Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Rahasia Kekayaan Sang Barista: Chapter 151 - Chapter 160

184 Chapters

Awal Cekcok Dua Aliansi.

Saat Xander dan June tengah menikmati makan malam yang elegan di sebuah restoran Italia dekat Kyoto Mart, di sudut lain kota, dua sosok melintasi jalanan dekat rumah Nina Amala.Keduanya tampak mengamati sekitar, seolah mencari sesuatu, sebelum akhirnya langkah mereka berhenti di sebuah warung tenda sederhana di pinggir jalan.“Tempat makan seperti ini... apakah higienis?” tanya Rika dengan nada penuh penghinaan. Tangannya yang dihiasi kuku bercat merah menyala menutup hidung, seolah menghalau bau yang dianggapnya mengganggu.Pandangannya menyapu sekeliling dengan sorot jijik, tanpa memperhatikan tatapan heran dari para pengunjung warung.Kevin Ng, yang menyadari reaksi orang-orang di sekitar, langsung menatap Rika dengan ekspresi mencemooh.“Rika! Kamu kaya? Terbiasa makan di restoran mewah? Kalau begitu, mana uangmu? Mengapa tidak menolak ketika aku mengajakmu menjelajah kuliner pinggir jalan di sini?” sindirnya dengan nada datar namun tajam.Mendengar itu, wajah Rika memerah, campu
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Jebakan Rika.

Jam menunjukkan pukul 00.00. Rika Setiawan dan Kevin melangkah hati-hati di jalan kompleks perumahan elit tempat Nina Amala tinggal. Suasana sepi, hanya diselingi sesekali lolongan anjing dari kejauhan.Lampu-lampu halaman rumah yang mewah bersinar redup, memantulkan kilau dari jendela kaca yang seperti menatap mereka dengan waspada."Jangan bertingkah mencurigakan!" desis Rika, menghentikan langkah Kevin yang terlihat terlalu berhati-hati. Gerakannya canggung, mirip pencuri amatir yang baru belajar melangkah."Lagakmu itu terlalu kaku. Sungguh memalukan, bahkan untuk seorang penjahat kecil!" sindir Rika sambil menatapnya dengan ketus.Kevin hanya mendengus, tak membalas. Dalam beberapa menit, mereka sudah berdiri di halaman rumah Nina Amala. Pohon palem yang menjulang di sudut halaman bergoyang pelan, ditiup angin malam yang dingin."Rika, apa rencananya setelah kita sampai di sini?" tanya Kevin dengan nada bingung, memandang rumah Nina yang menjulang dengan dinding putih bersih dan
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Kediaman Keluarga Setiawan Yang Berubah.

“Lepaskan aku!” teriak Kevin Ng dengan suara keras, sekencang-kencangnya.Saat ini, dia duduk di sebuah kursi dengan tangan terikat di belakang. Sebuah lampu sorot menyinari wajahnya, membuat matanya silau. Namun, kilauan cahaya itu tidak mengurangi kekuatan suaranya.Samar-samar, ia melihat bayangan sosok pria bertubuh tinggi kurus yang mengenakan topi, menutupi sebagian besar wajahnya. Di belakang pria itu, ada siluet seseorang lagi, yang menurut Kevin tampak seperti wanita.“Aku bukan pelaku kejahatan! Mengapa kalian menangkapku dan menyekapku?” Kevin berteriak lagi, suaranya menggema di ruangan yang serba seadanya itu.“Diam!” Suara pria bertopi terdengar, rendah dan tegas. “Kamu bisa berbohong sesuka hati, tapi CCTV ini tidak mungkin salah bicara!”Sejenak, cahaya lampu yang menyilaukan itu meredup, berganti dengan kilauan layar besar di hadapan Kevin. Apa yang ditampilkan di layar membuat matanya terbelalak.Di sana, dirinya terlihat jelas sedang mengendap-endap di pelataran rum
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Amarah Rika – Part 1.

Rika Setiawan berjalan tergesa-gesa keluar dari kediaman Setiawan Grup, langkah kakinya cepat dan dipenuhi ketidakpastian.Nafasnya memburu, dan hatinya dikuasai amarah yang mendidih karena sudah tak tahan lagi dengan tingkah Nyonya Ouyang yang semakin semena-mena. “Dasar perempuan tua tak tahu diuntung!” desis Rika menggerutu.Kebencian yang terpendam membuat dadanya bergetar, seolah-olah setiap napas yang dihirupnya adalah sumber kemarahan yang siap meledak. Namun, apa daya? Ia hanya dapat melampiaskan kemarahan itu melalui caci maki di dalam hati saja.“Kamu bisa saja pelit,” desis Rika dalam nada puas sembari menggeram. “Tapi aku jauh lebih lihai! Perempuan tua itu ternyata bodoh! Tak mungkin ia menyadari bahwa aku sudah menipunya!” Di balik senyum sinis itu, Rika bersembunyi di balik perasaan aman yang rapuh.Dengan jari-jarinya yang lincah dan terampil, Rika meraba sepuluh lembar uang pecahan seratus ribu rupiah yang tersimpan rapi di dalam bra-nya.Uang tersebut adalah hasil da
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Amarah Rika – Part 2.

“Seratus ribu rupiah!” kata driver taxi online dengan nada was-was. Ia khawatir penumpangnya adalah orang yang kurang waras dan tidak punya uang.Namun, ketika melihat perempuan menor itu merogoh sesuatu dari bra-nya, wajah driver itu berubah. "Ia punya uang. Meskipun disimpan di dalam branya, setidaknya cara ini menunjukkan bahwa ia bisa membayar," batinnya dengan sedikit lega.Rika melempar uang seratus ribu ke arah sang driver, sambil gerutu dan sumpah serapah keluar dari bibirnya. “Tagihanmu sungguh mahal. Seharusnya biaya ini hanya lima puluh ribu rupiah, mengapa harus seratus ribu?”Seketika bibir sang driver terasa gatal; ia ingin berdebat.Namun, melihat mata Rika yang menyala dengan ekspresi seolah orang kurang waras, ia membatalkan niatnya dan segera tancap gas, meninggalkan Rika sendirian di jalanan.Sepeninggal taxi online itu, Rika melangkah panjang-panjang, seolah-olah dia adalah seorang perawati yang melenggang di atas runway catwalk yang megah. Ia berusaha menampilkan
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Segelas Americano.

Rika semakin menjadi-jadi. Dalam hati, ia merasa puas bisa menindas orang-orang kecil seperti para pekerja kafe ini.Bermodalkan gaya mewah—meski semua barang yang ia kenakan hanyalah produk KW murah—ia berhasil menipu orang-orang di sekitarnya, membuat mereka percaya bahwa ia adalah sosok kaya raya yang berpengaruh di Kota Jatavia.“Buatkan aku Americano!” kata Rika dengan suara yang dibuat seanggun mungkin, meski terdengar sedikit memaksa. Berdiri di depannya, seorang barista perempuan, matanya sulit menahan diri untuk tidak mengamati wajah polos si barista yang tanpa riasan.“Huh, seperti inikah penampilannya? Apa mereka pikir ini standar pelayanan kelas atas?” batinnya sambil mencibir. Ia mengamati tangan si barista yang sibuk, lalu mendengus pelan. “Aku ingin melihat, apakah kamu bisa membuat minuman kegemaran para artis Korea,” ujarnya dalam hati, penuh ambisi.Sebenarnya, Rika tak pernah mencicipi Americano sebelumnya. Pengetahuannya hanya berdasarkan tontonan drama Korea grat
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Sesuatu Yang Tak Diduga Rika.

Xander sedang bersantai di teras apartemen mewahnya yang berada di lantai dua puluh yang tinggi. Ia sedang menikmati udara pagi yang sedikit lebih sejuk meskipun terik matahari mulai terasa. Pikirannya terasa jernih setelah berhasil memenjarakan Kevin Ng.“Akhirnya, ancaman yang mengusik brand XS – Skincare kami berhasil dipenjarakan. Semoga tidak ada lagi orang bodoh yang berani mengancam brand ambassador perusahaan,” gumamnya dalam hati dengan senyum puas.Xander baru saja menyesap seteguk Americano, menikmati pahitnya minuman dingin yang sedikit bercampur es batu. Matanya terpejam sejenak, menikmati rasa yang menyegarkan.“Minuman yang luar biasa. Kreasi Chef Teddy memang selalu terbaik. Tidak sia-sia aku membayar tinggi untuk memastikan dia tetap bekerja untukku,” pikirnya sambil menikmati setiap detik.Dari teras apartemen yang dilengkapi dengan fasilitas canggih dan panorama spektakuler, Xander melirik ke luar, memandang Kota Jatavia yang perlahan terbangun di pagi hari.Dengan
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Rumah Judi Boss Hui.

Entah karena alasan apa, hari ini Rika seolah-olah dikelilingi oleh keberuntungan. Dewi Fortuna tampaknya berbaik hati padanya, menghadiahkan kemenangan dalam permainan mahjong yang selama ini digemarinya.Dengan modal awal satu juta lima ratus ribu rupiah, dalam waktu singkat ia sudah mengantongi sepuluh kali lipat dari modalnya.Kemenangan demi kemenangan Rika membuat teman-temannya cemburu. Suasana permainan semakin tegang dengan bisikan penuh niat buruk dan rasa iri dari semua penjudi.“Rika... aku yakin kamu pasti pergi ke dukun terlebih dahulu sebelum bermain hari ini,” bisik Angel Smith, istri kedua dari mantan Direktur Bank Central Asia, Mr. Smith.Suara Angel bergetar penuh harap. “Kapan-kapan, kamu harus mengajakku ke sana. Aku ingin meminta berkah—bukan sekadar untuk permainan mahjong ini, tetapi agar suamiku lengket padaku dan menceraikan istri pertamanya.”Angel adalah seorang pelakor, penuh ambisi dan kecemburuan.Ia bertekad menjadi wanita yang sepenuhnya dalam dekapan
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Karma itu Nyata.

Kelompok preman yang dipimpin oleh Hardy memang menjalankan perannya dengan rapi, seperti bayangan yang tak kasat mata di Gorilla’s Kafe. Grace Song sengaja merekrut mereka untuk melindungi kafe dari balik layar, memastikan bisnis tetap berjalan tanpa gangguan.Namun, nasib buruk tak dapat dielakkan. Ketika seluruh anak buah Hardy pergi makan siang, saat itulah Rika Setiawan mengambil kesempatan memainkan aksinya.Kericuhan yang ditimbulkannya menjadi noda yang sulit dilupakan, terutama bagi Hardy yang langsung merasa namanya tercoreng begitu menerima telepon dari Grace Song yang penuh amarah.“Ayo pergi cari jalang itu di rumah judi Bos Hui! Hari ini, aku akan pastikan ada kaki yang patah!” geram Hardy penuh emosi, menghantam meja di hadapannya.Empat anak buahnya, yang tengah menikmati sarapan di warung pinggir jalan, langsung tersentak. Tanpa banyak bertanya, mereka bergegas mengikuti Hardy keluar, siap untuk memberikan “pelajaran” yang diperintahkan.Kisah berikutnya, seperti yang
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Kemarahan Xander.

Xander melangkah masuk ke dalam Gorillas Kafe, tapi yang menyambutnya hanya keheningan yang aneh. Tidak ada keramaian pelanggan, tidak ada hiruk pikuk yang biasa.Bahkan Dimas, sang manajer yang selalu tampak sibuk mengatur ini-itu, entah ke mana. Satu-satunya tanda kehidupan di tempat itu adalah dua petugas keamanan yang berdiri di depan pintu masuk.Ia menghentikan langkah, pandangannya menyapu ruangan yang kosong. Heningnya terasa ganjil. “Kemana semua orang? Mengapa sepi begini?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi.Salah satu petugas, yang mengenakan seragam sedikit kusut, tersenyum canggung. “Ah, Xander. Apa kabar?” tanyanya basa-basi, nada suaranya seperti mencoba menenangkan.“Semua pergi,” sela petugas yang lain sebelum rekannya melanjutkan. “Mereka sedang menonton keramaian di lorong Kancil, di rumah judi milik Bos Hui.”Xander mengerutkan alis. “Keramaian apa? Apa yang terjadi di sana?”Pertanyaan itu membuat kedua petugas saling pandang sejenak, seperti dua anak sekolah yan
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status