Semua Bab Rahasia Kekayaan Sang Barista: Bab 171 - Bab 180

184 Bab

Pengusiran Yang Dramatis.

Di tengah ruang tunggu yang ramai dan penuh hiruk-pikuk, di Divisi HRD Bank Central Halilintar, suasana seketika berubah kaku.“Gaes, dengarkan aku. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Silakan keluar sekarang,” suara Susi Halim terdengar tajam, tanpa rasa empati sedikit pun. Tidak ada kehangatan, hanya kekosongan.Ekspresi Sandy Setiawan langsung memucat.Baru saja ia dengan percaya diri membual di depan teman-temannya bahwa ia adalah kawan baik Susi Halim, bahkan ponakan Dewan Komisaris. Tapi sekarang, ia merasa seperti peminta-minta yang diusir begitu saja. Dunia yang ia bangun dengan kata-kata hancur dalam sekejap.“Tapi, kenapa seperti ini? Bukannya kamu bilang kamu akan membantuku? Sekarang malah berubah begitu saja! Tolong beri penjelasan!” Sandy bersikeras, mencoba mempertahankan sedikit harga dirinya.Namun Susi hanya menatapnya dengan tatapan datar yang bahkan lebih tajam dari kata-katanya. “Dengar, Sandy,” jawabnya dengan dingin, “Kita bahkan bukan teman. Kita hanya kenal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

Masih Berlanjut!

Di halaman parkir Bank Central Halilintar, suara langkah sepatu terdengar jelas di atas aspal yang panas terpanggang matahari.Beberapa kendaraan mewah terparkir rapi, memantulkan kilauan sinar yang menyilaukan. Aroma bensin bercampur wangi parfum mahal memenuhi udara, menciptakan atmosfer kota yang sibuk, penuh hiruk-pikuk, namun tak lepas dari nuansa elegan yang juga penuh kepalsuan.“Hei, kalian berdua! Mana sepupu tercinta Sandy Setiawan? Apakah negosiasi kalian lancar?”Suara itu memecah keheningan, membuat Avery dan Jonah langsung menoleh serempak. Keduanya tampak kaku, seperti anak sekolah yang tertangkap basah. Mereka sadar betul, tanpa membawa Sandy pulang, amarah Nyonya Ouyang akan menjadi badai yang sulit dihindari.Wajah Avery langsung mengeras, sorot matanya memancarkan kejengkelan yang tak bisa dia sembunyikan. Melihat sosok Xander berdiri di hadapannya, seolah menambahkan garam pada luka yang belum kering. Sementara itu, Jonah, yang biasanya dikenal tenang, berusaha mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Melampiaskan Kemarahan.

Dalam sekejap mata, adegan laga antara Xander dan Jonah membuat semua orang di tempat kejadian mengangkat kamera ponsel mereka.Video pertarungan itu dengan cepat menyebar, menjadi trending topic di berbagai platform media sosial. Ins*tagram, TikTok, bahkan Facebook dipenuhi dengan cuplikan pendek dari pertarungan yang memukau itu.Komentar netizen bertebaran, mayoritas memuji kehebatan aksi Xander.“Dia sangat terampil. Rasanya seperti menonton film Xianxia atau Xuanhuan langsung dari Tiongkok!” tulis seorang pengguna.“Dia membuat lawannya kalah dengan mudah. Padahal, lawannya juga terlihat tidak sembarangan,” komentar netizen lain yang jelas terpukau.“Hei, ada yang tahu siapa pria muda itu? Aku ingin berkenalan dengannya,” tambah seorang gadis, mewakili rasa penasaran kaum hawa yang tiba-tiba ingin menjadikan Xander pasangan idaman mereka. Dalam benak mereka, siapa yang tidak ingin memiliki pasangan yang perkasa dan memukau seperti pria dalam video itu?Namun, semua ekspektasi ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Kejatuhan Dua Sepupu.

“Halo, Tuan Simon Koh. Ada hal penting yang harus aku urus?” Suara penuh kekhawatiran itu terdengar dari seberang telepon. Pria paruh baya itu, dengan tangan gemetar, segera membuat panggilan.Luka di pipinya berdenyut, tetapi amarah yang membara di hatinya lebih menyakitkan daripada rasa sakit fisik itu.“Kamu datang ke sini sekarang! Ada seseorang yang berani menganiaya aku! Aku tunggu dalam lima menit!” Nada dingin suara Simon Koh tidak bisa menyembunyikan amarah yang meluap.Ia menyalakan speaker, memastikan semua orang di pelataran parkir Bank Central Halilintar mendengar percakapannya. Dalam pikirannya, dunia harus tahu bahwa ia, Simon Koh, bukan seseorang yang bisa dipermainkan begitu saja.“Kurang ajar! Siapa bajingan yang berani mengganggu Anda? Katakan lokasi Anda, dan saya akan segera meluncur bersama anak buah!” Suara di seberang membalas, keras dan penuh ketegangan.“Di pelataran parkir Bank Central Halilintar! Cepat datang!” Simon Koh berteriak lagi, nadanya meninggi, me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Pertemuan Malam Keluarga Setiawan.

Setelah kegagalan Setiawan Corporation dalam mendapatkan pinjaman dari Bank Central Halilintar, Nyonya Ouyang tidak tinggal diam. Ia segera mencari jalan lain untuk menyelamatkan perusahaannya yang mulai terancam, mengajukan permohonan pinjaman ke berbagai lembaga keuangan lain.Namun, seperti kata pepatah, "Jika satu pintu tertutup, pasti ada pintu lain yang terbuka." Sayangnya, pepatah itu tidak berlaku di dunia perbankan, terutama jika nasabah yang datang adalah Setiawan Corporation, yang reputasinya sudah ternoda.Begitu utusan Setiawan Corporation datang ke bank-bank untuk mempresentasikan rencana bisnis masa depan mereka, pintu-pintu bank tersebut langsung tertutup rapat.“Maaf, kami tidak berurusan dengan orang-orang kasar yang gemar berkelahi!” kata seorang pejabat bank dengan nada yang tak peduli.“Kalian sudah ditolak di Bank Central Halilintar dan malah datang ke sini? Kalian kira kami tidak tahu tentang kekacauan manajerial di perusahaan kalian?” tanya direktur bank lain s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Pemimpin Sandy Setiawan.

Ternyata, proyek satu miliar yang diberikan oleh Tijian Global Corporation adalah pembangunan sebuah mall yang sangat modern. Mall ini dirancang untuk berdiri di tengah pemukiman kelas menengah ke atas, menjadi landmark baru yang mengundang perhatian.Semua orang di kediaman Setiawan menatap dengan rasa iri saat Nyonya Ouyang menyebutkan nama yang akan dipilih sebagai direktur pelaksana.“Sandy Setiawan, kurasa dia layak untuk memimpin proyek besar ini. Selain berpengalaman, dia juga cukup akrab dengan Nona Felicia Tijiang, pelaksana langsung proyek dari grup itu!” pungkas Nyonya Ouyang dengan senyum puas, seolah mengunci keputusan yang telah diambilnya.Namun, tak lama setelah itu, Jonah mencoba untuk merusak nuansa gembira tersebut.“Tapi, Nyonya... bukankah Sandy gagal pada pertemuan sebelumnya? Apakah Anda ingin kekacauan terjadi lagi?” tanyanya dengan nada menantang, sambil menyembunyikan rasa cemburu yang mencuat dari wajahnya yang tampak penuh kalkulasi.“Benar itu, Nyonya tua.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Rahasia Hannah.

Hannah Laksa baru saja menyelesaikan rutinitasnya di Gorilla’s Café. Dengan telaten, ia membersihkan meja barista, menyusun kembali semua peralatan mesin pembuat kopi setelah menyelesaikan perawatan rutin.Setiap sudut mesin ia lap cermat, memastikan semuanya mengilap—siap melayani para pelanggan esok hari.Jam dinding di sudut ruangan menunjukkan pukul 22.00. Di jantung kota, seperti kawasan tempat kafe ini berdiri, waktu itu masih terbilang awal malam. Lampu-lampu kota berkelip bagaikan bintang buatan, sementara lalu lintas masih dipenuhi kendaraan yang sibuk berlalu-lalang.Namun, suasana berbeda di pelosok kota, tempat di mana Hannah tinggal. Di sana, jam segini sudah dianggap larut malam, dengan jalanan sepi dan sunyi. Bagi seorang gadis yang pulang sendirian, suasana itu terasa rawan.“Hannah, sudah malam. Kamu belum pulang?” tegur suara familiar. Dimas, manajer kafe tersebut, berdiri di dekat pintu masuk, menatapnya dengan alis sedikit terangkat.Hannah mengangkat wajahnya dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Pria Misterius.

Sayangnya... meski tekad Hannah Laksa sekuat baja, dan batu bata di tangannya menambah percaya diri, itu semua tak banyak membantu.Dalam sekejap, ia kehilangan kendali ketika salah satu pria bertubuh tinggi dan gempal menangkapnya dalam pelukan erat, membuat napasnya terenggut seolah ditelan udara malam yang dingin."Lepaskan aku! Kalian akan menyesal kalau berbuat sesuatu yang menjijikkan!" seru Hannah lantang, suaranya bergetar di antara keberanian dan rasa takut yang menggelegak.Namun, ejekan segera menyambar."Jangan mengada-ada," jawab pria itu, Ale, pemimpin kelompok berandal yang terkenal kejam di daerah itu. Senyum miringnya memamerkan gigi kuning yang tak terawat. "Kamu ini gadis yatim piatu, tidak punya siapa-siapa. Siapa yang akan membelamu?""Dengar, bos Ale!" seru salah satu anak buahnya, memanas-manasi suasana. "Telanjangi saja dia. Nikmati sepuasnya. Sisanya, kami yang urus!"Hannah gemetar. Ketakutan merayap, menekan keberaniannya yang tersisa. Namun, ia tak akan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Rahasia Yang Terbongkar.

Beberapa saat sebelum kejadian Hannah dijegal para preman, Xander tanpa sengaja bertemu dengan Dimas saat ia lewat di depan Gorilla’s Café. Malam itu, lampu kota berpendar di atas jalan yang basah oleh hujan ringan, memantulkan bayangan mobil mewah Xander yang berhenti perlahan.“Dimas? Sudah jam segini, dan Anda belum pulang? Apakah lembur?” tanya Xander sambil keluar dari mobilnya. Jas kasualnya tetap terlihat mahal meskipun tidak mencolok, seolah hanya kebetulan melekat pada pemiliknya.Dimas, yang sedang menutup pintu kafe, tampak sedikit terkejut. Namun, senyumnya segera merekah saat mengenali siapa yang menyapa. “Ah, sobat. Rupanya kamu,” katanya sambil menepuk ringan pintu kaca kafe. “Sesungguhnya tidak ada lembur. Namun, ini terkesan terlambat pulang karena harus menunggu Hannah Laksa menyelesaikan beberapa hal. Aku tak tega mengusirnya pergi. Dia terlihat seperti sedang menanggung beban berat.”Bayangan wajah Hannah Laksa yang ceria, dengan tawa ringan yang dulu sering menolo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Buldozer dan Rumah Panti Asuhan – Part I.

Pagi itu, matahari baru saja terbit, namun suara getaran ponsel Xander membangunkannya.Semalam, ia tidur agak larut, bisa dibilang hampir dini hari. Namun pagi ini, ia sudah terbangun oleh panggilan yang datang tiba-tiba.“Siapa yang mengganggu pagi-pagi begini?” pikir Xander, matanya masih menyipit, jelas terlihat ia masih mengantuk.Namun, matanya langsung terbuka lebar ketika ia membaca nama yang muncul di layar ponselnya: "Dimas – Memanggil."“Ada apa?” gumamnya pelan, suara Dimas mulai terdengar samar, diselingi suara hiruk-pikuk di latar belakang. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak.“Xander, kamu harus datang ke Panti Asuhan Penuh Kasih. Ada yang terjadi!” Suara Dimas terdengar gugup dan terburu-buru. Teriakan anak-anak dan suara mesin buldozer yang menggema semakin jelas, membuat bulu kuduk Xander merinding.“Tunggu sebentar! Aku akan kesana!” jawab Xander dengan nada tegas, meskipun baru saja terbangun.Tak perlu seorang jenius untuk menebak apa yang sedang terjadi. Suara a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status