dengan situasi tersebut, Xander memilih untuk kembali bekerja magang di Gorilla’s Café. Selain untuk memantau keadaan, kedekatannya dengan Hannah Laksa dan Dimas memberinya lebih banyak informasi tentang perkembangan proyek tersebut.Pagi itu, setelah menerima surat tugas yang seolah berasal dari Grace Song, Xander membuka pintu lobi kafe dengan langkah tenang.Begitu memasuki ruangan, aroma kopi yang baru diseduh langsung menyergap inderanya, hangat dan menggugah selera.Musik jazz ringan terdengar mengalun dari speaker di sudut, lembut namun jelas, memberikan ritme pada suasana pagi yang tenang.Suara mesin espresso berdengung di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Ancaman.

    Melihat wajah Anita yang tiba-tiba membeku, pemuda bergaya Idol itu, yang sebelumnya tampak sangat percaya diri, mendadak terdiam. Ia membuka mulut, mencoba berbicara dalam bahasa Inggris dengan aksen yang terasa dipaksakan dan patah-patah."Maafkan aku. Aku dengar kopi di sini adalah yang terbaik. Tolong, rekomendasikan yang terbaik!" Ulangnya dengan logat yang kaku sambil sedikit memerah.Meski begitu, upayanya cukup untuk membuat wajah Anita kembali cerah.“Mari duduk dulu, Tuan. Aku akan menjelaskan kopi terbaik dari gerai kami…” jawab Anita dengan nada yang ramah, sambil menuntun pemuda itu menuju sebuah tempat duduk yang strategis di kafe, yaitu di dekat jendela besar yang menghadap ke taman mini di luar.Tentunya, lokasi ini cukup membuat Yuto tersenyum lega."Namaku Yuto. Aku dari Jepang," lanjutnya setelah memesan kopi dan camilan ringan.Anita hanya mengangguk, sambil memberi senyuman manis sebelum berpamitan untuk melaksanakan tugasnya. Langkahnya ringan saat menuju barista

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kafe Sepanjang Hari.

    Entah mengapa, pada hari itu suasana di Gorilla’s Kafe terasa begitu berbeda. Pelanggan berdatangan seperti air hujan di bulan Desember—deras dan tiada henti, mengisi setiap sudut kafe dengan obrolan akrab dan aroma kopi yang pekat.Suara mesin espresso mendominasi, sesekali diiringi tawa ceria pelanggan yang berbincang santai.“Beruntung kamu magang lagi hari ini, Xander. Aku tak bisa membayangkan bagaimana repotnya kalau harus sendirian,” ujar Hannah Laksa, yang dengan cekatan mengoperasikan mesin pembuat susu buih.Buih susu itu, putih dan lembut dengan viskositas sempurna, menjadi elemen penting dalam cappuccino. Seperti biasa, Hannah mengerjakannya dengan teliti, memperhatikan setiap detail yang membuat setiap cangkir terasa istimewa.“Senang ya? Tentu saja! Siapa yang tidak senang bisa membantu seorang teman baik?” sahut Xander sambil tersenyum kecil. Tangannya yang cekatan mengaduk kopi hitam pesanan seorang pelanggan, aroma khasnya menyatu dengan udara yang hangat di ruangan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Serangan Sang Pembunuh – The Tiger Bagian Dua.

    Melihat hal ini, Yuto yang merupakan seorang pembunuh profesional, tidak lantas gugup atau kehilangan akal. Ia terbiasa menghadapi situasi berbahaya dengan kepala dingin.Dengan cepat, kaki kanannya bergerak, menendang dada Xander dengan gerakan tekwondo yang terukur dan penuh kekuatan.“Lepaskan belatiku!” teriak Yuto, suaranya menggelegar.Kakinya tiba-tiba sudah menempel di dada Xander, seperti sebuah pukulan yang menggetarkan. Yuto yakin, kalau bukan isi dada pemuda itu yang berguncang, setidaknya ia akan terjatuh sambil memuntahkan darah.BLEP!Namun, alangkah terkejutnya Yuto.Saat kakinya menempel di dada Xander, ia merasakan sensasi yang aneh—seperti melempar batu sebesar kerbau ke dalam lautan.Tidak ada dampak!Hanya sebuah perasaan kosong, seolah segala usaha yang dilakukannya menjadi sia-sia.“Apa yang terjadi? Ilmu apa yang digunakan pemuda ini? Taiji?!” pikir Yuto panik.Dengan cepat, keringat mulai bercucuran di wajahnya, menandakan ketegangan yang mulai melanda tubuhny

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Serangan Sang Pembunuh – The Tiger.

    Entah mengapa, malam itu langkah Xander terasa berat. Ia berjalan tanpa arah pasti, seperti mengikuti bayang-bayang pikirannya sendiri.Hingga akhirnya, saat jarum jam menunjukkan pukul 23.00, ia menemukan dirinya di sebuah lorong sepi yang akrab di ingatannya.Lorong itu adalah jalan pintas menuju Gorilla’s Kafe, tempat yang dulu sering ia lewati, semasa ia hidup miskin di rumah Lucy.Lorong ini, dengan tembok tinggi di kedua sisinya, memiliki reputasi yang tidak menyenangkan.Cerita-cerita tentang hantu perempuan yang mencegat pejalan kaki atau kisah tragis pembunuhan yang terjadi di sana sering menghantui warga sekitar.Tidak banyak yang berani melewati lorong ini, terutama saat malam tiba. Tapi bagi Xander, lorong ini hanyalah kenangan masa lalu yang ia tinggalkan jauh di belakang.Suara sepatu olahraga Xander hampir tak terdengar saat ia berjalan dengan langkah gesit, menembus keheningan malam.Cahaya bulan yang remang-remang memantul di aspal basah, menciptakan bayangan yang ber

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kafe Sepanjang Hari.

    Entah mengapa, pada hari itu suasana di Gorilla’s Kafe terasa begitu berbeda. Pelanggan berdatangan seperti air hujan di bulan Desember—deras dan tiada henti, mengisi setiap sudut kafe dengan obrolan akrab dan aroma kopi yang pekat.Suara mesin espresso mendominasi, sesekali diiringi tawa ceria pelanggan yang berbincang santai.“Beruntung kamu magang lagi hari ini, Xander. Aku tak bisa membayangkan bagaimana repotnya kalau harus sendirian,” ujar Hannah Laksa, yang dengan cekatan mengoperasikan mesin pembuat susu buih.Buih susu itu, putih dan lembut dengan viskositas sempurna, menjadi elemen penting dalam cappuccino. Seperti biasa, Hannah mengerjakannya dengan teliti, memperhatikan setiap detail yang membuat setiap cangkir terasa istimewa.“Senang ya? Tentu saja! Siapa yang tidak senang bisa membantu seorang teman baik?” sahut Xander sambil tersenyum kecil. Tangannya yang cekatan mengaduk kopi hitam pesanan seorang pelanggan, aroma khasnya menyatu dengan udara yang hangat di ruangan i

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Ancaman.

    Melihat wajah Anita yang tiba-tiba membeku, pemuda bergaya Idol itu, yang sebelumnya tampak sangat percaya diri, mendadak terdiam. Ia membuka mulut, mencoba berbicara dalam bahasa Inggris dengan aksen yang terasa dipaksakan dan patah-patah."Maafkan aku. Aku dengar kopi di sini adalah yang terbaik. Tolong, rekomendasikan yang terbaik!" Ulangnya dengan logat yang kaku sambil sedikit memerah.Meski begitu, upayanya cukup untuk membuat wajah Anita kembali cerah.“Mari duduk dulu, Tuan. Aku akan menjelaskan kopi terbaik dari gerai kami…” jawab Anita dengan nada yang ramah, sambil menuntun pemuda itu menuju sebuah tempat duduk yang strategis di kafe, yaitu di dekat jendela besar yang menghadap ke taman mini di luar.Tentunya, lokasi ini cukup membuat Yuto tersenyum lega."Namaku Yuto. Aku dari Jepang," lanjutnya setelah memesan kopi dan camilan ringan.Anita hanya mengangguk, sambil memberi senyuman manis sebelum berpamitan untuk melaksanakan tugasnya. Langkahnya ringan saat menuju barista

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Magang Lagi Di Kafe.

    Setelah insiden di Panti Asuhan Penuh Kasih, Xander tak henti-hentinya memikirkan kecemasan yang membelenggu benaknya.Panti itu bukan sekadar tempat bagi anak-anak yang membutuhkan, tetapi kini telah menjadi simbol dari ketidakadilan yang harus ia lawan.Ancaman penggusuran dan proyek mal yang dipaksakan membuatnya tak bisa tinggal diam.Untuk lebih dekat dengan situasi tersebut, Xander memilih untuk kembali bekerja magang di Gorilla’s Café. Selain untuk memantau keadaan, kedekatannya dengan Hannah Laksa dan Dimas memberinya lebih banyak informasi tentang perkembangan proyek tersebut.Pagi itu, setelah menerima surat tugas yang seolah berasal dari Grace Song, Xander membuka pintu lobi kafe dengan langkah tenang.Begitu memasuki ruangan, aroma kopi yang baru diseduh langsung menyergap inderanya, hangat dan menggugah selera.Musik jazz ringan terdengar mengalun dari speaker di sudut, lembut namun jelas, memberikan ritme pada suasana pagi yang tenang.Suara mesin espresso berdengung di

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Aksi The Tiger Dimulai.

    Darmawan Tjiang tiba-tiba menyela pembicaraan antara ayahnya dan Xander tanpa basa-basi. Suaranya lantang, dipenuhi emosi yang sulit disembunyikan."Ayah! Aku tidak setuju. Pemuda ini bukan orang baik-baik. Dia seorang duda! Istrinya menceraikannya karena berselingkuh. Bagaimana mungkin Anda ingin menjodohkan dia dengan Felicia?"Nada bicaranya menggema di seluruh aula, menarik perhatian para tamu yang sebelumnya sibuk dengan gelas anggur mereka. Semua kepala menoleh ke arah mereka, memasang telinga untuk mendengarkan drama yang sedang terjadi.Tuan William Tjiang menatap putranya dengan tajam. Wajahnya memerah, menahan amarah yang hampir tak terkendali. Ia menarik napas panjang, lalu dengan suara yang lebih tenang namun tegas, menjawab tuduhan tersebut."Menjodohkan Felicia? Apa yang kamu bicarakan? Darmawan, sebaiknya kamu tidak ikut campur dalam pembicaraan kami. Aku dan Tuan Xander tidak sedang membahas perjodohan Felicia, apalagi menjodohkannya dengannya!"Sorot matanya yang taja

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Hasutan Sandy.

    "Nona Felicia, ini tak bisa dibiarkan. Pemuda miskin yang dulunya hanya tukang kopi itu mulai besar kepala. Bagaimana bisa dia menegosiasikan masalah proyek mega mall langsung dengan kakek Anda?" ujar Sandy, mencoba mengompori Felicia dengan nada penuh emosi. Ia tak senang melihat Xander berupaya menyelamatkan Panti asuhan, melalui Tuan tua.Namun, Felicia hanya menghela napas panjang. Kode dari kakeknya, William Tjiang, sudah jelas. Keputusan beliau adalah sesuatu yang tak bisa dibantah siapa pun."Semua terserah pada kakek. Dialah pemilik sesungguhnya perusahaan ini. Selama beliau masih hidup, kendali penuh ada di tangannya," jawab Felicia dengan nada dingin. Sorot matanya menunjukkan ketidaksenangan terhadap sikap Sandy yang tampak terlalu mencampuri urusan pribadinya.Semakin lama Felicia memperhatikan pembicaraan serius antara kakeknya dan Xander, hatinya semakin dipenuhi kegelisahan. Tak hanya karena hubungan profesional mereka, tetapi juga kekhawatiran pribadi yang ia simpan ra

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Permintaan Xander.

    “Apa yang sedang Anda bicarakan, Tuan Dewa Penolong?”Suara dalam namun tegas milik William Tjiang memotong ocehan tak bermutu Sandy, membuat suasana ruangan seketika membeku.Sandy tergagap. “Saya... saya hanya mengatakan bahwa dia tidak biasa minum minuman mahal, Tuan William. Sesungguhnya, dia hanyalah seorang miskin, udik pedesaan. Bagaimana mungkin Anda...?”“Diam!” ujar William Tjiang, suaranya seperti petir yang menggelegar. Ekspresinya berubah dingin, sedingin es yang menghantam dari Kutub Utara.“Tidak bisakah kamu berbicara sedikit lebih sopan kepada tamu istimewaku? Apa yang kamu tahu tentang Tuan Xander ini?” lanjutnya. Tatapan mata pria tua itu kini bagaikan belati tajam yang siap mengoyak harga diri Sandy.Namun, seperti kebodohan yang sudah menjadi sifat alaminya, Sandy keras kepala menjawab,“Tapi saya kenal dia. Dia bukan siapa-siapa. Kalau pun dia benar menolong Anda, Tuan Tjiang, itu pasti hanya kebetulan belaka! Dia ini dulu hanyalah—”PLAK!Tamparan keras melayang

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Minuman Anggur.

    Setelah makan malam elegan itu selesai, acara berlanjut ke aula utama. Ruangan tersebut dipenuhi ornamen klasik namun modern, mencerminkan kemewahan keluarga Tjiang.Perapian elektronik besar dengan layar LED di tengah aula menampilkan gambar kayu api yang terbakar, lengkap dengan suara gemeretak yang terdengar begitu realistis. Aroma halus kayu cendana dari diffuser memenuhi udara, memberi kesan hangat yang mewah.Di tengah suasana itu, minuman premium mulai dihidangkan. Anggur merah vintage dituangkan ke gelas kristal, sementara kopi spesial Arabica dari Ethiopia menjadi pilihan mereka yang tidak ingin alkohol.Xander duduk sendirian di sudut ruangan. Tatapannya mengamati ke sekeliling dengan tenang, seperti seorang pemain catur yang memperhatikan bidak lawan. Di sisi lain, keluarga inti Tjiang berkumpul mengerubungi Tuan William Tjiang.“Kakek, aku punya sesuatu untukmu,” ujar Felicia penuh percaya diri.Semua mata tertuju padanya ketika ia menyerahkan sebuah kotak kayu antik beruk

DMCA.com Protection Status